Pentingnya Melek Keuangan untuk Persiapkan Biaya Pendidikan Anak

Setiap orangtua tentu menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Hal ini salah satu diwujudkan dengan memberikan pendidikan yang berkualitas.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Sep 2018, 17:50 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2018, 17:50 WIB
Orangtua dan anak
Ilustrasi orangtua dan anak (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Setiap orangtua tentu menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Hal ini salah satu diwujudkan dengan memberikan pendidikan yang berkualitas. Tak sedikit pula orangtua yang mempertimbangkan untuk menyekolahkan anak ke luar negeri.

Menempuh pendidikan di luar negeri memang memiliki berbagai sisi positif. Selain membuat anak lebih mandiri, belajar di luar negeri juga memberikan pengalaman bagi anak untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar negeri.

Ditambah lagi, anak akan menguasai bahasa asing yang menjadi tentunya akan menjadi poin tambahan dalam dunia karier. Baik menyekolahkan anak di dalam maupun di luar negeri, keduanya tetap membutuhkan perencanaan yang matang.

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), biaya pendidikan di Indonesia meningkat sebesar 15-20 persen setiap tahun. Sedangkan di luar negeri, angka inflasi sebesar 3 hingga 5 persen. Biaya pendidikan yang tak sedikit ini menimbulkan kekhawatiran bagi banyak orangtua di Indonesia.

Survei global Value of Education yang dilakukan oleh HSBC, salah satunya di Indonesia menunjukkan  34 persen orangtua yang anaknya sedang duduk di bangku perkuliahan khawatir tidak memiliki keuangan yang kuat untuk mendukung pendidikan anak mereka.

"Kuncinya adalah perencanaan sejak dini, realistis dalam menghitung biaya, terapkan kebiasaan finansial yang baik serta berinvestasi dalam keterampilan anak yang akan berguna di masa depan," ujar Head of Health Management HSBC Indonesia Steven Suryana di Jakarta, Selasa (25/9/2018).

 

 

Menerapkan Disiplin Keuangan

(Foto: Liputan6.com/Felicia M)
Diskusi tentang pentingnya perencanaan keuangan untuk kebutuhan pendidikan anak sedari dini oleh HSBC (Foto:Liputan6.com/Felicia M)

Salah satu yang menjadi tantangan dalam menerapkan kebiasaan keuangan di Indonesia, menurut Steven, adalah prinsip menabung yang masih melekat di masyarakat.

Padahal menurut dia, perbankan kini banyak menyediakan berbagai fasilitas yang lebih menguntungkan dalam jangka panjang, misalnya melalui investasi dan asuransi.

"Bukan berarti tabungan gak penting, ya. Tapi kita lihat juga, perlu ada suatu perencanaan yang bisa melawan inflasi," tambah Steven.

Hal ini pun turut dibenarkan oleh ahli edukasi Ina Liem. Dia menilai, disiplin keuangan menjadi kunci yang sangat berpengaruh dalam perencanaan pendidikan, tidak hanya dari sisi biaya pendidikan itu sendiri saja, tetapi juga bagi perkembangan anak.

"Sebetulnya, anak itu harus dididik (dalam hal keuangan) dibagi tiga. Yang sepertiga memang untuk spend, karena pasti ada kebutuhan. Sepertiganya untuk ditabung, dan sepertiganya lagi anak harus mengerti investasi," tutur Ina.

Ina juga meneruskan, yang menjadi problematika saat ini adalah tren parenting style milenial yang permisif.

Dampaknya, anak terus bergantung pada orangtua, termasuk dari segi keuangan, sehingga kemampuan penyelesaian masalah (problem solving) dan organisasi anak kurang berkembang. Selain itu, anak juga cenderung akan kurang memiliki dorongan dan determinasi dalam berkarier.

Oleh karena itu, orangtua perlu menanamkan kesadaran keuangan pada anak sejak dini. Dengan demikian, anak ikut terlibat dalam perencanaan keuangan untuk masa depannya.  "(Melek finansial dan kesuksesan berkarier) sangat berkaitan," tambah Ina.  (Felicia Margaretha)

 

 

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya