Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia jatuh karena investor bersiap untuk menghadapi adanya tambahan 1 juta barel per hari (bpd) minyak yang dinilai bisa memukul pasar, setelah OPEC setuju untuk meningkatkan produksi. Di sisi lain, pasar ekuitas Amerika Serikat (AS) tergelincir kekhawatiran perang perdagangan negara ini dengan yang lain.
Melansir laman Reuters, Selasa (26/6/2018), harga minyak mentah berjangka Brent turun 82 sen, atau 1,1 persen, menjadi US$ 74,73 per barel. Minyak mentah AS ditutup pada posisi US$ 68,08 per barel, atau turun 50 sen.
Baca Juga
"Ketegangan perdagangan dan kekhawatiran pasar global secara keseluruhan adalah apa yang menahan harga minyak mentah hari ini," kata Bill Baruch, Presiden Blue Line Futures di Chicago.
Advertisement
Di sisi lain, pasar Saham AS juga melemah dipicu aksi jual besar-besaran seiring meningkatnya ketegangan perdagangan AS-Cina.
"Harapan bahwa kita akan melihat lebih banyak minyak mentah dari OPEC dan bahwa pasokan di AS akan ketat karena pemadaman Syncrude ... akan membuat pasar tetap tenang," kata Phil Flynn, Analis di Price Futures Group.
Kerugian harga minyak mentah AS dibatasi kemungkinan pemadaman di fasilitas tambang minyak Syncrude Canada yang menghasilkan 360 ribu bpd yang berlangsung hingga Juli. Pemadaman ini diperkirakan akan membatasi minyak mentah yang dipasok ke Cushing, Oklahoma, titik pengiriman minyak AS.
Ini memperkecil diskon minyak mentah AS ke patokan global Brent hingga US$ 4,78.
*Pantau hasil hitung cepat atau Quick Count Pilkada 2018 untuk wilayah Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Bali dan Sulsel. Ikuti juga Live Streaming Pilkada Serentak 9 Jam Nonstop hanya di Liputan6.com.
Â
Â
Â
Kenaikan Pasokan
Advertisement
Kurangi Pasokan
Pada hari Jumat, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan para sekutunya sepakat untuk kembali meningkatkan pasokan minyak global.
Kelompok itu, yang telah mengekang produksi sejak 2017, mengatakan akan meningkatkan pasokan dengan kembali ke posisi 100 persen sesuai dengan pemotongan output yang disepakati. Keputusan diambil setelah berbulan-bulan mengurangi produksi, yang sebagian besar karena gangguan yang tidak direncanakan di tempat-tempat termasuk Venezuela dan Angola.
Kepala perusahaan minyak raksasa Saudi Aramco mengatakan memiliki kapasitas cadangan sebesar 2 juta bpd dan dapat memenuhi permintaan tambahan jika ada gangguan pasokan.
Namun, bank AS Goldman Sachs mengantisipasi defisit pasar minyak."Konferensi pers OPEC + Sabtu memberikan kejelasan lebih pada keputusan untuk meningkatkan produksi, dengan panduan untuk peningkatan 1 juta bph di 2H18," kata Goldman dalam sebuah catatannya.
"Ini adalah peningkatan yang lebih besar dari yang disajikan Jumat meskipun tujuannya tetap untuk menstabilkan persediaan, bukan menghasilkan surplus," tambahan penjelasan Goldman.