Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020 kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dalam pidatonya, Jokowi menyampaikan asumsi ekonomi makro di tahun 2020.
Dia menyampaikan, pertumbuhan ekonomi akan berada pada tingkat 5,3 persen dengan konsumsi dan investasi sebagai motor penggerak utamanya. Angka ini lebih tinggi dibanding target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2019 sebesar 5,2 persen.
Menanggapi hal ini, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menegaskan target memang tersebut harus dikejar. Walaupun saat ini kondisi perekonomian global tengah menunjukkan tren perlambatan.
Advertisement
Baca Juga
"Harus. Harus. There's no other choice. Itu nggak ada pilihan. Walaupun kalau mau dilihat Singapura di semester kedua ini meng-adjust 0 sampa 1 persen pertumbuhannya. Kemudian semua negara dan semua lembaga keuangan tapi kita melihat ada opportunity kita. Kita punya, yang pastinya konsumsi domestik harus didorong karena kita pertumbuhan ekonomi dari konsumsi domestik itu besar," kata dia, saat ditemui, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (16/8).
Selain konsumsi, investasi juga harus terus digenjot. Ketidakpastian global, kata dia, tidak hanya menimbulkan tantangan, melainkan juga menyediakan rupa-rupa peluang. "Tadi yang disampaikan Pak Presiden ini harus dijadikan peluang," ungkap Enggar.
Indonesia kata dia harus dapat mengambil peluang dari situasi tidak pasti perekonomian, termasuk mengambil keuntungan dari perang dagang. Salah satunya dengan memperkuat kerja sama antarnegara.
"Kalau kita ikuti suasana yang tidak menentu ini seperti di luar AS dan China, Jepang dan Korea juga kalau kita mau lihat sesuatu yang dari sisi negatif, ya kita takut," tegas dia.
"Kalau kita lihat dari sisi positif kesempatan untuk kita Korea juga akan melakukan, mencari teman paling tidak dan Investasinya akan meningkat dan dia perlu teman dan perjanjian Indonesia-Korea saya targetkan selesai tahun ini. Kemudian yang RCEP kalau jadi juga besar sekali," imbuhnya.
Jika Indonesia dapat mendorong kinerja ekonomi domestik ditambah jeli melihat dan mengambil peluang dari ketidakpastian ekonomi global, maka Indonesia cukup dapat menjaga kinerja perekonomiannya.
"Modal kita untuk tahun-tahun depan ini harusnya akan lebih baik di tengah situasi ketidakpastian, Argentina satu hari 20 persen currency-nya turun. Harga emas tertinggi selama enam tahun. Tapi kalau kita terpaku tidak ada reaksi, tidak ada langkah ya susah kita," tandasnya.
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pemerintah Patok Pertumbuhan Ekonomi 2020 di Angka 5,3 Persen
Presiden Joko Widodo menyebut target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 adalah 5,3 persen. Sumber pertumbuhan ekonomi tahun depan ditekankan pada sektor konsumsi.
"Pertumbuhan ekonomi akan berada pada tingkat 5,3 persen dengan konsumsi dan investasi sebagai motor penggerak utamanya. Inflasi akan tetap dijaga rendah pada tingkat 3,1 persen untuk mendukung daya beli masyarakat," ujar Presien Jokowi dalam pidato Nota Keuangan di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Jumat (16/8/2019).
Lebih lanjut, Jokowi menyebut nilai tukar dolar AS akan melemah menuju Rp 14.400. Ia menyebut hal itu diakibatkan kondisi ekonomi global yang volatile alias penuh ketidakpastian.
Meski sedang ada disrupsi dagang, Jokowi yakin Indonesia akan tetap menjadi primadona investasi. Pasalnya, Indonesia memiliki telah mendapatkan citra positif dan iklim investasi akan terus dijaga.
"Pemerintah yakin investasi terus mengalir ke dalam negeri, karena persepsi positif atas Indonesia dan perbaikan iklim investasi," ujar Jokowi.
Jokowi menambahkan suku bunga SPN 3 bulan diperkirakan berada di tingkat 5,4%.
Pencapaian lain Indonesia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) naik dari 69,55 di 2015, menjadi 71,39 di 2018, atau masuk dalam status tinggi. Logistic Performance Index (LPI) naik dari peringkat 53 dunia pada 2014, menjadi peringkat 46 dunia pada 2018.
"Dalam Global Competitiveness Index, kualitas infrastruktur kita termasuk listrik dan air meningkat, dari peringkat 81 dunia pada 2015, ke peringkat 71 dunia pada 2018," jelas Jokowi.
Advertisement
Jokowi: SDM Bisa Lawan Kutukan Sumber Daya Alam
Presiden Joko Widodo menginginkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang menganut ideologi Pancasila, toleran, dan inovatif. Membangun SDM yang kuat menurut Jokowi bisa membebaskan Indonesia dari ketergantungan Sumber Daya Alam (SDA).
"Berbekal inovasi, kualitas SDM, dan penguasaan teknologi kita bisa keluar dari kutukan sumber daya alam," ujar Presiden Jokowi dalam Pidato Kenegaraan di Gedung DPR/MPR pada Jumat (16/8/2019) di Jakarta.
Para SDM diharapkan Jokowi membuat inovasi yang disruptif dan menemukan peluang di tengah keadaan dunia yang berkembang dengan cepat. Presiden pun menekankan perlunya mengubah pola lembaga pendidikan untuk menghasilkan SDM unggul.
Jika ini berhasil, maka bonus demografi di Indonesia akan menjadi berkat dan membawa bonus lompatan kemajuan. Tahun 2020-2024 disebut momentum untuk hal tersebut.
"Lembaga pendidikan dan lembaga pelatihan harus kita dukung untuk melakukan pembenahan secara besar-besaran agar mampu menghadapi perubahan. Persaingan dunia yang semakin ketat dan disrupsi di berbagai bidang, membutuhkan kualitas SDM yang tepat," jelas Jokowi.
Dalam pendidikan dasar, Jokowi juga tak ingin pembelajaran yang kaku tanpa kemanusiaan. Ia ingin ada kreativitas, kemampuan menyelesaikan masalah, sampai budaya megantre, dan yang paling penting adalah menganut ideologi Pancasila.
"Kita butuh SDM unggul yang berhati Indonesia, berideologi Pancasila. Kita butuh SDM unggul yang toleran yang berakhlak mulia. Kita butuh SDM unggul yang terus belajar bekerja keras, berdedikasi," ucap Jokowi.