Kofi Annan: Pemimpin Harus Jadi Pendengar dan Pengikut yang Baik

Mantan Sekjen PBB, Kofi Annan, berbagi tips bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik.

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 11 Nov 2017, 10:30 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2017, 10:30 WIB
Mantan Sekjen PBB Kofi Annan di acara AdAsia 2017, Nusa Dua Bali (Foto: Zulfi/Liputan6.com)
Mantan Sekjen PBB Kofi Annan di acara AdAsia 2017, Nusa Dua Bali (Foto: Zulfi/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Kofi Annan, berbagi tips bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik. Menurut Kofi, pemimpin bukan hanya jadi pendengar yang baik, tapi jadi pengikut yang baik.

Kofi menyebut, kepemimpinan bukan hanya soal individu semata, melainkan dipengaruhi lingkungan sekitarnya. Seseorang bisa dikatakan pemimpin jika bisa bermanfaat bagi orang lain.

"Namun, kepemimpinan itu bukan soal individu, bukan soal apa yang kamu capai, tapi apa masalah orang dan apa yang bisa Anda lakukan untuk membantu," tutur Kofi di acara AdAsia 2017 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali, Sabtu (11/11/2017).

Pemenang Nobel Perdamaian di 2001 ini memberikan perhatian lebih pada konflik yang terjadi di Suriah dan Myanmar. Dia juga bercerita ketika berkunjung ke Suriah.

"Saya satu hari ke Suriah, ada yang bertanya kenapa kamu lakukan itu? Saya bilang banyak wanita dan anak-anak meninggal. Jika kamu bisa membantu satu orang saja, pergilah ke sana. Jadi itu bukan soal saya, tapi soal masalah yang ada di sana," katanya.

"Dan kita harus sadar. Itu sebabnya saya sering bilang pemimpin harus mendengarkan, dan juga harus menjadi pengikut yang baik," ucap Kofi.

 


Selanjutnya

Kofi Annan juga mengatakan, dia masih sangat khawatir dengan masalah-masalah yang ada di dunia, terutama yang menyangkut soal konflik kemanusiaan. Tak jarang juga dia lupa bahwa sudah tak lagi menjadi Sekretaris Jenderal PBB, sehingga dia spontan ingin melakukan sesuatu saat tahu ada masalah yang terjadi.

"Saya melihat berita apa yang terjadi hari ini di dunia. Kadang-kadang saya refleks dan merasa harus terlibat, kadang saya bisa lakukan sesuatu kadang tidak. Tapi saya baru saja tak lagi jadi Sekretaris Jenderal PBB, tapi lama-lama saya terbiasa dengan peran saya," tutur Kofi.

Yang paling sering dipikirkan oleh Diplomat asal Ghana ini adalah konflik di Suriah dan Myanmar.

"Biasanya masalah yang saya perhatikan adalah Suriah hingga Myanmar dan lainnya. Dan bangun di pagi hari lalu berpikir apa yang bisa saya lakukan untuk itu. Bagaimana saya bisa membantu. Itu datang ke 'radar' saya," tutur Annan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya