Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan, turunnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate), akan mendongkrak peningkatan investasi.
Darmin mengatakan, ‎penurunan suku bunga acuan 7-Days Reverse Repo Rate dari 4,75 menjadi 4,5 persen, akan membuat likuiditas perbankan bertambah dan penurunan suku bunga bank.
"Hubungannya dengan likuiditas bank, kalau BI rate diturunkan itu akan mendorong likuiditas bertambah tingkat bunga turun, mungkin tidak segera satu banding satu tapi arahnya begitu," kata Darmin, usai menghadiri acara infrastruktur dalam foto, di kawasan Monumen ‎Nasional (Monas), Jakarta, Minggu (27/8/2017).
Menurut Darmin, dampak dari penurunan suku bunga acuan tersebut adalah meningkatnya investasi dan konsumsi, karena orang akan ‎melepas uangnya untuk menanamkan modal.
"Kalau dia terjadi yang pertama terpengaruh investasi akan naik, tetapi konsumsi juga akan berpengaruh, artinya dengan tingkat bunga yang rendah orang tidak terlalu berat melepas uangnya ketimbang nyimpan tapi dibelanjakan," papar Darmin.
Darmin menilai, keputusan BI menurunkan suku bunga acuan disebabkan oleh terkendalinya inflasi. Dia pun mengapresiasi langkah BI karena menunjukan pro pertumbuhan.‎
"Sebenarnya tingkat bunga turun karena inflasi terkendali, karena terkendali‎ ada ruang untuk menurunkan tingkat bunga dan kita apresiasi BI. Melakukan itu, itu berarti lebih pro pada pertumbuhan," tutup Darmin.
Baca Juga
BI turunkan suku bunga acuan
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen. Keputusan tersebut berlaku efektif mulai 23 Agustus 2017.
Gubernur BI Agus Martowardojo menjelaskan, dalam rapat yang berlangsung pada 21 dan 22 Agustus, Dewan Gubernur BI memutuskan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) turun menjadi sebesar 4,5 persen dengan suku bunga Deposit Facility turun 25 basis poin menjadi 3,75 persen dan Lending Facility turun 25 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen.
"Penurunan suku bunga acuan ini akan diikuti dengan penurunan suku bunga instrumen moneter lainnya. Kebijakan moneter dengan rendahnya perkiraan inflasi 2017 dan 2018 di kisaran yang diperkirakan. Tetap terkendalinya neraca berjalan," jelas dia di Gedung BI Jakarta, Selasa (22/8/2017).
Agus menambahkan, risiko eksternal dengan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve dan pengurangan neraca bank sentral AS juga menjadi perhatian. Meski demikian, Indonesia masih tetap menarik di tengah perbedaan suku bunga dalam negeri dan luar negeri.
"Penurunan suku bunga diharapkan dapat memperkuat intermediasi perbankan sehingga memperkokoh stabilitas sistem keuangan serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi," ujar dia.
Advertisement