Pemerintah Patok Batas Bawah dan Atas Harga Telur

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menuturkan, perlu ada penetapan harga batas bawah dan atas untuk harga telur.

oleh Merdeka.com diperbarui 26 Sep 2018, 19:10 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2018, 19:10 WIB
(Foto:Merdeka.com/Dwi Aditya Putra)
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (Foto:Merdeka.com/Dwi Aditya Putra)

Liputan6.com, Jakarta - Hasil rapat koordinasi (rakor) Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dengan sejumlah asosiasi dan pengusaha hingga peternak telur menyepakati sejumlah keputusan.

Enggartiasto menyampaikan, keputusan tersebut salah satunya yakni menetapkan harga batas bawah dan batas atas untuk harga telur ayam ras di tingkat peternak.

"Dengan berbagai masukan menetapkan harga batas bawah dari telur Rp 18.000 (per kilogram) yang semula Rp 17.000. Kemudian dengan batas atas adalah Rp 20.000," ujar dia saat konferemsi pers di Kantornya, Jakarta, Rabu (26/9/2018).

Enggartiasto menyebut, keputusan ini di ambil menyikapi kondisi harga telur yang saat ini sedang jatuh, sementara harga pangan terus meningkat. Oleh karena itu, kata Enggartiasto, perlu ada penetapan harga batas bawah dan atas. 

"Kalau ini tidak disikapi dan kita tidak melakukan berbagai langkah maka akan menimbulkan persoalan bagi para peternak telur dan ayam. Sebab mereka juga akan ambil langkah afkir dini. Jangka panjanganya ini adalah akibatnya suplay telur di masa depan," imbuh Enggartiasto.

Enggartiasto juga akan meminta kepada Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) agar menyesuaikan harga telur yang telah disepakati. Harga beli atau famgate tidak boleh lebih rendah dari harga yang disesuaikan.

"Teman-teman Aprindo sebagai price leader akan diikuti oleh pedagang-pedagang yang lain. Telur ayam Rp 18.000 Itulah kesepakatan yang dikeluarkan. KPPU menjelaskan bahwa jadikanlah ini ketetapan pemerintah dan hasil meeting kami Aprindo bakal lakukan ini yakni follow pemerintah dimana mereka membeli dengan harga tidak di bawah Rp 18.000," pungkas Enggartiasto.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Telur Ayam Jadi Penyebab Deflasi pada Agustus 2018

Peternak di Depok Ungkap Penyebab Tingginya Harga Telur Ayam
Pekerja mengumpulkan telur dari peternakan ayam di kawasan Depok, Jawa Barat, Senin (23/7). Tingginya harga telur ayam di pasaran karena tingginya permintaan saat lebaran lalu yang berimbas belum stabilnya produksi telur. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan pada Indeks Harga Konsumen )IHK) Agustus 2018 mengalami deflasi 0,05 persen. Deflasi ini merupakan pertama di 2018.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, deflasi ini salah satunya disebabkan oleh penurunan harga telur ayam. Dari pantauan BPS, pada Agustus terjadi penurunan harga telur ayam di 65 kota Indeks Harga Konsumen (IHK).

‎"Komoditas yang dominan memberikan deflasi Agustus 2018 yaitu telur ayam, ada penurunan harga telur ayam terjadi di 62 kota IHK, sehingga andil telur ayam ras terhadap deflasi sebesar 0,06 persen," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Senin 3 September 2018.

Selain telur ayam, sejumlah komoditas yang juga menyumbang deflasi yaitu bawang merah sebesar 0,05 peren. Kemudian daging ayam ras, bayam, cabai merah dan cabai rawit masing-masing sebesar 0,02 persen.

Sedangkan ikan segar, jengkol, kangkung, kentang, sawi hijau, tomat sayur, jeruk dan bawang putih masing-masing sebesar 0,01 persen.

Sementara komoditas yang menyumbang inflasi di Agustus 2018 yaitu ketimun sebesar 0,01 persen, subkelompok makanan jadi sebesar 0,35 persen, subkelompok minuman tidak beralkohol sebesar 0,08 persen dan subkelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 0,62 persen.

"Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi yaitu nasi dengan lauk, rokok kretek dan rokok filter masing-masing sebesar 0,01 persen," tandas dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya