Liputan6.com, Jakarta - Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) akan kembali menyelenggarakan Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) pada Sabtu, 30 November 2024, di Kota Kasablanka, Jakarta.
Acara yang pertama kali dilaksanakan pada tahun 2015 ini adalah konferensi politik luar negeri dan festival diplomasi tahunan yang mempertemukan pemangku kebijakan luar negeri dari seluruh Indonesia dan luar negeri untuk membahas prioritas dan inisiatif kebijakan luar negeri secara inklusif dan terbuka.
Advertisement
Baca Juga
"Akan ada ribuan orang dari luar jabodetabek yang sudah merencanakan akan datang. Animo dari akar rumput, mahasiswa, dan kampus itu besar sekali. Ini menunjukkan bahwa semangat internasionalisme itu tinggi di kalangan pemuda dan mahasiswa," kata pendiri FPCI Dino Patti Djalal pada konferensi pers Selasa, (26/11/2024).
Advertisement
"Sekarang kita sudah ada sekitar 7.500 yang mendaftar online, ini gratis. Saya yakin dalam 2-3 hari lagi akan naik," imbuhnya.
"CIFP tahun ini akan terdiri dari 22 sesi, 91 pembicara, 20 moderator, 27 pembicara asing, 19 duta besar, dan juga sejumlah pejabat tinggi negara yang akan hadir," ungkap Dino yang juga menyatakan bahwa konferensi tahun ini.
Berbagai tokoh ternama dari dalam dan luar negeri yang akan hadir mencakup Mantan Kepala Intelijen Arab Saudi Pangeran Turki Al Faisal, Mantan Menteri Luar Negeri Australia Gareth Evans, Mantan Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa, CEO Sintesa Group Shinta Widjaja Kamdani dan masih banyak lagi.
Tema CIFP 2024
CIFP tahun ini mengangkat tema Can Middle Powers Calm the Storm and Fix the World? yang menggambarkan peran negara kekuatan menengah, seperti Indonesia, dalam dunia yang tidak menentu.
"Middle power itu bukan sekedar negara dengan kapasitas menengah dari segi hirarki kapasitas kekuatan klasik middle power itu adalah masyarakat internasional yang baik, yang berbasis aturan, multilateral, dan akan cepat bersukarela untuk kebaikan publik," kata co-founder FPCI, Dewi Fortuna Anwar yang juga menambahkan bahwa Indonesia memiliki ambisi dalam berperan di hal-hal tersebut.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, CIFP 2024 akan menghasilkan dua dokumen output, yaitu survei ASEAN People’s Perception dan publikasi pertama Middle Power Insight.
Pelaksanaan CIFP 2024 bersinggungan dengan satu bulan jalannya pemerintahan Presiden ke-8 Prabowo Subianto.
"Kami merancang CIFP tahun ini untuk memberikan platform bagi pemerintah Presiden Prabowo dan Wapres Gibran untuk menjelaskan pemikiran mereka mengenai politik luar negeri, apa perspektifnya, apa strateginya, apa tantangannya, dan sebagainya," kata Dino.
Namun, per konferensi pers tersebut, Presiden Prabowo dan Menlu Sugiono yang telah diundang belum mengonfirmasi kehadiran mereka dalam acara ini.
Advertisement