Liputan6.com, Jakarta - Anda pasti punya teman yang selalu pamer tentang liburannya, hobi makan di restoran mahal, atau memakai item fesyen terkini. Gaya hidupnya tampak menyenangkan dan bikin iri.
Pertanyaannya, bagaimana cara mereka memperoleh itu semua? Bisa jadi karena gajinya yang besar, atau jangan-jangan gaya hidupnya didapat dari berutang.
Advertisement
Baca Juga
Melansir laman Forbes, Jumat (20/4/2018), sebuah survei terbaru dari Credit Karma menemukan hampir 40 persen milenial menghabiskan uang yang tidak dimilikinya dan terlilit utang demi gaya hidup dan hubungan sosial.
Rata-rata pengeluaran tersebut dihabiskan demi sebuah pengalaman seperti berlibur, pesta, kehidupan malam, hingga pernikahan. Bahkan milenial rela berutang demi makanan, pakaian, alat elektronik, perhiasan dan mobil.
Sekitar 36 persen responden dalam survei tersebut mengaku mungkin hanya dapat bertahan setahun lagi tanpa utang dengan gaya hidup yang sekarang.
Lalu mengapa mereka menolak mengatakan tidak untuk berutang? Alasannya sederhana, agar tidak ditinggalkan teman-teman sepergaulan.
Takut Dijauhi teman
Bukan soal itu saja, kebanyakan milenial mengaku khawatir apa yang akan dipikirkan teman-temannya jika mereka tidak pergi bergabung. Sebenarnya para milenial hanya ingin mendapatkan yang terbaik seperti keamanan finansial.
Sayangnya, kebanyakan dari mereka tidak terbuka soal keuangannya. Dari 40 persen yang sudah terlilit utang sebanyak 73 persen di antaranya mengaku merahasiakan kondisi finansialnya dari seluruh teman. Padahal berteman seharusnya tidak mengorbankan diri sendiri apalagi harus terlilit utang dalam jumlah besar.
Advertisement
Tips Atur Duit
Mengatur keuangan bukan perkara mudah, termasuk bagi generasi milenial. Riset yang dilakukan George Washington Global Financial Literacy Excellence Center terhadap 5.500 milenial menunjukkan, hanya 24 persen dari total responden yang mengerti prinsip keuangan.
Memang sih, kadang-kadang diperlukan salah langkah dulu sebelum berhasil mendapatkan cara bijak dalam mengatur keuangan. Masalahnya, bagaimana kalau kitanya sendiri tidak paham telah melakukan kesalahan-kesalahan dalam pola keuangan kita?
Untuk mendeteksi adanya kesalahan atau tidak dalam pola keuangan Anda, sebenarnya cukup mudah. Lihat saja aset Anda.
Seperti dikutip dari Danaxtra, kalau setelah selama beberapa tahun bekerja, namun tabungan Anda tidak memadai dan tidak ada tambahan aset, maka bisa dipastikan Anda perlu memperbaiki cara dalam mengelola keuangan dan gaya hidup. Coba lakukan review secara berkala terhadap pola pengeluaran Anda.
Cermati cara Anda berbelanja serta prioritas pengeluaran harian dan bulanan melalui catatan keuangan. Melalui data dalam catatan tersebut, secara umum Anda bisa membagi kategori pengeluaran dalam beberapa kelompok konsumsi, tabungan atau investasi juga sosial.
Nah, di kelompok mana yang paling sering membelanjakan uang, di situlah sumber informasi tentang kondisi keuangan saat ini. Jika belanja Anda terlalu besar di pos konsumsi sementara di sisi lain tidak ada kontribusi di kategori tabungan atau investasi, maka sulit bagi Anda untuk mewujudkan tujuan keuangan jangka panjang.
Agar kesalahan itu tidak terus berulang, Andreas Freddy Pieloor, Konselor Keuangan dan Keluarga MoneynLove, menyarankan agar generasi milenial usia di bawah 30 tahun yang sudah berpenghasilan menyisihkan 10 persen gajinya untuk investasi.
Semakin bertambah usia, presentase itu sebaiknya ditingkatkan. Yang di atas 30 tahun, angkanya bisa 20 persen pendapatan. Menurut Pieloor, komposisi tersebut sudah menandakan keuangan mereka untuk jangka panjang aman.
Namun, jika ingin keuangan membaik, Freddy menyarankan generasi milenial untuk membagi pendapatannya ke dalam delapan pos.
Rincian
Berikut perinciannya:
1. 60 persen untuk kebutuhan sehari-hari atau bulanan
2. Maksimal 30 persen untuk bayar utang
3. 10 persen untuk asuransi
4. 10-20 persen untuk investasi
5. 10 persen untuk pendidikan anak
6. 2,5-10 persen untuk keperluan sosial semacam zakat atau sumbangan
7. 2,5 persen untuk hiburan
8. 2,5 persen untuk liburan jangka panjang
Coba Anda simak bagaimana mestinya manajemen keuangan untuk milenial termasuk mahasiswa. Satu hal yang harus selalu Anda camkan, masa depan tidak kalah penting dari hari ini.
“Jadi, kalau menabung dari sisa-sisa hari ini, maka konsep pemikiran Anda, masa depan tentu saja adalah sisa-sisa dari hari ini,” kata Freddy.
Advertisement