Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan, produksi minyak dari Blok Rokan terus merosot, akibat tidak adanya kegiatan pengeboran sumur sejak 2018.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, produksi minyak Blok Rokan merosot hingga 20 ribu barel per hari, akibat tidak adanya investasi pengeboran tidak dilakukan sejak 2018.
"Karena tidak ada investasi pengeboran yang terjadi 2018-2019 lifting turun 20 ribu cukup besar pengaruhnya," kata Dwi, di Kantor SKK Migas, Jakarta, Kamis (9/1/2020).
Advertisement
Baca Juga
Dwi mengungkapkan, transisi antara Pertamina sebagai operator blok Rokan setelah kontrak Chevron Pacific Indonesia (CPI) pada 2021 sangat penting, agar Pertamina bisa lebih cepat melakukan kegiatan pengeboran untuk menjaga tingkat produksi.
"Transisi rokan isu penting, kalau Rokan transisi tidak bisa terselesaikan dengan baik liftingnya yang jadi masalah utama Indonesia," tuturnya.
Awal tahun 2019, produksi Blok Rokan mencapai 207 ribu barel per hari (bph) atau setara dengan 26 persen produksi nasional. Blok yang memiliki luas 6.220 kilometer ini memiliki 96 lapangan, dimana tiga lapangan berpotensi menghasilkan minyak sangat baik yaitu Duri, Minas dan Bekasap.
Tercatat, sejak beroperasi 1971 hingga 31 Desember 2017, total produksi di Blok Rokan mencapai 11,5 miliar barel minyak sejak awal operasi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Transisi ke Pertamina
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pun mendorong proses transisi alih kelola Blok Rokan dari Chevron Pasific Indonesia ke PT Pertamina (Persero) bisa segera diselesaikan tahun depan. Sehingga proses pengeboran minyak dan gas bumi di blok yang terletak di Provinsi Riau tersebut bisa dilakukan.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, progress alih kelola Blok Rokan antara Pertamina dan Chevron terus berjalan. Kementerian ESDM pun sudah minta Pertamina proaktif kemudian Chevron juga membuka pintu untuk transisi.
"Tiap minggu Chevron sudah lapor. kemudian kita pertemukan dengan Pertamina," kata Arifin.
Percepatan alih kelola dilakukan guna mempertahankan tingkat produksi Blok Rokan saat jatuh tempo alih kelola pada 2021 nanti. Arifin pun segera meminta kepada Pertamina untuk menyiapkan dana untuk investasi pengeboran.
"Pertamina sudah menyiapkan, karena ini Pertamina harus segera melaksanakan 20 poin pengeboran untuk bisa mempetahankan, dari 72 target. Ya paling tidak 20 itu bisa dilakukan," ujar Arifin.
Arifin mengakui masih terdapat beberapa persoalan administrasi dan persoalan penting lainnya antar Pertamina dan Rokan yang bersifat Business to Business (B to B).
"Memang ada beberapa hal yang terkait regulasi dan juga kontrak administratif yang harus diselesaikan. Tapi tahun depan harus selesai," tutup Arifin.
Advertisement