Wall Street Melonjak Imbas Harapan Negosiasi Perdagangan AS-China

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat satu persen pada penutupan perdagangan saham Rabu waktu setempat.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Des 2018, 05:00 WIB
Diterbitkan 13 Des 2018, 05:00 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat satu persen pada  penutupan perdagangan saham Rabu waktu setempat. Hal itu didorong harapan investor terhadap negosiasi perdagangan antara AS  dan China dan kondisi politik Inggris.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik 157,03 poin ke posisi 24.527,27. Indeks saham S&P 500 menanjak 0,6 persen ke posisi 2.651,07. Indeks saham Nasdaq bertambah satu persen ke posisi 7.098,87.

Penguatan indeks saham Dow Jones ditopang oleh saham Caterpillar. Sedangkan indeks saham S&P 500 didorong kenaikan sektor saham konsumsi. Indeks saham Nasdaq menguat didorong saham Facebook, Amazon, Netflix dan induk usaha Google yaitu Alphabet.

Pada perdagangan saham Rabu sore, indeks saham Dow Jones pun naik 458,05 poin, indeks saham S&P 500 menguat 1,85 persen. Indeks saham Nasdaq bertambah 2,35 persen.

Negosiasi perang dagang membayangi pergerakan wall street. Presiden AS, Donald Trump menuturkan, pembicaraan perdagangan sedang berlangsung dengan China. Pelaku pasar menyatakan, China melakukan pembelian besar pertama kedelai AS sejak AS dan China setuju gencatan perdagangan sementara pada awal Desember.

Selain itu, Trump menyatakan akan campur tangan dalam kasus bos Huawei Technologies jika itu akan membantu mengamankan kesepakatan perang dagang. Sentimen tersebut menjadi katalis positif di wall street. Ditambah harapan Perdana Menteri Inggris Theresa May mungkin mempertahankan posisinya untuk saat ini.

Akan tetapi, investor cenderung hati-hati terhadap keberlanjutan reli. Investor pun menemukan kepastian secara teknikal seiring saham kembali naik beberapa kali usai uji level terendah pada 2018.

"Kami telah berkali-kali uji ulang level terendah itu. Setiap tes ulang membuat dukungan lebih kuat," ujar Robert Phipps, Direktur Per Sterling, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (13/12/2018).

Phipps mengingatkan wall street masih akan bergejolak hingga batas waktu perundingan AS-China pada akhir Februari 2019.

"Tidak hanya Trump tidak akan tetapkan kesepakatan hingga akhir Februari. Namun, retorikanya semakin menyengat hingga batas waktu. Ada banyak masalah politik yang akan terus menekan pasar dari sekarang hingga akhir Februari,” ujar dia.

 

8 Sektor Saham Menguat Lebih dari 1 Persen

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Dari 11 sektor saham utama di indeks S&P, 8 sektor saham menguat dengan kenaikan sekitar satu persen atau lebih. Sektor saham properti mencatatkan penurunan terbesar sekitar 1,4 persen. Sedangkan sektor saham utilitas susut 0,4 persen.

Sektor saham teknologi menguat 1,6 persen sehingga memberikan dukungan terbesar untuk indeks saham S&P 500. Padahal sektor saham ini sangat terkena dengan perdagangan China.

Perdagangan saham cenderung bergejolak dalam beberapa hari terakhir mulai dari perang dagang, potensi penutupan pemerintah AS, dan keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa.

Setelah Perdana Menteri Inggris Theresa May berjuang untuk mencapai kesepakatan keluar, para investor mencermati kemungkinan tersendatnya tidak ada kesepakatan atau referendum lainnya. Wall Stret pun akhirnya menguat usai May berjanji akan mengundurkan diri sebelum pemilihan parlemen berikutnya.

Terkait saham, perusahaan streaming music yang berbasis di China yaitu Tencent Music Entertainment naik 7,9 persen dalam debutnya di AS.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya