Liputan6.com, Jakarta PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) mengumumkan penutupan tiga gerai Lotus Department Store yang dikelolanya ‎pada akhir bulan ini. Keputusan tersebut dengan melihat kinerja penjualan Lotus yang terus merosot, serta alasan restrukturisasi di perusahaan.
Sekretaris Perusahaan Mitra Adiperkasa, Fetty Kwartati‎, mengatakan, perusahaan akan menutup tiga gerai Lotus yang berlokasi di Thamrin (Jakarta Pusat‎), Bekasi, dan Cibubur pada Oktober ini.
Advertisement
Baca Juga
Penutupan ini menambah dua gerai yang sudah ditutup sebelumnya. Dengan demikian, MAPI menutup seluruh gerai Lotus Department Store.
"Seluruh gerai Lotus ada lima. Sudah ditutup dua gerai, dan bulan ini tiga gerai lagi, yaitu di Thamrin, Bekasi, dan Cibubur," ‎kata Fetty saat dihubungi Liputan6.com melalui pesan singkat di Jakarta, Selasa (24/10/2017).
Dia mengungkapkan penyebab perusahaan menutup Lotus karena catatan kinerja penjualan yang kurang ‎menggembirakan dan restrukturisasi divisi department store.
"Karena kinerja yang kurang baik, dan karena perusahaan sedang melakukan restrukturisasi divisi department store untuk meningkatkan overall kinerja department store," Fetty menjelaskan.
Sekadar informasi, selain Lotus, MAPI juga mengelola sejumlah department store ternama, antara lain Sogo, Seibu, Galeries Lafayette, Debenhams, dan Alun Alun Indonesia.
Saat ditanyakan lebih jauh mengenai upaya penyelamatan dan nasib para pegawai Lotus, Fetty tidak menjawabnya.
Tonton Video Pilihan Ini:
Tanggapan Pengusaha
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyatakan kabar soal tutupnya Lotus Departement Store menjadi peringatan bagi pemerintah terhadap perkembangan bisnis ritel di dalam negeri. Hal ini salah satunya merupakan dampak dari lesunya daya beli dan perubahan pola konsumen masyarakat.
Ketua Umum Aprindo Roy N Mande mengaku kaget dan tidak menyangka jika departement store seperti Lotus memutuskan untuk menutup gerainya. Padahal, salah satu gerainya yang berlokasi di Jalan MH Thamrin menempati areal strategis dan mempunyai pangsa pasar yang besar, seperti para pekerja di sekitar kawasan tersebut.
"S‎aya juga kaget mendengar kabar ini, saya sedang menghubungi manajemennya, tapi belum tersambung," ujar dia pada acara Rembuk Nasional 2017 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Senin (23/10/2017).
Terlepas dari hal tersebut, kata dia, tutupnya Lotus--yang sebelumnya juga telah dilakukan oleh ritel modern lain--menjadi alarm bagi pemerintah jika ada masalah pada daya beli masyarakat. Hal tersebut membuat bisnis di sektor tersebut semakin sulit untuk kembali tumbuh pada tahun ini.
"Tapi ini kita lihat sebagai alert lagi, kalau saya katakan ini alarm lagi bagi regulator dan pemerintah bahwa bisnis ritel dalam situasi yang belum recovery. Karena kalau semua recovery, buka tutup itu sebagai suatu hal yang biasa dalam bisnis. Tapi tutup di kala yang lain tidak tutup, ini sebagai sesuatu yang perlu dicatat," kata dia.
Roy menuturkan, kemungkinan besar penyebab dari tutupnya ritel modern seperti Lotus ini adalah soal pendapatan yang menurun. Pendapatan yang diterima tidak mampu mengimbangi besarnya biaya operasi yang dikeluarkan oleh pengusaha agar bisnis ritel bisa terus berjalan.
"Mengapa bisa terjadi seperti itu? Pasti ujung-ujungnya masalah revenue, pendapatan. Sekiranya pendapatan ini bisa dibangkitkan kembali, berarti pola konsumsi masyarakat bisa dibangkitkan kembali, harusnya tidak terjadi yang namanya penutupan Lotus dan lain-lain. Ini menjadi alarm bahwa ada sesuatu yang perlu diharmonisasi, perlu direlaksasi, perlu disinkronisasi lagi terhadap bisnis atau industri ritel," ujar dia.
Advertisement