Pertamina Masih Jual Solar Tak Tercampur Minyak Sawit

Kementerian ESDM menyatakan Pertamina belum jual Pertamina Dex bercampur 20 persen minyak sawit untuk penuhi kebutuhan alutsista.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 28 Sep 2018, 17:11 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2018, 17:11 WIB
Kementerian ESDM telah resmi memperluas penerapan kewajiban pencampuran Biodiesel 20 persen (B20) untuk Public Service Obligation (PSO) ataupun non-PSO, sejak 1 September 2018. (Maul/Liputan6.com)
Kementerian ESDM telah resmi memperluas penerapan kewajiban pencampuran Biodiesel 20 persen (B20) untuk Public Service Obligation (PSO) ataupun non-PSO, sejak 1 September 2018. (Maul/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah kebijakan solar bercampur 20 persen minyak sawit ‎(B20) diluncurkan pada 1 September 2018, PT Pertamina (persero) masih menjual solar yang belum tercampur minyak sawit.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM), Djoko Siswanto, mengatakan kebijakan B20 telah berjalan dari badan usaha yang menyalurkan solar di Indonesia, hanya Pertamina yang masih menjual solar belum bercampur minyak sawit (B0).

‎"Biodiesel itu badan usaha selain Pertamina sudah tidak ada lagi yang jual B0. Jadi semua sudah B20 selain Pertamina," kata Djoko, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (28/9/2018).

Djoko menyebutkan, solar yang belum tercampur biodiesel atau minyak sawit adalah jenis solar non subsidi Pertamina Dex. Meski begitu belum ada sanksi untuk Pertamina karena masih menyalurkan Solar belum tercampur minyak sawit 20 persen.

‎"Kalau masih ada yang pakai B0 itu yang jenis Pertamina Dex," ujar dia.

‎Dia mengungkapkan, alasan Pertamina belum menjual Pertamina Dex yang tercampur 20 persen minyak sawit. Yaitu, untuk memenuhi kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Saat ini sektor tersebut melakukan uji coba solar tercampur 20 persen minyak sawit. Selain itu juga sektor kelistrikan dan PT Freeport Indonensia.

"Alutsista masih belum bisa B20. Kita mau tau berapa volumenya. Itu jadi alasan kenapa Pertamina masih jual B0 sebagian jadi belum100 persen jadi ada 3 yaitu Freeport, kemudian PLN dan TNI," kata dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ini Usul Pertamina agar Penyaluran B20 Lancar

Kebut Implementasi Perluasan B20, 69 Terminal BBM Pertamina Sudah Salurkan FAME
Direktur Logistik, Supply Chain & Infrastruktur Pertamina Gandhi Sriwidodo (kanan), Dirjen Migas Djoko Siswanto (kedua kanan) VP Supply & Distribution Fariz Aziz (kiri) dan GM MOR 1 Joko Pitoyo (kedua kiri). (dok. Humas Pertamina)

Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menggelar rapat tertutup terkait penerapan penggunaan Biodisel 20 persen (B20). Rapat ini merupakan kegiatan rutin dalam rangka memastikan penyaluran B20 untuk PSO dan non PSO berjalan lancar ke seluruh pelosok Indonesia.

Dalam penerapannya ternyata masih ada beberapa hambatan yang ditemui oleh PT Pertamina sebagai penyalur B20 dan juga Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BU BBN) sebagai penyedia minyak sawit atau Fame untuk dicampur dengan solar (B0).

Direktur Logistik, Supply Chain, dan Infrastruktur Pertamina Gandhi Sriwidodo mengatakan, pemerintah bersama badan usaha tengah mencari solusi agar penyaluran B20 berjalan lancar. Salah satu solusi yang dikaji adalah menetapkan satu suplier minyak sawit per daerah/lokasi.

"Dengan evaluasi ini dicarikan solusi-solusi supaya lebih simple lebih gampang, sehingga program pemerintah cepat terealisir. Apalagi ada dorongan dari pemerintah. Salah satu solusinya itu seperti harga, satu harga yang PSO dan NON-PSO. Terus supliernya satu saja per lokasi," ujar dia di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis 27 September 2018.

Gandhi mengatakan, sejak diterapkan pada awal September lalu suplier minyak sawit untuk satu lokasi memang terdapat dua, hal ini dinilai kurang efektif. Ke depan, pemerintah, Pertamina bersama suplier akan terus mengkaji cara memaksimalkan penerapan B20 ini.

"Kan ada yang satu lokasi dua suplier, itu kan cargonya enggak efektif. Nanti yang jelas kita akan bicara dengan BUBBN soal suplier-suplier untuk mencari jalan supaya sama-sama mensukseskan ini. Ini kan masa transisi, jadi masih ada beberapa hambatan. Tapi on progres kok mulai bagus ada peningkatan," kata dia.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya