Mozambik Jadi Pintu Masuk Indonesia Pasarkan Produk ke Afrika

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita bakal menandatangi perjanjian perdagangan Preferential Trade Agreement (PTA) dengan Mozambik.

oleh Athika Rahma diperbarui 19 Agu 2019, 17:30 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2019, 17:30 WIB
Gaya Mendag Enggartiasto Lukita Saat Pemotretan
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat pemotretan dalam kunjungannya ke Kantor Liputan6 di SCTV Tower, Jakarta (4/5). Enggartiasto menjabat sebagai Menteri Perdagangan sejak 27 Juli 2016. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita bakal menandatangi perjanjian perdagangan Preferential Trade Agreement (PTA) dengan Mozambik. Perjanjian ini memungkinkan masing-masing negara mendapat pengurangan tarif. 

Hingga saat ini, Enggartiasto mengatakan bahwa penandatanganan perjanjian dagang tersebut hanya tinggal menunggu konfirmasi dari Menteri Perdagangan Mozambik.

"Ya, itu menterinya nunggu izin Presiden dulu, mencocokkan jadwal, kita sama-sama menyesuaikan (jadwal)," tuturnya di sela-sela diskusi CEO Connect - Exploring ASEAN's Opportunity di Jakarta, Senin (19/08/2019).

Enggartiasto menambahkan, Mozambik akan menjadi pintu masuk bagi Indonesia untuk memperluas pasar ekspor ke negara-negara Afrika. Jadi, potensi ekspornya tidak bisa hanya dilihat dari Mozambik saja.

Hal ini sama seperti yang sudah dilakukan Indonesia dengan Chile. Chile menjadi pintu masuk bagi Indonesia untuk melebarkan sayap ekspor ke negara Afrika Utara dan Eropa. "Dengan ini ekspor ke Afrika akan naik, Afrika itu menjanjikan," tuturnya.

Selain itu, dirinya juga menargetkan kerjasama Indonesia dengan Maroko dan Tunisia bisa rampung tahun ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Mendag Undang Perusahaan Internasional Relokasi Pabrik ke Indonesia

Mayora Ekspor 1000 Kontainer Torabika Cappuccino ke Rusia
Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita saat memberikan penjelasan kepada media di Jakarta, Rabu (6/2). Pada 2018, Mayora tercatat telah mengekspor 1.000 kontainer Torabika Cappuccino. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan Indonesia perkembangan ekonomi dunia memberikan tekanan cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh sebab itu, pemerintah mencari cara jalan agar Indonesia tidak terdampak.

Menurut Enggartiasto, Indonesia tengah menghadapi masa sulit karena tekanan dari faktor eksternal. Saat ini tengah terjadi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China, perang dagang Jepang dengan Korea, dan juga keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau yang biasa disebut Brexit. 

Namun, meskipun Indonesia tengah menghadapi banyak tantangan dari luar negeri, pemerintah tidak boleh dijadikan alasan untuk berdiam diri. 

"Seperti yang tadi saya gambarkan kondisi ini tidak mudah, memang. Itu fakta. Kapan akan berakhir juga kita tidak tahu. Tapi kita tidak boleh berdiam diri. Pak Presiden (Joko Widodo) menyampaikan kita harus melihat dari sisi opportunity. Apa saja kita ambil," ungkapnya di Jakarta, Senin (19/08/2019).

Enggartiasto kemudian menitikberatkan soal relokasi industri. Indonesia harus bisa menangkap semua peluang relokasi industri agar perusahaan-perusahaan multinasional mau membangun pabrik di Indonesia. Pemerintah berjanji memberikan berbagai insentif dan mempermudah perizinan agar banyak perusahaan yang datang.

"Makanya kita harus itu (menarik agar perusahaan di berbagai negara merelokasi pabrik ke Indonesia), karena kalau tanpa itu, tidak mungkin ada penambahan ekspor, market share bisa menurun," tambahnya.

Sejauh ini China, Kanada dan Chile menjadi negara yang paling terdampak perang dagang AS dengan China. Ketiga negara tersebut kehilangan impor hingga USD 20 miliar. Untuk pabrik di AS, mereka mengalihkan produksi ke Meksiko, Korea Selatan, dan Vietnam.

Oleh karenanya, Indonesia harus memanfaatkan peluang ini sebaik-baiknya, apalagi ekonomi Indonesia sendiri diproyeksikan jadi nomor 4 atau 5 dunia tahun 2040 mendatang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya