Mengintip Konsep Kota Mandiri di Luar Negeri

Kota mandiri dinilai dapat memberikan banyak keuntungannya yaitu semakin mendekatkan pemilik rumah dengan pusat kegiatan ekonomi.

oleh Arthur Gideon diperbarui 22 Jul 2018, 07:21 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2018, 07:21 WIB
Jakarta Diselimuti Kabut
Kabut tipis menyelimuti udara di salah satu sudut kota Jakarta, Selasa (10/7). Tingkat polusi di Jakarta masuk dalam kategori tidak sehat sehingga menyebabkan pemandangan menjadi berkabut dan mengancam kesehatan pernapasan. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Pengembangan kota mandiri yang terintegrasi semakin marak beberapa tahun belakangan. Konsep ini memang dinilai dapat memberikan banyak keuntungannya yaitu semakin mendekatkan pemilik rumah dengan pusat kegiatan ekonomi dan bisnis juga sebagai solusi pemerataan pembangunan ekonomi.

Fenomena maraknya pembangunan kota mandiri ini ternyata tidak hanya dialami di Indonesia, banyak pula negara-negara lain yang membangun kota mandiri dengan konsep yang unik, bahkan dengan nilai investasi yang sangat tinggi.

Salah satunya seperti Songdo International Business District, sebuah proyek kota mandiri terbesar di Korea Selatan. Kota pintar ini dibangun di area seluas 1500 hektar dan 600 hektar diantaranya dibangun di atas lahan reklamasi.

Mengutip Lamudi, Minggu (22/7/2018), proyek ambisius ini, disebut-sebut sebagai pengembangan real estate swasta terbesar dalam sejarah. 

Dalam proyek ini dibangun banyak proyek real estate, seperti 80 ribu unit apartemen, 5 juta meter persegi ruang kantor dan 900 ribu meter persegi ruang ritel.

Itu belum termasuk adanya fasilitas rumah sakit, hotel hingga universitas dengan kualitas internasional yang saat ini sudah terdaftar sebanyak 5 buah yakni Chadwick International, George Mason University Korea, Ghent University Global Campus, State University of New York Korea dan The University of Utah Asia Campus.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Green Living

Jakarta Diselimuti Kabut
Suasana Ibu Kota yang diselimuti kabut di Jakarta, Selasa (10/7). Polusi di Jakarta menurut BreezoMeter bersumber dari asap kendaraan bermotor, pembakaran lahan, kegiatan memasak, aktivitas pabrik, dan asap rokok. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Tidak hanya itu, kota mandiri ini pun dibangun dengan konsep green living dimana lebih dari 40 persen lahan kota dialokasikan untuk ruang terbuka hijau. Bahkan kota ini juga dinilai sebagai salah satu kota pintar di dunia karena menerapkan teknologi canggih untuk mempermudah kehidupan masyarakatnya.

Lihat saja seperti cara untuk mangatasi masalah sampah, mereka menggunakan sistem penyedot sampah yang langsung menyedot sampah dari tempat sampah dan dikirimkan melalui serangkaian pipa bawah tanah menuju ke fasilitas daur ulang.

Ide cerdas lainnya yang digunakan kota ini adalah penggunaan jaringan informasi yang menghubungkan setiap perangkat, layanan, dan komponen melalui teknologi nirkabel. Hal itu memungkinkan seluruh kota akan terkoordinasi dan tersinkronisasi yang pernah dilakukan sebelumnya.

Di Indonesia juga sebenarnya ada banyak kota mandiri yang dibangun oleh pengembang, salah satunya seperti Meikarta, kota mandiri yang dibangun seluas 500 hektare tersebut menjadi proyek termahal yang dibangun oleh Lippo Group dengan total investasi sebesar Rp 278 triliun.

Hampir sama seperti Songdo International Business District, Meikarta juga dibangun dengan konsep hijau. Untuk memunculkan kesan green living ini Lippo rela membangun 100 hektar central park yakni sebuah taman terbuka yang lengkap dengan kebun binatang mini hingga jogging track.

Selain itu, perusahaan properti Progress Group, pengembang proyek Paradise Serpong City juga berencana mengembangkan kota mandiri dengan total lahan 150 hektare di Jalan Puspiptek Raya, Serpong, Tangerang Selatan.

Saat ini sudah dikembangkan sekitar 1.500 unit rumah dan hingga akhir tahun ditargetkan terbangun 2.000 unit rumah dengan harga jual mulai Rp 750 jutaan.

Selain residensial, nantinya akan dibangun lifestyle mall, office tower, apartemen dan lain-lain. Saat ini, dari sekitar 150 hektare lahannya, baru 35 persen yang sudah dikembangkan menjadi perumahan.

“Kami akan membangun kota mandiri di sini. Nanti tidak hanya rumah tapak yang dibangun, namun akan dilengkapi dengan properti lainnya," ungkap Budiyono Gunawan, Direktur Progress Group.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya