Imbas Kasus CFO Huawei, Perusahaan China Larang Pegawainya Pakai Produk AS

Kasus penangkapan CFO Huawei Meng Wanzhou mendorong sebagian perusahaan dan kelompok bisnis China meminta para pegawainya untuk memboikot produk-produk dari perusahaan-perusahaan AS.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 14 Des 2018, 10:02 WIB
Diterbitkan 14 Des 2018, 10:02 WIB
Logo Huawei
Huawei (Foto: Huawei)

Liputan6.com, Jakarta - Kasus penangkapan Chief Financial Officer (CFO) Huawei Meng Wanzhou mendorong sebagian perusahaan dan kelompok bisnis China meminta para pegawainya untuk memboikot produk-produk dari perusahaan-perusahaan Amerika Serikat seperti Apple. Hal ini memicu kekhwatiran akan reaksi yang lebih buruk.

Melansir laman CNN Business, Jumat (14/12/2018), beberapa perusahaan di China telah menerbitkan edaran yang meminta para karyawannya untuk memberikan dukungan bagi Huawei. Perusahaan bahkan memberikan ancaman hukuman bagi siapa saja yang tertangkap menggunakan produk-produk Apple.

Sebagian perusahaan bahkan menawarkan subsidi untuk membeli telepon seluler China.

"AS bertujuan untuk menahan peningkatan China. Saya yakin masyarakat China akan terus bersatu dan mendukung produk nasional kami," seperti rilis dari Dinas Perdagangan Nanchong di Shanghai pekan ini.

Krisis tersebut dimulai setelah kabar penangkapan CFO Huawei Meng Wanzhou di Vancouver pada 1 Desember lalu. Dia bisa menghadapi penyerahan pada AS yang dapat memicu kemarahan China.

"Memperlakukan penduduk China seperti pelaku kriminal serius, melanggar hak asasi manusia dan tidak menghormati haknya, bagaimana itu bisa dilakukan negara yang beradab? Bagaimana kita tidak marah?" seperti tertera dalam sebuah editorial di People's Daily, media rasmi Partai Komunis China.

Berkembangnya reaksi buruk tersebut terus meningkatkan berbagai boikot yang sebelumnya telah dilakukan China. Hal ini terjadi dalam skala besar serta memicu protes.

 

Karyawan dapat subsidi untuk pembelian produk Huawei

Huawei P20 Pro Resmi Dipasarkan di Indonesia
Seorang pengunjung melihat ponsel Huawei P20 Pro di Jakarta, Kamis (28/6). Huawei P20 Pro resmi dipasarkan dan dibanderol seharga Rp 11.999.000 di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Direktur University China Center di Oxford University Rana Mitter mengatakan, pemboikotan produk-produk AS merupakan awal dari pola yang kerap muncul di China dalam 30 tahun terakhir. Tapi biasanya hal semacam ini tak berkembang ke skala yang lebih besar kecuali ada campur tangan resmi dari pemerintah.

Sejauh ini belum ada perusahaan besar atau departemen pemerintah yang secara terang-terangan ambil bagian dari aksi boikot tersebut. Tapi sejumlah pemasok dan kelompok kecil secara antusias ikut andil.

Menpad, pemasok peralatan elektronik yang berbasis di Shenzen mengatakan pihaknya akan memberikan subsidi 15 persen pada siapa saja karyawan yang membeli telepon genggam dari perusahaan China seperti Huawei dan ZTE.

"Perusahaan akan menghukum karyawan yang membeli telepon Apple dengan denda 100 persen dari harga pasar. Berhenti membeli barang-barang dari AS seperti komputer," ungkap salah satu pegawai.

Peringatan tersebut telah dicabut namun perusahaan tidak mengkonfirmasi saat dihubungi CNN.

Sementara itu, Chengdu RYD Information Technology mengatakan, pihaknya hanya akan menggunakan perlengkapan elektronik dari Huawei dari sekarang. Para karyawan juga mendapatkan subsidi 15 persen untuk pembelian produk Huawei.

Sekretaris Dinas Perdagangan Nanchong Luo Qiang mengatakan aksi tersebut tidak dipelopori oleh pemerintah. Namun aksi boikot tersebut disuarakan oleh rakyat.

Sekadar informasi, beberapa waktu lalu Kanada diperkirakan akan mengekstradisi Meng ke AS atas tuduhan perusahaannya telah secara ilegal menerima pembayaran dari Iran yang berarti melanggar sanksi ekonomi yang dikenakan Negeri Paman Sam kepada negara Timur Tengah tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya