Liputan6.com, Jakarta - Menjelang perayaan Tahun Baru Imlek 2018 pada Jumat, 16 Februari ini mendatangkan berkah bagi pedagang pernak-pernik di Petak Sembilan Glodok, Jakarta Barat. Omzet pedagang mengalami kenaikan hingga 50 persen.Â
Keramaian pembeli tampak di lapak Alamsyah (47). Pedagang yang menjajakan pernak-pernik Imlek ini mengaku ada kenaikan omzet saat mendekati Imlek dibanding hari normal.Â
"Untuk per harinya, omzet bisa sampai Rp 15 juta," tutur Alamsyah saat berbincang dengan Liputan6.com di Petak Sembilan Glodok, Jakarta, hari ini (13/2/2018).
Advertisement
Baca Juga
Alamsyah juga mengatakan bahwa kebanyakan pedagang di Petak Sembilan Glodok mendapatkan pasokan barang dari Pasar Minggu. Dia menjual pernak-pernik dengan harga yang beragam, seperti amplop angpao dibanderol seharga Rp 5 ribu per bungkus, tempelan shio anjing mulai dari Rp 20 ribu sampai Rp 100 ribu, dan pernak-pernik lainnya yang dijual mulai dari harga Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu per item.Â
Dia mengaku menaikkan harga pernak-pernik Imlek sebesar Rp 10 ribu.
"Iya, khusus momen Imlek ini, kita naikkan Rp 10 ribu harganya, soalnya ramai pembeli," ucap Alamsyah.
Di lokasi yang sama, pedagang pernak-pernik Imlek lainnya, Herman (32)Â juga mengatakan ada kenaikan omzet atau pendapatan sampai dengan 50 persen.
"Untuk omzet per hari, bisa naik sampai 50 persen," ujar Herman.
Dia menjelaskan pembeli mulai berdatangan sejak dua minggu menjelang perayaan Imlek.
"Wah, dari dua minggu kemarin pasar sudah ramai," jelasnya.
Herman menjual amplop angpao seharga Rp 5 ribu, tempelan shio anjing mulai dari Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu dan lampion mulai dari Rp 75 ribu sampai dengan Rp 100 ribu.
Kondisi ini diakui Herman tidak akan berlangsung lama. Usai Imlek berakhir, pasar di Petak Sembilan Glodok bakal mulai normal.Â
"Habis Imlek, pasar sudah sepi lagi,"Â Herman menutup perbincangan.Â
Tonton Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Imlek Bakal Pulihkan Kunjungan Turis China ke Bali
Hari raya Imlek diharapkan menjadi momen untuk meningkatkan kembali kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), khususnya asal China ke Bali. Terlebih perayaan tahun baru China ini juga bertepatan juga dengan libur panjang pada akhir pekan depan.
Ketua Bali Hotel Association (BHA) Ricky Putra, mengatakan, akibat adanya aktivitas Gunung Agung, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali memang mengalami penurunan.
Sebagai contoh, dari target yang diharapkan mencapai 1,5 juta kunjungan, pada tahun lalu jumlah kunjungan turis asal Negeri Tirai Bambu tersebut diperkirakan hanya sebesar 1,3 juta.
"Tahun lalu China itu hampir 1,3 juta. Harusnya bisa 1,5 juta-1,6 juta, tapi karena ada kejadian itu, mungkin maksimal cuma 1,3 juta kalau tidak salah," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com pada 11 Februari 2018.Â
Namun menurut dia, sejak awal tahun ini jumlah kunjungan wisatawan China mulai meningkat. Meski belum sepenuhnya kembali normal, ada peningkatan sekitar 85 persen dibanding pascaerupsi Gunung Agung.
"Ini tamu-tamu China 85 persen sudah kembali ke Bali. Ini sesuatu yang sangat positif," kata dia.
Oleh sebab itu, lanjut Ricky, dengan adanya libur panjang Imlek ini diharapkan bisa mendorong meningkatkan jumlah wisatawan asal China untuk kembali ke Bali. Pada tahun ini, ditargetkan jumlah turis asal China ke Bali mencapai 1,6 juta kunjungan.
‎"Tahun ini diharapkan bisa naik lain, mungkin 1,6 juta. Semoga ini bisa pulih lagi," tandas dia.
Advertisement