GMF Cetak Untung US$ 20,1 Juta di Semester I 2018

GMF mencatat laba bersih sebesar USD 20,1 Juta dengan margin usaha sebesar 9 persen.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 31 Jul 2018, 09:45 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2018, 09:45 WIB
Garuda Maintenance Facility.
Garuda Maintenance Facility. (Foto: GMF)

Liputan6.com, Jakarta - PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF) sebagai perusahaan Maintenance Repair & Overhaul (MRO) terbesar di Indonesia mencatat pendapatan sebesar USD 223,3 Juta atau 11,5 persen pada semester I 2018, dari periode yang sama tahun lalu USD 200,2 Juta.

Dengan pendapatan tersebut, maka GMF mencatat laba bersih sebesar USD 20,1 Juta dengan margin usaha sebesar 9 persen. Profitability EBITDA mengalami pertumbuhan sebesar USD 2,3 Juta atau tumbuh 7,1 persen. GMF juga mengalami peningkatan pada beban usaha sebesar 13,1 persen yang diakibatkan di antaranya adalah selisih kurs.

Direktur Utama GMF Iwan Joeniarto mengatakan, pencapaian GMF pada semester pertama 2018 masih sesuai dengan rencana. Ia mengatakan bahwa GMFI, di tengah kondisi di tengah situasi makro ekonomi, seperti fluktuasi nilai tukar Rupiah dan kenaikan harga minyak, yang cukup menantang, pihaknya  terus mengupayakan berbagai hal agar tidak turut tergerus.

“GMF fokus pada pertumbuhan jangka panjang, jadi tidak melulu melihat pertumbuhan antar kuartal saja. Menyasar pasar internasional menjadi senjata GMF dalam mengembangkan bisnis di luar pasar domestik yang saat  ini telah dikuasai GMF. Hal ini jg merupakan bagian dari upaya untuk mendiversifikasi sumber pendapatan perusahaan dan mengurangi pengaruh makro, seperti pergerakan mata uang, dari suatu negara” ujar Iwan dalam keterangannya, Selasa (31/7/2018).

Untuk itu, dikatakan Iwan, GMF menambahkan beberapa kapabilitas baru agar daya saing perusahaan yang digawanginya tersebut dapat lebih baik lagi. Iwan mengatakan, sumbangsih pendapatan tersebut didapat dari kontribusi dari Line Maintenance sebesar USD 39 Juta sedangkan Repair & Overhaul sebesar USD 184,3 Juta.

”Porsi ini sesuai dengan target perusahaan yaitu fokus pada bisnis perawatan komponen pesawat,” ujar Iwan.

Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa komposisi pendapatan dari Non Afiliasi meningkat menjadi 44,7 persen sedangkan pada pertengahan tahun 2017 hanya sebesar 31,6 persen. Disamping kinerja keuangan yang baik, GMF juga menghasilkan performa operasional yang gemilang.

GMF berhasil mencatat tingkat dispatch reliability sebesar 99,1 persen dan menaikkan maintenance event sebesar 10,8 persen menjadi 37,100 pekerjaan. Selain itu, GMF juga mencatatkan angka sempurna yaitu 100 persen pada aspek Turn Around Time. Pada semester I 2018, GMF berhasil menambahkan 42 Part Number untuk perawatan komponen pesawat.

 

Sertifikasi

20150928-Garuda Resmikan Hanggar Terbesar di Dunia-Tangerang
Teknisi melakukan maintenance pesawat di Hanggar 4 GMF Aero Asia di area Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin (28/9). Hanggar ini menjadi hanggar perawatan pesawat berbadan kecil terbesar di dunia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, GMF juga mendapatkan sertifikasi dari otoritas penerbangan sipil Amerika, FAA untuk perawatan Engine jenis CFM56-5B untuk pesawata Airbus A320. Perluasan bisnis GMF demi menunjang pertumbuhan jangka panjang juga dibuktikan dengan pengoperasian Landing Gear Overhaul Shop yang direncanakan akan beroperasi secara penuh pada kuartal ketiga 2018.

Di samping pengembangan kapabilitas, GMFI juga meraih penghargaan International Safety Awards 2018 yang diberikan oleh British Safety Council. Pada semester I juga, GMF sudah menambahkan tiga pelanggan baru dari pasar internasional dari Bangladesh, Thailand dan juga Yunani.

GMF juga kembali mendapatkan kepercayaan dari Airbus sebagai pemegang lisensi pusat pelatihan ‘Airbus Training Center’ selama 5 tahun kedepan. Bisnis jangka panjang juga didapatkan dari sinergi grup antara GMF dan maskapai berbiaya rendah Citilink. Bisnis Component Pooling didapatkan setelah pengembangan kapabilitas yang dilakukan GMF.

Iwan mengungkapkan optimismenya terhadap pencapaian GMF mengingat kultur bisnis MRO adalah bisnis jangka panjang. “Kami masih optimis dengan kinerja GMF ke depannya untuk mencapai visinya menjadi Top 10 MRO di dunia. Hal ini terlihat dari pencapaian dan pertumbuhan bisnis GMF yang berada diatas rata-rata industri. Ditambah pasar MRO di kawasan Asia Pasifik dan potensi pertumbuhan MRO dalam negeri masih sangat besar dan menjanjikan bagi GMF,” tutup Iwan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya