Liputan6.com, Jakarta - Hidup yang dijalani Jessica May berubah 180 derajat setelah ia divonis mengidap penyakit mental. Sebelumnya, perjalanan hidup dan karier yang dijalani wanita 36 tahun ini sangatlah mulus. Sampai saat kelahiran anak pertama, Jessica mengalami permasalahan dengan kelenjar tiroid.
Sejak saat itu, Jessica divonis mengalami gangguan kecemasan atau anxiety disorder. Demi bisa beraktivitas dengan normal, Jessica pun harus menjalani serangkaian pengobatan agar tetap bisa hidup layak.
"Ternyata, saya telah mengalami gangguan kecemasan sejak lama. Permasalahan kelenjar tiroid tersebut muncul ketika penyakit gangguan kecemasan saya sangat parah," ujar Jessica melansir BBC, Minggu (26/3/2017).
Advertisement
Baca Juga
Penyakit yang dideranya pun akhirnya membuat Jessica dipandang sebelah mata. Teman kerja dan manajer di kantor menilainya tak lagi mampu mengerjakan pekerjaan normal. Tak jarang, ia bahkan tidak diikutsertakan dalam proyek yang menjadi tanggung jawabnya.
"Karena saya diperlakukan seperti itu, penyakit saya pun tak kunjung sembuh," tutur dia.
Dengan berat hati, akhirnya Jessica memutuskan keluar dari pekerjaan yang ditekuninya. Meski begitu, pengalaman buruk yang ia alami justru menjadi dorongan tersendiri untuk membuat perubahan.
"Saya tahu bahwa orang-orang dengan disabilitas harus diperlakukan sama dan mendapat kemudahan sendiri dari tempat kerja. Berbekal ini saya punya niat besar untuk membangun usaha yang bisa menolong mereka," ungkap dia.
Ubah kesempitan jadi kesempatan
Selepas keluar dari pekerjaan tetapnya, Jessica membuka usaha yang dinamakan Enabled Employment. Di bawah kepemimpinannya, Enabled Employment menawarkan jasa untuk membantu para penderita disabilitas mendapat pekerjaan yang sesuai.
Model bisnis yang dijalankan Jessica serupa dengan perusahaan rekrutmen pada umumnya. Hanya saja, di Enabled Employment, Jessica dan tim fokus untuk memberikan akses kerja dengan fleksibilitas yang baik bagi para penyandang disabilitas.
Kerja keras yang dilakukannya pun mampu membuahkan hasil. Perusahaan asal Australia tersebut kini mampu membantu penderita disabilitas mencari kerja di lebih dari 400 perusahaan. Beberapa diantaranya bahkan merupakan perusahaan ternama yaitu Uber, PricewaterhouseCoopers hingga Kementrian Pertahanan Australia.
"Usaha yang saya jalankan benar-benar bisa memberikan nilai bagi para penyandang disabilitas yang sebenarnya memiliki kemampuan yang mumpuni," tutur Jessica
Setelah lima tahun berjalan, Enabled Employment mampu mendapat valuasi hingga US$ 4,6 juta. Perusahaan jasanya juga telah memperluas ruang lingkupnya untuk membantu para veteran perang hingga orang-orang suku pedalaman Australia.
Perusahaan Jessica pun berhasil mendapat penghargaan bergengsi. Pada 2015, ia mendapat penghargaan "Start-Up for The Year". Selain itu pemerintah Australia juga memberikan penghargaan "National Disability Award for community" atas jerih payahnya memberdayakan kaum difabel.
Saat ditanya rencananya ke depan, Jessica menuturkan ia ingin memperluas bisnisnya ke berbagai tempat di Australia. Semangat toleransi dan kesuksesan membangun bisnis juga mampu merubah wanita ini untuk tidak menjadikan penyakit sebagai halangan untuk sukses.
"Saya masih punya penyakit gangguan kecemasan. Tapi semua itu bisa saya tangani dengan semua kerja keras dan kesuksesan yang saya dapatkan kini,"
Advertisement