Kementan Siapkan Pompanisasi untuk Atasi Banjir di Area Persawahan

Bagi petani yang sawahnya memiliki asuransi tani, pemerintah akan memberikan kompensasi senilai Rp6 juta per hektare.

oleh stella maris pada 29 Feb 2020, 19:10 WIB
Diperbarui 29 Feb 2020, 19:16 WIB
Kementan
Kementan

Liputan6.com, Jakarta Beberapa area persawahan di sejumlah daerah di Jawa Barat banjir akibat intensitas hujan yang meningkat. Terkait hal tersebut, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan kalau pihaknya telah menyiapkan upaya pompanisasi untuk area banjir.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy menjelaskan, saat ini, Kementan masih mendata jumlah pasti berapa luas lahan persawahan tani yang terdampak banjir.

"Kami sudah koordinasi untuk menyiapkan pompanisasi jika terdapat genangan di sawah," kata Sarwo Edhy, Sabtu (29/2).

Sarwo Edhy memastikan, upaya pencegahan maupun penanggulangan dampak hujan berupa banjir di area persawahan tahun ini akan lebih efektif. Kementan, menurut dia, telah menyiapkan seluruh kebutuhan sarana prasarana.

Selain itu, pemerintah akan memberikan bantuan bagi para petani yang sawahnya terdampak banjir. Bantuan itu terbagi menjadi dua kategori, yakni sawah dengan asuransi tani dan sawah tanpa asuransi tani.

"Bagi petani yang sawahnya memiliki asuransi tani, pemerintah akan memberikan kompensasi senilai Rp6 juta per hektare. Sementara untuk petani yang sawahnya tidak memiliki asuransi tani, hanya akan diusulkan pemberian bibit gratis," ujar Sarwo Edhy.

Dia menjelaskan, kalkulasi kompensasi asuransi itu sudah diperhitungkan dan diperkiran cukup bagi petani untuk melakukan budi daya lahannya mulai dari pengolahan lahan, membeli benih, dan juga pupuk.

"Mengingat cuaca yang tidak menentu, kami terus dorong petani mengasuransikan lahannya sebelum tanam. Ini agar lebih aman dan nyaman dalam usaha taninya," kata Sarwo Edhy.

Dia menjelaskan, banjir yang menerjang lahan persawahan di wilayah Jabar belum mengganggu aktivitas pertanian. Menurutnya, kategori banjir yang meredam areal persawahan dapat dikatakan mengganggu tergantung dari umur tanaman yang terdampak serta tinggi genangan.

"Itulah pentingnya mekanisasi pertanian. Kami harus siap selalu pompa air apabila terjadi banjir atau kekeringan," ujarnya.

Diketahui, belasan ribu hektare sawah setidaknya di 16 kabupaten di Jawa Barat terancam puso karena terendam banjir. Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Holtikultura Jawa Barat Hendy Jatnika mengatakan, berdasarkan data terbaru dari pemantauan lapangan petugas kemarin, sejumlah luasan sawah terkena dampak banjir.

"Pantauan bencana alam banjir di 17 kabupaten dari total 166.715 hektare lahan sawah, sebanyak 13.234 hektare sudah terkena banjir. Catatan kami, dari sekian yang terdampak sebanyak 391 hektare sawah puso," katanya.

Hendy merinci puso terjadi di daerah Kabupaten Bandung seluas 70 hektare, lalu Kabupaten Bogor 311 hektare, Subang 5 hektare dan Majalengka 2 hektare. Lahan yang terkena banjir paling banyak sendiri tercatat berada di Kabupaten Cirebon 3.917 hektare, kemudian Subang 3.051 hektare, lalu Bekasi seluas 2.567 hektare dan Karawang 1.522 hektare.

Hendy memastikan pihaknya masih menerjunkan petugas penyuluh pertanian lapangan dan Petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) untuk terus mendata luasan yang terkena banjir.

"Apabila memungkinan dinas provinsi dan kabupaten akan membantu petani dalam pengadaan benih padi untuk tanam ulang," jelasnya. 

 

(*)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya