Liputan6.com, Palembang - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengapresiasi Pertamina Refinery Unit (RU) III Plaju Palembang yag akan mengembangkan Green Refinery pertama di Indonesia. Program pengolahan Bahan Bakar Minyak (BBM) ramah lingkungan ini menjadi era baru bagi industri Bahan Bakar Nabati (BBN) di Indonesia.
Menurut Menteri ESDM, pemerintah mendorong penggunaan BBM bersih dan Pertamina berinisiatif mengolah energi lebih bersih yang berasal renewable resources di RU III Plaju dan Sungai Gerong.
“Dengan mencampur kelapa sawit atau Crued Palm Oil (CPO) , residu atau yang lainnya ke minyak diesel sehingga lebih ramah lingkungan,” ujarnya, seperti ditulis Sabtu (19/1/2019).
Advertisement
Rencana ini kemungkinan akan dibangun juga unit lain, untuk mengubah 100 persen minyak kelapa sawit menjadi minyak diesel. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi polusi dan emisi buang dari kendaraan.
Baca Juga
Produksi BBM ramah lingkungan juga, lanjut Menteri Jonan, bisa mengurangi impor bahan bakar yang bisa mencapai 400 Ribu barel per harinya.
“Kita bisa menggunakan kelapa sawit dalam negeri. Pertamina berubah dari pengolah energi fosil menjadi setengahnya pengolah energi terbarukan,” katanya.
Pertamina dinilainya harus terus membangun dan menyiapkan green energy untuk generasi masa depan. Karena ini menjadi tantangan dan peluang bagi Pertamina, untuk terus menyediakan bahan bakar berkualitas dan ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya dalam negeri.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, Kilang Plaju menjadi pilot project dalam pengolahan minyak sawit menjadi bahan bakar berkualitas dan ramah lingkungan. Ini menjadi menjawab untuk tantangan dunia, agar bisnis migas mulai berpindah dari sumber energi fosil menuju green energy.
Green energy dipandangnya sebagai bisnis masa depan yang banyak dinantikan pasar dunia. Indonesia memiliki sumber green energy yang besar utamanya minyak sawit. Pertamina akan terus mengembangkan green energy dengan pilot project di Kilang Plaju Palembang,” katanya.
“Yang kita lakukan hari ini dimulai, ada dua jenis Bio Refenery atau Bio Fuel, yaitu Bio diesel B20 E-Famme yang dicampur minyak diesel oil kita. Sekarang dihasilkan RU III adalah kernel oil, produk turunan CPO dicampur dengan residu,” ujarnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tekan Impor Minyak
Residu ini diproses kilang RCC Unit jadi produk green fuel lebih baik, secara karbon emisi lebih baik. Pertamna akan melakukan proses 100 persen CPU di Pertamina Palembang.
Co-processing kernel oli dicampur residu tidak hanya dilakukan di Pertamina RU III Plaju Palembang saja. Pertamina juga akan mengolahkan di Pertamina Balikpapan, Balongan dan Cilacap.
“Kita akan tambah kapasitas. Perlahan B20 akan kita campur, nanti ada beberapa opsi. Karena secara lingkungan lebih baik. Dimungkinkan terserap sampai 100 persen,” ujarnya.
Pengembangan green energy yang akan memperluas penggunaan B20, juga bisa menghemat kas perseroan hingga US$ 160 juta atau Rp 2,3 triliun per tahun. Ini sekaligus mengurangi impor minyak hingga 7,36 ribu barel per hari (bph), sehingga cadangan devisa akan terjaga.
Dalam jangka panjang, Pertamina telah melakukan kerjasama dengan ENI, perusahaan minyak asal Italia yang menjadi pelopor konversi kilang pertama di dunia, untuk mengembangkan kilang-kilang Pertamina menjadi green refinery.
“Kerjasama ini merupakan bagian dari komitmen Pertamina dalam menyediakan bahan bakar ramah lingkungan sekaligus mengoptimalkan sumber daya alam dalam negeri, untuk menciptakan ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional,” katanya.
Advertisement
Persiapan Green Fuel
Pertamina juga menjajaki kerjasama dengan PTPN untuk suplai kelapa sawit sebagai bahan baku green fuel, agar bahan bakar yang dijual tetap terjangkau bagi masyarakat Indonesia
Konversi Kilang Plaju menjadi green refinery pertama di Indonesia telah dilakukan melalui serangkaian kajian dan ujicoba. Pada Agustus – September 2018, telah dilakukan ujicoba dengan metode Advanced Cracking Evaluation (ACE) Test yang menunjukkan RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil).
Pada bulan Oktober – November 2018, Pertamina melanjutkan penyiapan berbagai sarana dan prasarana seperti line, tangki dan jetty serta sekaligus menyiapan dry stock RBDPO.
Pada bulan Desember 2018, telah dilakukan ujicoba skema co-processing dengan injeksi RBDPO secara bertahap 2,5 hingga 7,5%. Hasilnya bisa memproduksi bahan bakar ramah lingkungan dengan octane number hingga 91,3.
“Saat ini, unit RFCC Kilang Plaju yang berkapasitas 20,5 Million Barel Steam Per Day (MBSD) mampu menghasilkan green fuel yang lebih ramah lingkungan sebanyak 405 ribu barel per bulan setara 64.500 kilo Liter per bulan. Selain itu, kilang ini juga menghasilkan produksi elpiji ramah lingkungan sebanyak 11.000 ton per bulan,” ujarnya.
Dengan adanya produksi BBM ramah lingkungan ini, Indonesia menjadi negara pertama di dunia yang berhasil mengimplementasikan co-processing CPO menjadi Green Gasoline dan Green LPG untuk skala komersial.