Wawancara Khusus Dirut KTI Agus Nizar Vidiansyah: Beri Insentif untuk Bantu Jaga Lingkungan

Dalam wawancara ekslusif Liputan6.com bersama Direktur Utama KTI Agus Nizar Vidiansyah, KTI menjalankan misi profesional dengan baik namun tetap menjaga lingkungan dengan memberi insentif pada masyarakat yang tinggal di area sungai kelolaan KTI.

oleh Athika Rahma diperbarui 03 Des 2019, 11:45 WIB
Diterbitkan 03 Des 2019, 11:45 WIB
Agus Nizar Vidiansyah
Direktur Utama PT Krakatau Tirta Industri Agus Nizar Vidiansyah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk., PT Krakatau Tirta Industri (KTI) turut menjadi satu dari 3 anak usaha berkinerja emas yang membantu menopang kinerja induk usaha.

Dalam wawancara ekslusif Liputan6.com bersama Direktur Utama KTI Agus Nizar Vidiansyah, disampaikan bahwa KTI menjalankan misi profesional dengan baik dan senantiasa menjaga lingkungan dengan memberi insentif pada masyarakat yang menggunakan aliran air permukaan di sungai yang dimanfaatkan oleh KTI.

Langkah yang dinilai efektif ini membawa kinerja perusahaan tumbuh positif sekaligus mendapatkan penghargaan Kalpataru dari Presiden SBY pada 2013. Untuk kisah lebih lengkap, simak tanya jawab wawancara eksklusif di bawah ini:

Apa definisi dan peran Krakatau Tirta Industri (KTI)?

PT Krakatau Tirta Industri itu perusahaan penyedia air di kawasan industri Cilegon ini. Kalau ditanya peran KTI, sebetulnya bisa ditarik pada hal mendasar lagi, soal apa peran air di industri? Atau bahkan lebih mendasar lagi, apa peran air bagi investasi?

Sebagai contoh, beberapa waktu yang akan datang, di kawasan industri Cilegon ini, akan hadir investor besar yang akan menggelontoran dana hingga Rp 50 triliun. Persyaratan yang mereka minta adalah ketersediaan air itu cukup untuk wilayah ini.

Jadi, kalau ditanya peran untuk masyarakat itu pastilah, air bersih itu salah satu development goal, tujuan pembangunan ketersediaan air bersih buat masyarakat. Bagi industri juga itu sangat vital, kalau tidak ada air yang cukup, investasi tidak akan masuk ke wilayah ini.

Apa bisnis utama KTI?

Sebenarnya bisnis utama KTI ini penyediaan air bersih. Hanya saja ada beberapa kebutuhan khusus dari industri, misalnya mereka meminta demin water (air demineralisasi), kemudian juga meminta pengolahan air limbah dan lain sebagainya. Hal ini kemudian yang mendorong KTI untuk melakukan pengembangan bisnis melalui unit bisnis.

KTI sekarang membentuk anak usaha khusus namanya Krakatau Tirta Operasi dan Pemeliharaan (KTOP). Jadi, perusahaan ini dibentuk atas sebuah kesadaran, atau menyediakan air itu ada keterbatasannya.

Tapi untuk industri, selain terkait masalah air juga ada kebutuhan pengolahan air limbah, kemudian pembuatan air spesial misalnya demin water, atau berkadar silika rendah, atau pembuatan atau penggabungan instalasi air limbah secara terpadu di kawasan dan lain sebagainya. Itulah yang merupakan layanan-layanan dari perusahaan KTI yang kemudian dispesialisasikan ke anak perusahaan KTOP tadi.


Bagaimana sumber pengolahan air oleh KTI?

Agus Nizar Vidiansyah
Direktur Utama PT Krakatau Tirta Industri Agus Nizar Vidiansyah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebagai generasi saat ini, saya sangat mengapresiasi visi dari para pendahulu yang membuat kawasan industri di sini ya. Jadi, bukan KTI tapi Krakatau Steel Group ini sejak tahun 1970-an, para pendahulu telah membuat sebuah jalur main distribusi yang arahnya itu sekitar 15-30 kilometer ke arah Cidanau di sana.

Jadi, daerah Banten ini dikaruniai sebuah kawasan alam yang sangat terberkahi, karena dia merupakan satu reservoar alami yang menyimpan air yang berasal dari 3 gunung besar, ada Pulosari, Aseupan, dan satu gunung lagi, Gunung Karang. Ketiga gunung ini kemudian yang secara langsung maupun tidak langsung secara geografis mendukung terbentuknya danau purba yang sudah diakui sebagai warisan dunia, Rawa Dano namanya.

Nah, dari Rawa Dano ini mengalir air sampai ke laut, sesaat sebelum air ini terbuang langsung ke laut, KTI mengolah air di sana. Jadi, sungai ini namanya sungai Cidanau. Kapasitasnya di musim hujan bisa sampai 4000 liter per detik, di musim kemarau kisarannya 1200-1500 liter per detik.

Dari sana disalurkan ke pipa utama KTI sepanjang kira-kira 30 km ke Cilegon. Jadi pendahulu kami sudah membebaskan lahan sepanjang 30 km untuk membuat jalur air hingga ke kawasan ini.

Dan hari ini KTI tidak hanya mengelola sungai Cidanau saja, tapi juga ada tambahan lagi 15 km lebih jauh lagi dan di lokasi tersebut kita memanfaatkan salah satu aliran sungai, namanya sungai Cipasauran, oleh karenanya kami sekarang punya air, diberi hak pengelolaan air oleh pemerintah 2400 liter per detik. Air itu lah yang dibawa oleh KTI untuk diolah menjadi air bersih, kemudian didistribusikan ke industri-industri dan pelanggan KTI lainnya.

Ada sekitar 100-an industri besar yang menggunakan air KTI, tapi tentu saja KTI juga tidak lupa memenuhi kewajiban publiknya, yaitu sebagian air KTI itu kita alirkan untuk masyarakat Cilegon, melalui PDAM. Jadi seperti itulah kira-kira proses air dari hulu hingga diterima atau dikonsumsi oleh industri maupun masyarakat.

Kemana sebaran distribusi air KTI?

Industri itu ya tentu Krakatu Steel sekitar 10-13 persen . Kemudian Krakatau Steel Group-nya, jadi anak-anak usaha Krakatau Steel sekitar segitu juga lah, jadi totalnya 26 persen. Kemudian untuk masyarakat juga sekitar 13 persen, dan sisanya masih 50 persen lebih untuk industri lainnya.


Bagaimana peran teknologi dalam pengolahan air di KTI?

Agus Nizar Vidiansyah
Direktur Utama PT Krakatau Tirta Industri Agus Nizar Vidiansyah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

KTI, alhamdulillah, sampai hari ini sampai sudah mengalami seluruh teknologi yang ada di dalam pengolahan air, ada teknologi konvensional, ada yang menggunakan exchanger, ada yang menggunakan osmosis, dan bahkan kita itu dalam waktu dekat sedang bekerja sama juga dengan salah satu industri besar akan membangun teknologi pengolahan air laut.

Karena di Cilegon ini, menurut perkiraan di tahun 2035 kebutuhan airnya itu hingga 4900 liter perdetik. KTI hari ini baru sanggup menyediakan 2400 liter per detik. Makannya kita akan membangun instalasi pengolahan air laut sekitar 1000 liter per detik, dan itu totalnya baru 3400 liter per detik, dan sisanya kita masih mengaharapkan ada saluran air yang dialokasikan oleh pemerintah ke arah Cilegon, sekitar 1000 sampai 1500 liter per detik.

Jadi, teknologi sangat penting bagi KTI, dan mudah-mudahan teknologi yang semakin baik, akan membuat pengolahan air di KTI itu semakin efisien, dan ujungnya juga masyarakat, dan industri akan mendapatkan air yang lebih mudah dijangkau.

Saat ini, kekeringan melanda beberapa wilayah di Indonesia. Bagaimana KTI sebagai perusahaan pengelola air dalam menanggapi hal ini?

Saya beberapa kali juga ditanya masalah ini, tapi kami selalu menjawab bahwa sebetulnya ada beberapa antisipasi yang dilakukan oleh KTI secara menyeluruh. Yang pertama, sebetulnya KTI itu komitmen penyediaan airnya dengan menghitung neraca air di musim kemarau. Jadi, kalau bilang sanggup menyediakan 2400 liter per detik, itu artinya sebetulnya hitungan kemarau. Kalau hitungan musim hujan lebih besar dari itu.

Jadi, alhamdulilah sampai hari ini kemarau itu tidak terlalu terasa pengaruhnya bagi KTI, karena komitmen kami dihitung musim kemarau, kecuali kalau ada musim kemarau yang sangat ekstrim dan sangat panjang.

Sebenarnya tahun ini kemaraunya sudah satu bulan lebih panjang dari perkiraan kami. Namun, kami punya mitigasi yang kedua, yang ini rasanya juga berkah buat KTI dan kawasan ini, karena tidak semua memiliki berkah ini.

KTI punya waduk, yang kami jadikan reservoar yang kapasitasnya 5 juta meter kubik. waduk ini sebenarnya diisi dari kelebihan-kelebihan air di musim hujan di sungai Cidanau pada musim hujan.

Nah, pada saat musim kemarau jika ketersediaan air dari sumber alaminya kurang, maka dari waduk ini kita gelontorkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Jadi 5 juta meter kubik ini dalam hitungan kami bisa memenuhi kebutuhan 4 bulan musim kemarau. Dan secara statistik di wilayah ini, kemarau itu kisaran sekitar 4 bulanan.

Kalau musim hujan, seperti yang saya sampaikan tadi, seperti sungai Cidanau saja itu debitnya bisa 4000 liter per detik. Kita bisa tambah buat instalasi air yang lebih besar lagi dari itu. Tetapi, yang namanya bisnis air kan tidak bisa hanya berjalannya di musim hujan saja, tapi kemudian di musim kemarau kita tidak supply.

Komitmennya sepanjang waktu. Tetapi nanti jika kami sudah memiliki instalasi pengolahan air laut, itu bisa kita anggap sebagai reservoar buatan. Jadi di musim hujan mungkin kita alirkan air permukaan, kemudian di musim kemarau pengolahan air laut ini yang kita aktfikan, sehingga dengan mixing product-nya membuat cost-nya lebih efisien.


Apa teknologi yang akan dikembangkan untuk mengantisipasi kekeringan?

Agus Nizar Vidiansyah
Direktur Utama PT Krakatau Tirta Industri Agus Nizar Vidiansyah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Kalau teknologinya memang sudah existing ya, sekarang menggunakan teknologi membran. Hanya saja kami berharap semakin ke depan, teknologi tersebut ssemakin diproduksi masal, kemudian menjadi murah, itu dari sisi teknologi. Kalau dari sisi pembangunannya sendiri sekarang dalam tahap feasibility study, mudah-mudahan diharapkan bisa beroperasi di awal tahun 2024.

Pada dasarnya sebetulnya, pengolahan air laut itu lebih mahal dari pengolahan air permukaan. Tetapi untuk masalah ini dikawasan ini memang ada water scarcity. Keterbatasannya memang, kedua sungai tadi maksimal cuma bisa menyediakan 2400 liter per detik.

Jadi, kalau industri-industri baru yang hadir membawa investasi ke wilayah ini pasti tetap membutuhkan air, dan airnya mau nggak mau kita harus mencari dari sumber yang lain, salah satunya air laut.

Kita ada istilah membagi KTI itu ada yang 1.0 (one point o) dan 2.0 (two point o). Yang 1.0 itu misinya, adalah memenuhi sebagian besar kebutuhan air di wilayah ini.

Jadi, kalau menurut perkiraan tahun 2035 itu kebutuhan wilayah ini 4900 liter per detik, maka kita arahkan kapasitas KTI itu mendekati angka itu. Sekarang sudah 2400, nanti kemudian dengan air laut itu 1000 liter per detik. Dan kita juga sedang mencari saluran air sekitar 1000, ya totalnya akan mendekati angka tersebut, dengan berbagai teknologi.

Dan satu lagi, sebetulnya kita menamakan KTI 2.0. KTI 2.0 itu ada dua bagian besar., yang pertama adalah berkontribusi dan berpatisipasi disistem penyediaan air di wilayah-wilayah lain. Seperti sekarang KTI sedang membangun infrastruktur SPAM dengan PT PP (Persero) Tbk. di Gresik. KTI juga sedang mencoba kontribusi serupa di tempat-tempat lain, seperti di Kendari, di Bali, Palembang, dan lain sebagainya.

Kemudian selain itu, kami juga melayani kebutuhan-kebutuhan air khusus, demin water, pengolahan limbah, dan lain sebagainya, atau silika rendah.


Apa saja nilai-nilai yang dikembangkan KTI untuk menjaga lingkungan?

Agus Nizar Vidiansyah
Direktur Utama PT Krakatau Tirta Industri Agus Nizar Vidiansyah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Nilai yang dikembangkan KTI ada 8, mulai dari excellent, quality, dan lain sebagainya sampai ecofriendly. Dan ini secara kebetulan, huruf-huruf awalnya itu kalau kita susun, itu menjadi kata EQuIPOISE, dan ini beneran tidak pernah dimaksudkan bentuk kata itu, jadi kami menganggapnya sebagai message from beyond.

Jadi EQuIPOISE itu artinya keseimbangan, makannya tagline di KTI itu, Nurturing Nature for Harmonious and Sustainable Growth. Jadi, kita itu untuk tumbuh yang sustain, justru dengan memelihara alam. Makanya di KTI ada program-program, yang salah satu contohnya itu jasa lingkungan. Jasa lingkungan itu kita memberikan insentif kepada masyarakat di sepanjang daerah aliran sungai, yang bisa menjaga kelestarian pohon-pohon.

Alhamdulilah sudah dijalankan beberapa lama, dan sekarang selain KTI, sudah ikut berkontribusi juga industri-industri sekitar sini, itu terbukti ketersediaan air di sungai Cidanau, itu memang debitnya turun di musim kemarau. Tapi ketersediaan airnya tetap seperti yang kami janjikan. Kalau di tempat-tempat lain seperti Cisadane, Ciujung dan lain sebagainya, memang turunnya sudah lebih seperti biasanya.

Tapi alhamdulilah Cidanau ini menyediakan air masih sesuai harapan kita, dia berkurang tetapi memang sudah kita perkirakan kekurangannya itu. Artinya program-program tersebut sudah memberikan hasil yang baiklah untuk kami.

Karena komitmen KTI itu program jasa lingkungan, model yang memberikan insentif kepada masyarakat untuk ikut serta menjaga kelestarian daerah aliran sungai, akan kita perluas juga ke sungai-sungai kelolaan KTI, misalnya seperti sungai di Cipasauran, jika kita mendapatkan ijin pemanfaatan sumber daya air pada sungai di tempat-tempat yang lain.

Saat ini sungai yang dikelola KTI baru dua, Cipasauran dan Cidanau. Dan kemudian kita juga punya program KTI itu menanam satu juta pohon hingga tahun 2020, di daerah-daerah aliran sungai, dan tempat-tempat yang berpotensi jadi catchment area utnuk menangkap air.

Kita juga beri kesadaran bahwa ini adalah kepentingan bersama, tetapi tentu kita juga tidak bisa menafikan kepentingan pragmatis disaat itu. Sebenernya apa yang membuat masyarakat itu menebang pohon? Kebutuhan ekonomi kan? Oleh karenanya KTI mempunyai ide untuk mensubstitusi pemenuhan kebutuhan ekonomi, kalau masyarakat di sana tidak menebang pohon, maka kita berikan insentifnya, dan itu efektif.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya