Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita menceritakan momen pertamannya saat melakukan rapat kerja bersama dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hal itu ia sampaikan saat membuka acara Semarak Festival Industri Kecil dan Menengah Aneka (IKMA) 2019 di Jakarta.
Dalam rapat perdana tersebut dirinya mengaku kaget mendengar pernyataan lucu yang disampaikan kepada anggota Komisi VI DPR RI. Di mana, ada salah satu anggota yang merasa khawatir dengan industri 4.0 yang dianggap akan mengancam tenaga kerja manusia.
Baca Juga
"Cukup menggelitik bagi saya, khususnya ketika kami hadiri atau melaksanakan rapat kerja dengan komisi VI, ada anggota komisi VI pertanyakan keberadaan dari industri 4.0 beliau mempunyai satu kekhawatiran bahwa munculnya industri 4.0 bisa menggerus ruang ketersedian lapangan kerja yang ada di Indonesia," ungkapnya di Jakarta, (11/12/2019).
Advertisement
Dia menegaskan, era industri 4.0 tidak bisa dikotomi dengan anggapan bahwa akan menggerus ketersedian lapangan kerja manusia. Sebab, secara sederhana industri 4.0 merupakan sebuah teknologi baru yang berbasis digital yang bisa membantu dan mendukung industri agar bisa melakukan kegiatan produksi lebih efisien.
"Tidak perlu ada khawatir bahwa 4.0 menggerus lapangan kerja," imbuhmya.
Lalu dia mencontohkan, munculnya Gojek yang pada umumnya merupakan perusahaan berbasis digital. Di mana, perusahaan rintisan tersebut sudah masuk ke dalam era industri 4.0 dengan membawa dan menyerap jutaan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat.
"Tidak ada yang sangka hari ini begitu besar tenaga kerja yang diserap oleh perusahan gojek yang basisnya 4.0. Ini akan membuka peluang bisnis dan industri baru dan akan menyerap tenaga kerja di Indonesia," sebut Agus.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sektor Manufaktur Indonesia Gencar Adopsi Industri 4.0
Sektor manufaktur Indonesia mulai gencar mengadopsi teknologi digital terbaru dalam revolusi industri 4.0 terutama aritificial intelligence, machine learning, dan internet of things (IoT) yang semua berbasis cloud.
Teknologi digital terbaru itu digunakan untuk menopang inovasi manufaktur sehingga meningkatkan efisiensi sekaligus menggenjot produktivitas, serta mampu mengatur skalabilitas produksi untuk mencapai fleksibilitas dan kegesitan operasional.
VP Product Management Cloud & UC Telkomtelstra Arief Rakhmatsyah menjelaskan dalam revolusi industri 4.0 sektor manufaktur telah menggunakan IoT dan memanfaatkan banyak sensor di seluruh lini produksi.
Kehadiran sensor yang terhubung dengan IoT memungkinkan perusahaan manufaktur untuk mencapai efisiensi operasional, skalabilitas produksi, kegesitan, sekaligus meningkatkan produktivitas di saat peak season.
Berdasarkan riset perusahaan teknologi informasi, Gartner IoT Forecast Tools 2018, akan ada 153 ribu benda yang akan terkoneksi dengan IoT di Indonesia hingga 2020. Pertumbuhan IoT di Indonesia mencapai rata-rata majemuk (compounded annual growth rate/CAGR) sebesar 19 persen sampai akhir 2022.
BACA JUGA
“Dengan banyaknya inovasi-inovasi dan dibutuhkan agility ketika harus men-develop banyak hal, itu lebih mudah kita melakukannya di cloud daripada perusahaan harus berinvestasi di datacenter yang besar, itu jatuhnya mahal,” papar Arief dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (9/12/2019).
Karena itu, menurut dia, dibutuhkan solusi-solusi terdepan untuk menjawab tantangan tersebut. Telkomtelstra sebagai cloud provider menyediakan sistem berbasis azure yang sangat lengkap dengan keunggulan end-to-end dari cloud hingga edge computing.
“Mungkin rekan-rekan sudah familiar dengan cloud, tapi masih belum dengan edge computing. Edge computing adalah perpanjangan dari cloud yang diletakkan di sisi customer. Sebab, setiap perangkat IoT mengirim data/informasi terus-menerus, kalau langsung ke cloud bisa berat. Terlalu jauh komunikasinya, maka cloud juga perlu perpanjangan tangan. Keunggulannya, edge computing itu sudah ada machine learning di dalamnya,” jelas dia.
Arief menambahkan sektor manufaktur seperti industri pesawat terbang, otomotif, dan lainnya telah menggunakan solusi terdepan ini.
“Implementasi sudah diaplikasi ke industri manufaktur pesawat, banyak sensor dipasang di setiap pesawat sehingga dapat mendeteksi risiko kerusakan dan perawatan. Demikian juga di otomotif, mobil seri mahal itu penuh sensor, ban kempis sedikit sudah ketahuan. Mobil yang dipasangi berbagai sensor itu, datanya kemudian dikumpulkan di edge computing untuk dianalisis dengan machine learning,” jelasnya.
Advertisement