Sektor Industri Pengolahan Masih Jadi Konstribusi Terbesar Ekonomi RI

Menperin Airlangga mengatakan, apabila menginginkan pertumbuhan ekonomi yang cukup besar, sektor industri pengolahan harus diperbaiki.

oleh Merdeka.com diperbarui 19 Des 2018, 16:09 WIB
Diterbitkan 19 Des 2018, 16:09 WIB
Tiga Menteri Hadiri Hibah 10 Mobil Listrik Ramah Lingkungan
Menperin Airlangga Hartarto melakukan test drive saat penyerahan 10 mobil listrik dari Mitsubishi Motors kepada pemerintah Indonesia. Mobil tersebut terdiri dari delapan unit Mitsubishi Outlander PHEV dan dua unit i-MiEV. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto menyebut sektor industri pengolahan masih menjadi kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional 2018.

Bahkan, sektor industri tersebut masih di atas angin dari beberapa sektor lain seperti nonmigas dan migas.

"Dibandingkan sektor-sektor yang lain industri pengolahan adalah tertinggi yakni 19,89 persen," kata Airlangga, saat jumpa pers di kantornya, Jakarta, Rabu (19/12/2018).

Airlangga mengatakan, apabila menginginkan pertumbuhan ekonomi yang cukup besar, sektor industri pengolahan harus diperbaiki dan digalakkan kembali. Jadi kontribusi PDB secara nasional ke depan akan jauh lebih tinggi.

"Di sini menunjukan bahwa dibandingkan sektor sektor yang lain, sektor industri pengolahan paling tinggi. Kalau kita ingin memperbaiki pertumbuhan ekonomi maka yang terjadi prioritas yang diperbaiki faktor pengalihannya besar adalah sektor industri pengolahan atau sektor industri manufaktur," tutur dia.

Sementara itu, apabila dilihat dari lima sektor yang berkontribusi besar terhadap PDB Nasional 2018 didorong oleh industri makanan dan minuman yang mencapai 6,34 persen.

Kemudian industri kimia sebesar 2,98 persen, dan barang logam, komputer, barang elektronika, mesin, dan perlengkapan 2,16 persen.

"Sedangkan alat angkutan berkontribusi sebesar 1,86 persen, tekstil dan pakaian jadi mencapai 1,13 persen," ujar dia.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

Prediksi Pertumbuhan Industri Nonmigas

Menperin Airlangga dan Wakil PM Selandia Baru Buka New Zealand Tech Day 2018
Menteri Perindustrian RI, Airlangga Hartarto usai membuka New Zealand Tech Day 2018 di Jakarta, Kamis (4/10). New Zealand Tech Day 2018 diselenggarakan dalam rangkaian perayaan 60 tahun hubungan bilateral Selandia Baru dan Indonesia. (Foto:Istimewa)

Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto memproyeksikan pertumbuhan industri pengolahan nonmigas pada tahun depan hanya mencapai 5,4 persen. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan target pertumbuhan pengolahan nonmigas pada 2018 yang dipatok sebesar 5,6 persen.

Sementara, apabila dibandingkan rata-rata pertumbuhan pengolahan nonmigas sejak 2015 hingga 2018, angka tersebut lebih tinggi. Di mana, pertumbuhan pada periode tersebut hanya berada di kisaran 4,87 persen.

"Proyeksi pertumbuhan industri pengolahan non migas 2019 (kira-kira) 5,4 persen," kata Menteri Airlangga, dalam jumpa pers di Kantornya, Jakarta, Rabu 19 Desember 2018.

Dia mengatakan, pertumbuhan itu masih didominasi lima sektor unggulan dari Kementerian Perindustrian. Adapun subsektor industri yang diproyeksikan tumbuh tinggi bakal terjadi di sektor makanan dan minuman, mesin, tektil pakaian jadi, kulit barang dari kulit alas kaki, hingga barang logam komputer dan barang elektronik.

"Industri makanan dan minuman diperkirakan mencapai 9,86 persen, mesin 7 persen, tekstil mencapai 5,61 persen, kulit barang alas kaki 5,40 persen dan barang logam sekitar 3,81 persen," katanya.

Sementara itu, Sekekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Haris Munandar menjelaskan alasan pihaknya memproyeksikan pertumbuhan pengolahan nonmigas hanya mencapai 5,4 persen di 2019.

Menurutnya, dinamika pertumbuhan ekonomi secara global masih berpengaruh terhadap kinerja sektor industri nonmigas.

"Kan kita melihat ekonomi dunia. Semua negara sekarang melakukan proteksi terkait, hampir semua negara. Amerika Serikat yang memulainya dengan Trump policy- nya. Akhirnya semua negara melakukan proteksi. Ini akan mempersulit ruang gerak," ujar dia.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya