Dongkrak Turis, RI Harus Punya Terminal Khusus Maskapai Berbiaya Murah

Adanya LCCT di Indonesia tentu akan ikut mendorong pencapaian target kunjungan 20 juta wisman.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 13 Jul 2018, 10:00 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2018, 10:00 WIB
20160222-Maret, Bandara Pondok Cabe Mulai Beroperasi-Tangerang
Sejumlah pesawat terbang terparkir di Bandara Pondok Cabe di Pamulang, Tangerang Selatan, Senin (22/2). Maret mendatang, maskapai Garuda Indonesia akan membuka penerbangan dari bandara milik PT Pertamina (persero) ini. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pariwisata menyatakan penerbangan berbiaya murah (Low Cost Carrier) menjadi penopang utama dalam peningkatan jumlah wisatawan mancanegara untuk bisa masuk ke Indonesia. Tercatat, pertumbuhan penumpang Low Cost Carrier naik 55 persen per tahun, jauh di atas Full Service Carriers (FSC) yang hanya sekitar 7 persen.

"Target yang diberikan presiden kepada kami menuntut pertumbuhan harus 20 persen, kalau kita ikut Full Service Carriers maka pertumbuhan tidak akan pernah tercapai. Maka harus dengan Low Cost Carrier," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam keterangannya, Jumat (13/7/2018).

Indonesia hingga kini belum memiliki terminal bandara murah atau Low Cost Carrier Terminal (LCCT). Karena itu, low cost carrier yang mendarat di Indonesia seperti Air Asia, Scoot, dan Jetstar harus menggunakan terminal full service yang harganya lebih tinggi.

Dengan adanya terminal LCC, maskapai bisa memotong biaya operasional hingga 50 persen. Namun, traffic akan naik hingga dua kali lipat.

Arief memberi contoh beberapa bandara di Jepang yang telah membangun LCCT, seperti Bandara Narita, Bandara Kansai, Bandara Naha, dan Bandara Nagoya.

Bandara Narita yang baru saja membangun T3 sebagai LCCT pada April 2015 ini, pax traffic LCC-nya terus tumbuh dari 11,5 persen menjadi 31 persen pada 2017 dari pax traffic keseluruhan di Bandara Narita.

"Hasilnya turis inbound ke Jepang tumbuh 33 persen dari tahun 2011 sampai dengan 2015 dan menjadi the fastest rate in the world, mencapai 28,7 juta turis pada 2017," kata Menpar.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pengeluaran Turis

Gunung Agung Meletus
Turis asing foto di depan Gunung Agung yang meletus di Kabupaten Karangasem, Bali, (27/11). Pejabat setempat juga mengimbau agar warga menggunakan masker untuk mengantisipasi adanya debu vulkanik. (AFP/Sonny Tumbelaka)

Walaupun LCC identik dengan budget traveler, Arief tidak khawatir bila nantinya wisatawan yang berkunjung memiliki pengeluaran (spending) yang kecil.

“Contohnya Thailand, punya banyak terminal LCC, tapi Average Revenue per Arrival-nya (ARPA) mencapai 1.500 dolar AS. Sementara Indonesia masih di angka 1.200 dolar AS. Tingkat keterisian penumpang (okupansi) pesawat ke destinasi biasanya juga lebih banyak untuk kelas ekonomi,” dia menjelaskan.

Arief memproyeksikan pembangunan LCCT di bandara yang telah memiliki lebih dari satu terminal sehingga salah satu terminalnya bisa diarahkan untuk LCCT.

Dengan adanya LCCT di Indonesia, tentunya akan ikut mendorong pencapaian target kunjungan 20 juta wisman dari Presiden Joko Widodo.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya