Arus Kas KAI Bakal Minus Rp 3,44 Triliun di 2020 Imbas Corona

Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI), Didiek Hartantyo mengakui pandemi Covid-19 berdampak langsung terhadap kinerja perusahaan.

oleh Tira Santia diperbarui 08 Jul 2020, 15:13 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2020, 11:45 WIB
KAI Batalkan 28 Perjalanan Kereta Jarak Jauh
Penumpang menaiki kereta api jarak jauh di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Minggu (29/3/2020). PT KAI (Persero) Daop 1 Jakarta membatalkan sebanyak 28 perjalanan Kereta Api keberangkatan jarak jauh mulai 1 April - 1 Mei 2020 dalam upaya memutus penyebaran virus corona. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI), Didiek Hartantyo mengakui pandemi Covid-19 berdampak langsung terhadap kinerja oprasional perusahaan hingga akhir tahun. Bahkan arus kas bersih yang berasal dari oprasional Perseroan diproyeksikan pada akhir tahun mengalami defisit atau minus Rp3,44 triliun.

Dia menjelaskan, hitung-hitungan itu didapat dari pendapatan orpasional sepanjang tahun 2020 diperkirakan hanya mencapai Rp11,98 triliun. Sementara pembayaran kepada pemasok dan karyawan PT KAI kebutuhannya mencapai Rp14,02 triliun sampai akhir tahun.

Adapun biaya pegawai yang dikeluarkan pihaknya juga sudah disesuaikan dengan tidak melakukan rekrutmen pada tahun 2020. Kemudian juga mempertimbangkan penurunan premi awak KA karena pembatasan operasional KA dan tidak memprogramkan IKKK dengan total nilai efisiensi mencapai Rp1,8 triliun.

Kemudian perusahaan juga dibebankan untum pembayaran bunga dan beban keuangan yang diperkirakan mencapai minus Rp920 miliar sampai akhir tahun dan pembayaran pajak penghasilan mencapai minus Rp479 miliar.

"Setelah dilakukan efisiensi pemotongan biaya operasional kas Kami sampai akhir tahun maka sebesar minus Rp 3,44 triliun," kata Dirut KAI dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI, di Jakarta, Rabu (8/7/2020).

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Covid Berakhir di Agustus 2020

Masuk Jakarta, Penumpang Kereta Luar Biasa Wajib Tunjukkan SIKM
Kereta Api Luar Biasa (KLB) dari Surabaya menurunkan penumpang di stasiun Gambir Jakarta, Kamis (28/5/2020). Penumpang yang mudik dari Surabaya mengunakan kereta tersebut harus memiliki SIKM sebagai syarat yang dimiliki warga untuk keluar atau masuk ke wilayah Jakarta. (merdeka.com/Imam Buhori)

Dia menambahkan, proyeksi tersebut dihitung berdasarkan skenario di mana Covid-19 akan berakhir pada Agustus 2020. Di mana asumsi pendapatan penumpang dari Mei ke Agustus 2020 besarannya 10 persen.

"Dan nanti September sampai akhir tahun ada kenaikan meski tidak signifikan," katanya.

 

Butuh Dana Rp 3,5 Triliun

Penyemprotan Disinfektan Gerbong Kereta di Stasiun Pasar Senen
Petugas membersihkan gerbong kereta api di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Minggu (15/3/2020). PT KAI Daop I Jakarta melakukan penyemprotan disinfektan dan pembersihan KA jarak jauh untuk antisipasi dan pencegahan penyebaran COVID-19. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Butuh Pendanaan Rp3,5 Triliun.

Melihat pertimbangan tersebut, PT KAI sekiranya masih membutuhkan pendanaan sebesar Rp3,5 triliun untuk menjaga arus kas operasional agar tetap berjalan positif di tahun 2020. Setidaknya pendanaan tersebut akan digunakan untuk beberapa pos.

Adapun untuk biaya perawatan sarana Perkeretaapian mencapai Rp680 miliar kemudian perawatan prasarana termasuk bangunan sebesar Rp740 miliar. Selain itu ada juga untuk pemenuhan untuk biaya pegawai sebesar Rp1,2 triliun, biaya bahan bakar Rp550 miliar, dan pendukung operasional lainnya Rp280 miliar.

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya