IFC Ajak Perbankan Tak Ragu Dukung Portfolio Hijau

IFC mengatakan banyak potensi portfolio hijau.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 15 Okt 2019, 19:16 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2019, 19:16 WIB
Suku Bank Bank
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - International Finance Corporation (IFC) terus mendorong agar sektor bank Indonesia bisa melakukan pembaruan dalam pasar keuangan demi memerangi perubahan iklim, yakni dengan mengembangkan portfolio hijau yang programnya mendorong Tujuan Pertumbuhan Berkelanjutan (TBP).

IFC pun memfasilitasi Sustainable Banking Network (SBN) yang memiliki 38 negara anggota termasuk Indonesia. Sejauh ini, kebanyakan negara masih pada tahap komitmen atau mengembangkan, sementara Indonesia dan China sudah menjadi first mover (penggerak pertama) dari program ini.

Namun, rata-rata perkembangan portfolio hijau di negara SBN masih sekitar dua sampai tiga persen.

Sustainable Finance Program Leader IFC Rahajeng Pratiwi menyebut ada insentif agar para bank makin termotivasi menghijaukan portfolio mereka. Insentif itu tak melulu soal uang, melainkan secara kualitatif seperti pemberian penghargaan.

"Misalnya ada Sustainable Finance Award dilakukan banyak negara. Keuntungannya untuk si bank tersebut adalah promosinya ke investor luar," jelas Rahajeng.

Ia berkata investor negara-negara maju, seperti negara Scandinavia, yang justru tertarik pada aktivitas lembaga keuangan di sektor lingkungan, sosial, dan pembangunan berkelanjutan. Urusan soal finansial pun menjadi hal nomor dua.

Jack Sidik, Senior Country Officer IFC, membenarkan pandangan tersebut. Ia berkata justru di negara maju banyak lembaga keuangan yang meningkatkan pendanaan terkait program berkelanjutan di portfolio mereka demi memikat investor.

"Di negara yang lebih maju kayak di Eropa itu terbalik paradigmanya, bila tidak green, susah sekali mereka dapat investor," ujar Jack.

Potensi investasi terkait iklim di Jakarta saja juga ternyata besar, yakni mencapai USD 30 miliar untuk periode 2018-2030. Sektor itu mencakup pembuangan (USD 725 juta), perairan kota (USD 3 miliar), kendaraan listrik (USD 7 miliar), energi terbarukan (USD 3 miliar), bangunan hijau (USD 16 miliar), dan transportasi publik (USD 660 juta).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

China Sudah Gencar

Taksi bertenaga listrik
Armada taksi bertenaga listrik terlihat di kota Shenzhen, sebelah selatan China pada 7 Januari 2019. Taksi listrik dilengkapi dengan terminal on-board yang memberi tahu pengemudi di mana taksi kurang, seperti bandara, atau lokasi lainnya. (AP/Vincent Yu)

China ternyata merupakan negara yang sudah menyadari potensi portfolio hijau. Mereka pun negara anggota SBN yang paling gencar pertumbuhannya terkait portfolio hijau untuk menarik investor.

"Kalau ambil kasus China itu meningkat secara signifikan dari tahun 2015. Bukan cuman dari financing juga di funding. Jadi di China perkembangan 2015-2017 meningkatnya sangat cepat," jelas Rahayu.

Ia menyebut salah satu faktor pendukungnya adalah supervisi yang ketat dari lembaga keuangan. China pun telah melihat peluang baru dari program ini.

"Mereka sendiri melihat peluang. Opportunity untuk melihat pasar baru, investor baru, itulah kenapa mereka rajin issue green bond," ucap Rahajeng.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya