Harga Cabai Mulai Turun di Pasar Palmerah

Harga cabai rawit dijual di kisaran Rp 50 ribu - Rp 70 ribu per kilogram (kg) pada awal pekan di Pasar Palmerah.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 23 Jul 2018, 12:03 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2018, 12:03 WIB
20151124-Awal Pekan, Harga Cabai Melambung Naik-Jakarta
Pedagang tengah menata cabai dagangannya di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Selasa (24/11). Harga cabai, baik cabai merah keriting dan rawit, mengalami kenaikan di pasar tradisional. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Harga cabai rawit dijual di kisaran Rp 50 ribu-Rp 70 ribu per kilogram (kg) pada awal pekan di Pasar Palmerah. Sebelumnya harga cabai rawit sempat berada di posisi Rp 65 ribu per kg.

Salah satu pedagang yang menjual dengan harga terjangkau adalah Nani (56). Ia menyebut harga beberapa jenis cabai sudah turun.

"Cabai keriting merah Rp 26 ribu, agak turun. Cabai rawit Rp 50 ribu, cabai hijau Rp 40 ribu per kilo, kalau cabai hijau keriting Rp 24 ribu," ujar dia.

Ketika ditanya mengenai harga, Nani menyebut ada pengaruh dari faktor mudik, seperti pedagang yang baru berjualan lagi. "Ada faktor mudik, jadi turun," ujar dia.

Harga yang sama pun dijual oleh Erna (35). "Ini harga-harga memang masih naik-turun," kata dia.

Sementara itu, harga bawang putih dan merah yang dijual pun masih terjangkau, yakni kisaran Rp 25 ribu.

"Bawang merah Rp 25 ribu, bawang putih sama. Bawang bombay Rp 20 ribu. Timun, wortel, masih Rp 11 sampai 12 ribu, tomat Rp 10 ribu," tutur dia.

Pedagang lain Bu Ani (50), menjual cabai rawit di kisaran Rp 60 ribu. Saat ditanya alasan perbedaan harga, menurut dia, tergantung dari kondisi di pasar induk.

"Ada harga yang murah, ada yang mahal. Dagang sayuran tidak seperti sembako. Kalau sayuran beda, tergantung kita belanjanya.Tergantung pasar induknya, kalau kosong, turun, walau saya kemarin beli mahal, tapi harga di sana turun, ya saya ikut turun," tutur dia.

Ia pun menambahkan barang dagangannya sedang sepi. Hal itu, menurut Ani, ada efek Asian Games yang akan diadakan pada pertengahan Agustus 2018. Sebab, pembelinya cukup banyak dari pedagang gerobak.

"Lagi sepi. Di Senayan gerobak tidak boleh dagang karena Asian Games. Sementara ini mungkin lagi ngerapihin, tidak enak kalau berantakan sedang ada tamu negara. Ini pun tidak setiap tahun. Mungkin nanti tempat disiapin (untuk dagang)," tutur dia.

 

Meski Turun, Harga Telur Masih Mahal

Harga-Telur-Ayam
Pekerja memilih telur ayam diagen, Jakarta, Senin (27/3). Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat menilai pemerintah lamban mengatasi kondisi kelebihan pasokan ayam hidup dan telur, menyebabkan harga jatuh di tingkat peternak. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Harga telur turun Rp 2.000-Rp 3.000 menjadi Rp 27 ribu per kilogram pada awal pekan ini usai sentuh posisi Rp 30 ribu per kilogram (kg).

Menurut pantauan Liputan6.com di Pasar Palmerah, telur ayam sudah dijual Rp 27 ribu per Kg. Salah satunya telur yang dijual oleh Ning (25). "Telur 27 ribu per kg. Sudah turun," ujar dia.

Ia pun menyebut omzetnya masih normal. Sementara itu, untuk telur ayam kampung merah dijual Rp 2.400 per butirnya, dan yang biasa Rp 2.200. Untuk telur puyuh seharga Rp 34 ribu per kg.

Ning mengatakan, harga telur turun dipengaruhi oleh operasi pasar Kementerian Pertanian (Kementan) yang minggu lalu menyebarkan telur-telur murah di Jakarta.

Akan tetapi, harga sekarang masih jauh dari target harga jual Kementan, yakni Rp 22 ribu per kg. Apalagi masih ada pedagang yang menjual Rp 28 ribu per kg.

Pembeli pun mengakui harga Rp 27 ribu masih terbilang tinggi. Tio (25) pedagang martabak menyebut, penurunan harga memang memberi keringanan, tetapi harapannya adalah telur bisa kembali ke kisaran harga Rp 22 ribu.

"Turun sedikit kerasa. Biasanya Rp 23 atau Rp 22 ribu. Harga Rp 27 ribu masih lumayan besar," ujar Tio.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya