Diminati Turis Asing, Kementan Dorong Pengembangan Wisata Agro

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian mendorong wisata agro dan edukasi berbasis hortikultura.

oleh Bawono Yadika diperbarui 01 Jul 2018, 15:00 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2018, 15:00 WIB
Harga Gabah Kering Turun
Petani merontokan gabah padi di areal persawahan Desa Ciwaru, Sukabumi, Sabtu (23/6). Petani mengeluhkan harga gabah kering panen saat ini Rp 488 ribu per kwintal dibanding tahun lalu yang menembus Rp 600 ribu per kwintal. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) tidak hanya menangani aspek produksi (on farm), maupun hulu-hilir dalam pengembangan komoditas hortikultura. Akan tetapi, aspek komersial melalui wisata minat khusus yang dikemas dalam bentuk wisata agro dan wisata edukasi terus dikembangkan di berbagai daerah sentra produksi.

Menurut Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi, salah satu wisata agro dan edukasi berbasis hortikultura ada kawasan wisata puncak Bogor dengan menyajikan wisata agro kebun buah, wisata tanaman hias dan tanam bunga. Di wilayah Lembang Bandung juga banyak berkembang usaha wisata agro. Di Batu Malang ada wisata agro komoditas apel, jeruk dan lainnya. Begitu pun di Sleman ada wisata agro salah pondoh, sayuran, buah organik dan lainnya.

Suwandi menegaskan wisata agro ini menarik pengunjung dalam negeri, juga diminati wisatawan dari berbagai negara. Ini sinergi dengan wisata desa dengan pengenalan produk produk pertanian unggulan lokal di desa desa.

“Banyak turis dari berbagai negara ke Sleman untuk berwisata minat khusus sebagai diversifikasi daru paket paket wisata di Yogyakarta. Mereka datang diantaranya untuk belajar usaha kebun buah organik,” demikian diungkapkan Suwandi di Jakarta, Minggu (1/7/2018).

“Wisata agro berbasis hortikultura ini menjadi salah satu upaya edukasi minat generasi muda pada pertanian dan terpenting ajang kontak bisnis serta wadah promosi efektif produk unggulan lokal. Ini sesuai arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk diversifikasi usaha, meningkatkan nilai tambah, pendapatan serta kesejahteraan petani,” sambung Suwandi.

 

Tamu Australia

Salah satu wisata agro dan edukasi berbasis hortikultura di Yogykarta yakni Sabila Farm. Sang pemilik, Muhammad Gunung Soetopo mengatakan saat ini ada 20 anak-anak dari Mercelline Collage, Bulleen - Victoria, Australia datang untuk belajar tentang usaha kebun buah hortikultura organik.

“Wilayah di sini ternyata sudah sering dikenal di Australia khususnya di Melbourne dan negara bagian Victoria,” katanya.

Pria yang akrab dipanggil Gun Soetopo ini menerangkan AgroEduWisata Sabila Farm dibuat tahun 2005 mengedepankan pemanfaatan lahan marginal yang menyerasikan dengan alam dan tanpa merusak lingkungan. Bahkan melestarikan plasma Nutfah dan mikroba tanah untuk bisa memberikan kehidupan yang harmoni dengan kegiatan manusia.

Bulan Panen

Petani memanen dengan mesin (harvester) bantuan Kementan, mampu mempercepat pemanenan padi dibandingkan cara manual. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Petani memanen dengan mesin (harvester) bantuan Kementan, mampu mempercepat pemanenan padi dibandingkan cara manual. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

“Saat ini bulan Juni sebenarnya bukan saatnya panen buah naga (Nopember sampai April), tapi dengan teknologi penambahan pencahayaan maka buah naga bisa berbunga dan berbuah. Juga ada panenan Srikaya Jumbo rasa sangat enak, manis dan legit,” terangnya.

“Produk buah di wilayah Sleman dikenal enak dan manis serta kriuk. Sebab tanam dan tumbuh di lahan abu tuff vulcano yang kaya dengan mineral sehingga membuat buah menjadi manis dan enak,” imbuhnya.

Untuk memajukan wisata agro dan wisata edukasi, Gun Soetopo berpesan kepada teman-teman petani agar menjadi petani pengusaha dan bisa menjual 1 buah produk hortikultura setidaknya 3 kali momen mendapat income. Ini didapat dari motivasi usaha bertani, berwisata memetik, edukasi budidaya, penjualan produksi buah dan dari interaktif pengolahan hasil dan pemasaran.

“Mari sejahterakan petani Indonesia dengan Krenova yaitu kreasi dan inovasi dalam bertani. Dan itu hanya ada di Petani Indonesia,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya