Wall Street Menguat Ditopang Kenaikan Laba Emiten

Wall Street ditutup menguat karena investor menyambut positif kenaikan laba emiten.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 07 Agu 2018, 05:01 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2018, 05:01 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street ditutup menguat pada Senin (Selasa pagi WIB) karena investor menyambut kenaikan laba emiten besar seperti Berkshire Hathaway. Saham Facebook mengangkat Nasdaq setelah perusahaan besutan Mark Zuckerberg itu berencana meluncurkan layanan baru.

Dikutip dari Reuters, Selasa (7/8/2018), Indeks Dow Jones Industrial Average naik 39,6 poin atau 0,16 persen menjadi 25.502,18, indeks S&P 500 naik 10,05 poin atau 0,35 persen menjadi 2.850,4 dan Nasdaq Composite menambahkan 47,66 poin atau 0,61 persen menjadi 7.859,68.

Indeks S&P naik mendekati rekor tertinggi pada 26 Januari, menutup dalam persentase poin tertinggi sepanjang masa untuk pertama kalinya sejak masa koreksi dimulai.

Sembilan dari 11 sektor industri utama S&P naik, dengan dorong terbesar berasal dari indeks teknologi yang naik 0,6 persen dan sektor keuangan naik 0,4 persen. Dari 413 perusahaan S&P 500 yang telah melaporkan hasil kinerja keuangan kuartal II 2018, sejauh ini 79,2 persen telah melampaui estimasi pendapatan, menurut data Thomson Reuters.

Saham Berkshire Hathaway Inc naik 2,3 persen setelah perusahaan milik Warren Buffett itu melaporkan lonjakan laba operasi sebesar 67 persen pada kuartal II 2018. Dorongan terbesar saham teknologi berasal dari Facebook, yang naik 4,4 persen setelah Wall Street Journal melaporkan telah meminta bank-bank AS besar untuk berbagi informasi keuangan rinci tentang pelanggan sebagai bagian dari upaya untuk menawarkan layanan baru.

 

Geopolitik

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Investor fokus pada pendapatan perusahaan yang kuat dan mengabaikan kekhawatiran tentang ketegangan AS dengan negara-negara termasuk China dan Iran.

Presiden Iran Hassan Rouhani menolak panggilan AS untuk melakukan pembicaraan pada hari Senin, beberapa jam sebelum Washington akan memberlakukan sanksi baru kepada Iran menyusul keputusan Trump untuk menarik dari kesepakatan nuklir Iran 2015.

Kristina Hooper, Ahli Strategi Pasar Global Invesco di New York, mengatakan ada beberapa tanda China sedang bersiap-siap dalam perang dagang yang efeknya bisa jauh lebih besar dari prediksi sebelumnya.

Media pemerintah China pada hari Senin mencerca kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump dalam serangan yang luar biasa pribadi, dan berusaha meyakinkan investor untuk mencemaskan ekonomi China yang bisa memukul pasar keuangan global.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya