Dow Jones Anjlok Parah, Wall Street Cetak Hari Terburuk

Aksi jual di Wall Street terjadi menjelang penutupan perdagangan saham hari Jumat. Sejumlah saham andalan di indeks Dow Jones pun langsung mengalami kerugian yang dalam.

oleh Arthur Gideon Diperbarui 22 Feb 2025, 10:00 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2025, 10:00 WIB
Wall Street
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) Wall Street turun 748,63 poin atau 1,69% dan ditutup pada 43.428,02. Penurunan hari Jumat merupakan yang terburuk dalam tahun ini menyebabkan kerugian dua hari menjadi sekitar 1.200 poin. Pedagang bekerja di New York Stock Exchange, New York, 10 Agustus 2022. (AP Photo/Seth Wenig, file)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Pelaku bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street melakukan aksi jual pada perdagangan Jumat. Langkah ini dilakukan investor karena data ekonomi terbaru yang memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi dan inflasi yang tinggi.

Aksi jual di Wall Street terjadi menjelang penutupan perdagangan saham hari Jumat. Sejumlah saham andalan pun langsung mengalami kerugian yang dalam.

Pelaku pasar khawatir mimpi buruk ini akan terus berlanjut karena ada kemungkinan pemerintahan Presiden AS Donald Trump akan mengumumkan sejumlah aksi lagi di akhir pekan ini seperti akhir pekan sebelumnya.

Mengutip CNBC, Sabtu (22/2/2025), indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 748,63 poin atau 1,69% dan ditutup pada 43.428,02. Penurunan hari Jumat merupakan yang terburuk dalam tahun ini menyebabkan kerugian dua hari menjadi sekitar 1.200 poin.

Indeks S&P 500 turun 1,71% hingga berakhir pada 6.013,13, menandai sesi negatif kedua setelah indeks ditutup pada rekor pada hari Rabu. Sedangkan Nasdaq Composite turun 2,2% ditutup pada 19.524,01.

Untuk minggu ini, S&P 500 turun sekitar 1,7%, sementara Dow dan Nasdaq keduanya turun 2,5%.

Serangkaian data ekonomi menimbulkan kekhawatiran baru tentang ekonomi dan membuat investor beralih ke obligasi, yang menyebabkan imbal hasil jatuh. Indeks sentimen konsumen Universitas Michigan turun menjadi 64,7 pada Februari, penurunan hampir 10% dan penurunan yang lebih tajam dari yang diharapkan karena konsumen menyuarakan kekhawatiran tentang inflasi yang lebih tinggi dari kemungkinan tarif baru.

Prospek inflasi lima tahun dalam survei tersebut adalah 3,5%, tertinggi sejak 1995.

Selain itu, S&P Global menyebutkan bahwa penjualan rumah yang sudah ada di AS turun lebih dari yang diharapkan bulan lalu menjadi 4,08 juta unit. Indeks manajer pembelian jasa AS juga turun ke wilayah kontraksi untuk bulan Februari.

 

Gerak Saham

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas... Selengkapnya

Saham Walmart turun 2,5%, menandai hari kedua penurunan setelah perusahaan mengeluarkan prakiraan yang lebih lemah dari yang diharapkan yang juga memperburuk prospek konsumen dan ekonomi.

Investor terkemuka Steve Cohen menyampaikan beberapa komentar negatif tentang pasar saham dan ekonomi AS dari sebuah konferensi di Miami.

"Ini jelas merupakan periode di mana saya pikir keuntungan terbaik telah diperoleh dan [saya] tidak akan terkejut melihat koreksi yang signifikan," kata Cohen.

Pernyataan ini merupakan komentarnya menanggapi usulan tarif Trump yang menyeret ke sektor ekonomi, serta beberapa upaya pemotongan biaya pemerintah.

Saham favorit seperti Nvidia dan Palantir mengalami kerugian tajam pada hari Jumat karena para pedagang beralih ke aset yang secara tradisional lebih aman.

Saham Procter & Gamble naik 1,8%, sementara General Mills dan Kraft Heinz masing-masing naik lebih dari 3%.

 

Sektor Defensif

Kepala analis teknis dan pendiri Blue Chip Daily Trend Report Larry Tentarelli menyebutkan, 20 pemain teratas di S&P 500 hari ini semuanya berasal dari sektor defensif seperti kebutuhan pokok konsumen, utilitas, dan perawatan kesehatan. 

“Investor sering kali beralih ke sektor-sektor yang disebut defensif ketika kekhawatiran pertumbuhan ekonomi muncul.” jelas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya