Liputan6.com, Jakarta - Meningkatnya keinginan orang untuk bepergian tentu membuat kebutuhan pada perlengkapan luar ruangan atau outdoor menjadi semakin besar.
Kebutuhan tersebut, yang kemudian kini dimanfaatkan para pelaku usaha outdoor untuk menjajal bisnis baru di sektor ini. Seperti misalnya yang dilakukan oleh Pelangi Outdoor.
Sebuah toko penjualan yang menyajikan perlengkapan dan peralatan untuk pendakian gunung lengkap ini memandang bisnis ini semakin berkembang. Namun, menjamurnya bisnis peralatan tersebut justru membuat trend bisnis ini menurun.
Advertisement
"Kalau untuk sekarang beberapa banyak penurunan trend bisnis outdoor. Penyebab pertama, satu ketidak sediaannya barang. Terus kedua modal usaha," kata salah satu penjaga, Buyung Rindu Alam, saat ditemui di pameran Indonesia Outdoor Festival (Indofest) 2019, di Senayan, Jakarta, Kamis (7/3/2019).
Baca Juga
Buyung mengakui, secara tren memang peminat ataupun pencari barang-barang outdoor ini masih banyak.Hal ini seiring semakin maraknya para penggiat pencinta alam.
Namun, semua kembali lagi apakah pelaku usaha bergerak di bidang ini mampu memenuhi kebutuhan dari para pegiat itu sendiri. Buyung menambahkan, sebetulnya untuk bisnis di bidang ini tidak bisa diperkirakan keutungannya. Namun, secara omzet memang masih menjanjikan.
"Kalau untuk per bulan di satu toko saja kurang lebih Rp 30 jutaan. Kalau di sini (Indofest) bisa beberapa kali lipatnya," kata Buyung.
Namun, omzet tersebut bisa dicapai tidak dengan mudah. Sebab, sebelum dibangun Pelangi Outdoor ini, pihaknya lebih dulu berpikir matang terutama soal konsep. Kemudian juga mempertimbangkan barang-barang apa saja yang akan diperjual belikan, apakah itu merek lokal, ataupun internasional.
"Kalau untuk sekarang ini omzet tergantung ada yang menjanjikan juga ada yang enggak. Tergantung kita mau mainnya di mana. Kalau kita mau main produk lokal itu pasti bisa menjanjikan," kata dia.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Masyarakat Banyak Beralih Pakai Produk Luar
Dia menuturkan, masyarakat saat ini sudah banyak beralih menggunakan produk-produk luar. Padahal, secara kualitas produk lokal sendiri tidak kalah bagus dan mampu bersaing dengan produk luar.
"Tapi kebanyakan mereka mereka tahunya itu brand brand yang wah. sementara brand-brand yang wah itu banyak juga yang memang bukan originalnya. Tapi tetap mereka mencarinya yang wah. Tidak menutup kemungkinan produk lokal juga banyak yang lebih unggul seperti Eiger, ataupun kaya Consina itu produk lokal juga yang cukup diungguli," bebernya.
Buyung mengatakan, untuk bisa membangun atau memulai bisnis outdoor saat ini paling tidak harus merogoh kocek hingga ratusan juta rupiah. Angka tersebut sudah maksimal. Sebab, itu sudah termasuk sewa ruko, hingga peralatan outdoor secara lengkap.
"Pertama udah pasti modal. tergantung mau apa, unik, apa yang mau dipegang. Kalau untuk sekaligus itu ratusan juta sudah sama tempat. Dengan berbagai macam produk," kata dia.
Pelangi Outdoor saat ini sudah bermarkas tersebar di berbagai lokasi. Mulai dari Bekasi, Bogor, Grogol, Sumur Bor (Jakarta Barat), hingga Batu Ceper (Tangerang).
Advertisement
Dua Produk Lokal yang Diburu
Berbagai produk merek lokal hingga internasional turut mewarnai gelaran Indonesia Outdoor Festival (Indofest) 2019, di Hall B Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta Selatan.
Beberapa merek besar outdoor lokal dan internasional tersebut seperti misalnya The North Face, Deuter, Osprey, Casio, Nature Hike, Victorinox, Decathlon, Polygon, Consina, Eiger, Arei, Hike n Run, Boogie, Avtech, Forester, Altitude Gear, Matador hingga merek lainnya.
Namun, menariknya dari pantauan merdeka.com, sejumlah merek-merek ternama lokal seperti Eiger dan Consina paling banyak dikunjungi. Tak jarang mereka rela mengantri untuk dapat masuk ke arena stan-stan tersebut.
Misalnya saja yang terjadi pada Eiger. Antusias pengunjung mulai terasa sejak arena ini dibuka. Ratusan orang bahkan rela mengantre untuk mendapatkan produk-produk yang ditawarkan merek asal Bandung, Jawa Barat tersebut.
Untuk bisa memasuki stan Eiger, bahkan pengunjung harus rela bergiliran. Salah petugas bahkan memasang garis di depan pintu masuk untuk membatasi jumlah orang yang berada di dalamnya.
Mengingat jumlah pengunjung terus memadati dan ingin berburu produk Eiger. Bukan tanpa sebab, Eiger sendiri menawarkan diskon up to dari 50 persen.
Berbagai produk yang ditawarkan mulai dari tas, sepatu, sendal, ransel, jaket, kaos, topi hingga perlengkapan outdoor lainnya.
"Diskon up to 50 persen. Tapi kalau all item 10 persen. Harga paling murah Rp 120.000 untuk topi Eiger. Ada juga Rp 90 ribu ada," kata Agus salah satu penjaga Eiger.
Di samping itu, untuk harga sepatu yang ditawarkan Eiger bervariasi mulai dari harga Rp 500.000 hingga Rp 1.000.000. Harga tersebut, sudah termasuk diskon. Sementara itu, pemandangan serupa juga terjadi di stan Consina.
Para pemburu alat outdoor bahkan menjalar hingga keluar arena stan. Bahkan pengunjung rela berdesak-dasakan menunggu antrean masuk ke dalam. Bahkan saking padatnya, salah satu pengunjung mengaku rela mengantre hingga menghabiskan kurang lebih 1 jam untuk bisa masuk ke dalam.
"Sampai 45 menit hampir satu jam antre di sini mas," ujar Fauzi kepada merdeka.com.
Sama seperti dengan Eiger, Consina sebetulnya tidak mematok diskon terlalu besar. Semua penjualan produk hanya diberi diskon sebesar 10 persen. Namun, antusias pengunjung tidak terbendung. Dari pantauan merdeka.com, sejumlah item seperti jaket dibanderol mulai dari Rp 150.000. Kemudian untuk kaos sendiri dipatok mulai dari Rp 100.000.
Saksikan video pilihan di bawah ini: