Surat Utang Pemerintah Dinilai Bisa Jadi Bencana Baru Usai Corona

Indonesia bakal terperosok dalam belit utang global berbunga tinggi

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Apr 2020, 14:30 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2020, 14:30 WIB
Ilustrasi APBN
Ilustrasi APBN

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi XI DPR RI, Heri Gunawan menilai surat utang yang dirilis pemerintah senilai USD 4,3 miliar bisa jadi bencana baru setelah pandemi virus Corona (Covid-19). Menurutnya Indonesia bakal terperosok dalam belit utang global berbunga tinggi.

Mengingat surat utang dikeluarkan saat ini menjadi yang terbesar sepanjang sejarah yang diterbitkan Pemerintah Indonesia. Dengan kurs Rp16.000 per USD atau setara dengan nilain mencapai Rp68,6 triliun.

"Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebagai entry Menteri Keuangan Terbaik di dunia mengumumkan ini dengan bangganya. Padahal itu bencana, bukan prestasi. Indonesia jadi negara pertama yang menerbitkan sovereign bond sejak pandemi Covid-19 terjadi," kata Heri dalam keterangan resminya, seperti dikutip dari laman dpr.go.id, Minggu (12/4).

Seperti diketahui, ada tiga jenis surat utang yang diterbitkan pemerintah. Pertama, Surat Berharga Negara (SBN) Seri RI1030 dengan tenor 10,5 tahun yang jatuh tempo pada 15 Oktober 2030 diterbitkan sebesar USD 1,65 miliar dengan yield global/kupon sebesar 3,9 persen.

Kedua, Seri RI1050 dengan tenor 30,5 tahun atau jatuh tempo 15 Oktober 2050. Nominal yang diterbitkan juga USD 1,65 miliar dengan yield/kupon 4,25 persen. Ketiga, Seri RI0470 dengan tenor 50 tahun, jatuh tempo 15 April tahun 2070 sebesar USD 1 miliar dengan tingkat yield/kupon 4,5 persen.

"Bila melihat besaran yield/kupon yang diberikan, yakni 3,9 persen, 4,25 persen, dan 4,5 persen, Indonesia berarti sudah masuk dalam perangkap manager fund global,” analisa Heri.

Politisi Partai Gerindra ini menyatakan, sejak awal banyak pihak sudah mengingatkan pemerintah agar tidak memanfaatkan sumber pendanaan dari global bond saat pandemi Covid-19, karena para manager fund global akan mematok yield/kupon yang sangat tinggi.

"Ternyata, peringatan tersebut tidak diindahkan oleh Menteri Keuangan dan akhirnya Indonesia masuk dalam perangkap lilitan global bond berbunga tinggi," kilahnya.

 

Penjualan Global Bond

Ilustrasi Anggaran Belanja Negara (APBN)
Ilustrasi Anggaran Belanja Negara (APBN)

Sebelumnya, Pemerintah berhasil melakukan transaksi penjualan tiga seri Surat Utang Negara (SUN) atau global bonds dalam denominasi US Dollar (USD Bonds) dengan total nominal sebesar USD4,3 miliar. Penerbitan Global Bonds kali ini akan digunakan untuk memenuhi pembiayaan APBN secara umum, termasuk biaya untuk upaya penanganan dan pemulihan Covid-19.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyamapaikan, dari dari ketiga surat utang negara tersebut terdiri dari masing-masing RI1030 sebesar USD 1,65 miliar untuk tenor 10,5 tahun, RI1050 sebesar USD 1,65 miliar untuk tenor 30,5 tahun, dan RI0470 mencapai sebesar USD 1 miliar untuk tenor 50 tahun.

"Di tengah kondisi pasar luar biasa gejolak, pemerintah RI berhasil terbitkan global bonds USD4,3 miliar. Ini adalah satu window sangat kecil karena ketidakpastian di pasa global akan bergerak cukup dinamis dan tidak pasti," kata Sri Mulyani dalam video conference di Jakarta, Selasa (7/4).

"Ini jua penerbitan terbesar di dalam sejarah penerbitan USD bonds oleh pemerintah RI. Ini juga merupakan negara pertama di Asia yang menerbitkan sovereign bonds sejak covid-19 terjadi," sambung dia.

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya