Liputan6.com, Stockholm - Perusahaan kecerdasan buatan dan robotik sosial bernama Furhat dari Swedia semakin mengoptimalkan pembuatan robot mereka untuk dunia kerja. Percobaan pun dilakukan agar robot mereka segera siap menghadapi calon karyawan saat wawancara kerja.
Dilansir The Ladders, robot bernama Tengai ini berukuran 40 sentimeter ini dirancang agar mengurangi prasangka dalam tahap wawancara. Sebab, prasangka masih menjadi masalah dalam memilih pegawai.
Advertisement
Baca Juga
Menurut studi Stanford, munculnya bias pada proses rekrutmen masih sering muncul di Amerika Serikat. Kehadiran Tengai pun diharapkan bisa meminimalisir bias-bias yang terjadi ketika wawancara kerja.
"Tengai belajar dari beberapa petugas rekrutmen yang berbeda agar tidak mengambil perilaku spesifik dari satu petugas rekrutmen saja," ujap Gabriel Skantze yang menjadi ilmuwan kepala di proyek ini.
Bagaimana cara kerja Tengai? Kandidat akan berinteraksi dengan Tenai, dan robot itu akan mengirim transkrip wawancara kerja ke pegawai manusia untuk menyurvei jawaban-jawabannya saja.
Robot Tengai diprediksi bisa mulai bekerja pada Mei mendatang. Jika trial sukses, versi Bahasa Inggrisnya bisa meluncur pada awal 2020.
Hindari Pakai Baju Warna Oranye Ketika Wawancara Kerja
Psikologi warna ternyata tidak hanya penting dalam mendesain ruangan. Ketika wawancara kerja, ada warna yang baiknya dihindari: oranye.
Dilansir dari Southern Living, warna oranye memiliki asosiasi dengan sifat tidak profesional. Temuan itu berdasarkan survei 2.099 manager pencari kerja.
Survei dilakukan pada CareerBuilder pada 2013, dan hingga hari ini CareerBuilder menyebut hasilnya masih relevan bagi pencari kerja masa kini.
Tentu memakai warna oranye tidak akan langsung menghilangkan kesempatanmu pada wawancara kerja. Namun, kesan pertama pada wawancara penting, sehingga lebih baik menghindari pakaian yang malah membuat pewawancara mengingat pakaian kita ketimbang kualitas kita.
"Tujuan wawancara adalah mengkomunikasikan nilai unik apa yang kamu bawa ke perusahaan dan budayanya. Aturan pegangan: pastikan orang-orang mengingatmu ketimbang pakaianmu," ujar Michelle Amer, chief people officer CareerBuilder.
Marty Lundstrom, pendiri Polished Professionals, mengajak agar menyiapkan pakaian wawancara sebelum Hari-H. Jadi, pada hari wawancara kerja kamu tak perlu pusing memikirkan pakaian yang pas.
Lundstrom juga menyarankan mencari tahu kultur perusahaan mengenai dress code. Andalkan media sosial untuk melihat bagaimana pegawai di sana berpakaian.
Advertisement