Chatib Basri Sebut Pengangguran Muda di Indonesia Belagu

Pengganguran muda ini 78 persennya berpendidikan SMA ke atas

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Feb 2020, 17:30 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2020, 17:30 WIB
Chatib Basri 2
Chatib Basri (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Deputi III Perekonomian, Kantor Staf Kepresidenan mencatat jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7 juta jiwa. Sebanyak 52 persen atau 3,7 juta orang berada dalam rentang usia 18 sampai 34 tahun.

Pengganguran muda ini 78 persennya berpendidikan SMA ke atas. Sebanyak 90 persen penggugur muda tidak pernah mengikuti pelatihan bersertifikasi dan sebanyak 66 persen tidak pernah bekerja sebelumnya.

Ekonom Chatib Basri mengatakan penganggur muda berpendidikan SMA ke atas masuk dalam kategori masyarakat middle Class. Kategori ini dianggap sesuai dengan dengan program Kartu Prakerja.

"Berarti program ini (Kartu Prakerja) juga bisa digunakan untuk middle class," kata Chatib Basri dalam Seminar Publik Forum Kebijakan Ketenagakerjaan 2020 bertajuk Kartu Prakerja Sebagai Upaya Mewujudkan SDM Unggul Indonesia Maju di Gedung Pakarti, Jakarta Pusat, Selasa (18/2/2020).

Konsep ini juga bakal menggunakan platform digital yang cocok untuk target penerimaan manfaat program. Program ini pun perlu didukung. Apalagi Indonesia bukan negara pertama yang melakukan hal ini.

Hanya saja, program ini bakal menghadapi tantangan. Sebab masyarakat pengangguran muda memiliki karakteristik 'belagu'.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Naik Kelas Tak Bertahan Lama

Chatib Basri
(Foto: Antara)

Chatib menyebut studi World Bank menyatakan masyarakat yang baru naik kelas ke midle class tak banyak yang bertahan lama. Hanya 50 persen dari mereka yang mampu bertahan. Hal itu pun yang terjadi di Indonesia.

"Middle class ini bahasanya agak belagu, kaya tapi enggak kaya-kaya amat, pekerjaan bawah mereka enggak mau," kata Chatib.

Untuk itu Mantan Menteri Keuangan ini mempertanyakan anggaran Rp 5 juta bagi tiap penerima manfaat Kartu Prakerja. Dia khawatir alokasi dana tersebut ternyata tidak cukup untuk meningkatkan kapasitas kemampuan masyarakat midlle Class.

"Kalau (alokasi dana) itu buat 9 bulan mau enggak (penganggur muda)? Kalau untuk waktu 3 bulan bisa enggak?," kata dia.

Lebih dari itu dia juga mengkhawatirkan penganggur muda tidak tertarik dengan program Kartu Prakerja. Meski begitu, pelatihan vokasi ini dianggap bakal bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan penganggur muda. Sehingga memiliki kemampuan sesuai yang diinginkan pasar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya