Defisit Anggaran 2020 Dipatok 1,76 Persen dari PDB

Presiden RI Joko Widodo memaparkan arah RAPBN 2020

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 16 Agu 2019, 14:40 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2019, 14:40 WIB
Jokowi Berbaju Sasak
Presiden Joko Widodo dengan baju adat suku Sasak NTB menyampaikan pidato kenegaraan dalam Sidang Bersama DPD-DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2019). Setelah sidang tahunan MPR 2019 berakhir, agenda berlanjut ke sidang bersama DPD-DPR. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Jokowi meyatakan pada RAPBN 2020 menargetkan defisit anggaran masih di bawah 2 persen dari Produk DOmestik Bruto (PDB).

Dalam Nota Keuangan yang dibacakan Presiden Jokowi, defisit dalam RAPBN 2020 dipatok 1,76 persen atau sebesar Rp307,2 triliun. Dengan Pendapatan Negara dan Hibah sebesar Rp2.221,5 triliun, serta Belanja Negara sebesar Rp2.528,8 triliun.

Dalam arah kebijakannya, Jokowi memaparkan ada lima hal fokus RAPBN 2020. Pertama, penguatan kualitas SDM untuk mewujudkan SDM yang sehat, cerdas, terampil, dan sejahtera.

"Kedua, akselerasi pembangunan infrastruktur pendukung transformasi ekonomi. Ketiga, penguatan program perlindungan sosial untuk menjawab tantangan demografi dan antisipasi aging population," papar Jokowi di Gedung DPR RI, Jakarta, Jumat (16/8/2019).

Sedangkankeempat, penguatan kualitas desentralisasi fiskal untuk mendorong kemandirian daerah. Kelima, antisipasi ketidakpastian global.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Arah Kebijakan Fiskal 2020

Pidato Presiden Jokowi
Presiden Joko Widodo didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla menghadiri sidang Tahunan MPR Tahun 2019 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/7/2019). Sidang tersebut beragendakan penyampaian pidato kenegaraan Presiden dalam rangka HUT Ke-74 Republik Indonesia. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidato Nota Keuangannya di DPR RI menyatakan pada tahun 2020, Pemerintah akan menempuh tiga strategi kebijakan fiskal.

Kebijakan fiskal ini ditempuh demi mendongkrak pertumbuhan ekonomi 2030 yang ditargetkan 5,3 persen.

"Strategi tersebut yaitu memobilisasi pendapatan dengan tetap menjaga iklim investasi, meningkatkan kualitas belanja agar lebih efektif dalam mendukung program prioritas, serta mencari sumber pembiayaan secara hati-hati dan efisien melalui penguatan peran kuasi fiskal," kata Jokowi di Gedung DPR RI, Jumat (16/8/2019).

Sejalan dengan hal tersebut, dijelaskan Jokowi, kebijakan RAPBN tahun 2020 dirancang ekspansif, namun tetap terarah dan terukur.

"Hal tersebut sebagai wujud dari komitmen Pemerintah untuk membuat APBN lebih fokus dalam mendukung kegiatan prioritas, dengan tetap menjaga agar risikonya berada dalam batas aman," tegas Jokowi.

Jokowi: Indonesia Harus Kuasai Teknologi Hilirisasi SDA

Jokowi Berbaju Sasak
Presiden Joko Widodo membungkukan badan ke arah anggota dewan sebelum menyampaikan Pidato Kenegaraan dalam Sidang Bersama DPD-DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2019). Di Sidang Bersama DPR-DPD ini, Jokowi mengenakan pakaian adat Sasak, NTB. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang unggul menguasai teknokologi untuk industri hilirisasi, agar bisa lebih maju dalam mengelola Sumber Daya Alam (SDA).

Jokowi mengakatan, Indonesia butuh ilmu pengetahuan dan teknologi yangmembuat bisa melompat dan mendahului bangsa lain. Selain itu juga butuh terobosan-terobosan jalan pintasyang cerdik yang mudah yang cepat.

"Kita butuh SDM unggul yang berhati Indonesia, berideologi Pancasila. Kita butuh SDM unggul yang toleran yang berakhlak mulia. Kita butuh SDM unggul yang terus belajar bekerja keras, berdedikasi," kata Jokowi, dalam pidato Sidang Bersam DPR-DPD, di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (16/8/2019).

Jokowi mengungkapkan, berbekal inovasi, kualitas SDM dan penguasaan teknologi maka Indonesia bisa keluar dari kutukan sumber dayaalam. Sebab dengan hilirisasi industri Indonesia bisa jauh lebih maju.

"Memang negara kita ini kaya Bauksit, batubara, kelapa sawit, ikan, dan masih banyak lagi. Tapi tidak cukup di situ. Kalau kita melakukan hilirisasi industrikita pasti bisa melompat lagi," ujarnya.

Menurutnya, Indonesia harus membangun industri pengolahan bauksit sehingga impor alumina tidak perlu dilakukan, hilirisasi industri batubara menjadi Dimethyl Ether (DME) sehingga bisa mengurangi impor jutaan ton LPG setiap tahunnya. Membangun hilirisasi industri nikel menjadi ferro nikel sehingga nilai tambah nikel akan meningkat 4 kali lipat.

"Kita harus berani memulai dari sekarang beberapa lompatan kemajuan sudah kita lakukan," tandas Jokowi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya