Liputan6.com, Jakarta - Bahaya finansial dari pengeluaran impulsif terlihat jelas. Mulai dari utang besar, kehabisan uang, rekening pensiun yang habis, bisa jadi hingga kehilangan rumah, harta benda, atau liburan impian.
Seberapa banyak uang yang Anda hasilkan tidak menjamin kebebasan finansial — semuanya tergantung pada apa yang Anda belanjakan. Seperti yang ditunjukkan oleh para pemenang lotere dan selebriti.
Baca Juga
Pembelian impulsif berbahaya. Bahkan jika Anda kaya, pengeluaran yang sembrono mengacaukan rumah dan pikiran sambil menghabiskan energi dan waktu.
Advertisement
Pengeluaran impulsif mungkin terasa menyenangkan untuk sementara, tetapi sering kali memicu stres dan kecemasan selanjutnya, yang bahkan dapat menyebabkan lebih banyak pengeluaran.
“Pembeli impulsif terkadang jatuh ke dalam lingkaran setan pembelian, merasa tidak enak, dan kemudian membeli lebih banyak untuk merasa lebih baik,” kata Koorosh Ostowari, penulis The Money Anxiety Cure .
Melansir dari Lifehack.org, Sabtu (5/9/2020) berikut cara mengatasi pengeluaran yang impulsif guna menghindari masalah finansial yang lebih buruk.
1. Jelajahi Toko Favorit Anda — Tanpa Membeli
Perhatikan pikiran dan emosi apa yang meluap saat memindai rak. Apakah Anda memiliki perasaan ingin ini, ingin itu? Kemudian perhatikan bagaimana perasaan Anda setelah keluar dari toko dengan tangan kosong.
“Mengatakan tidak adalah perasaan yang memberdayakan,” kata Koorosh. “Anda berpikir, 'Ya ampun, saya menahan diri,' dan akan ingat perasaan itu saat berbelanja lagi.”
2. Teliti Barang-Barang di Rumah
Perhatikan baik-baik laci dan lemari. Apakah mereka penuh sesak dengan barang yang tidak pernah digunakan?
Apa yang mendorong Anda untuk membeli barang-barang itu, dan bagaimana perasaan saat membawanya pulang? Apakah pembelian tersebut memuaskan kebutuhan Anda?
Saksikan Video Ini
3. Jangan Belanja Kecuali Saat Fokus dan Santai
Pergi ke toko saat sedih, marah, atau stres seperti berjalan ke toko roti saat kelaparan, membeli makan berlebihan dan menyesal.
Cari cara lain untuk memenuhi kebutuhan emosional. Saat Anda merasa sedih, hubungi teman. Saat merasa bosan, mulailah membuat buku diary atau mendengarkan musik. Saat merasa marah, lakukan jalan santai.
4. Memberi Jeda dan Cek-Richeck Kebutuhan
Tanyakan: Apakah saya benar-benar membutuhkan ini atau hanya menginginkannya? Bisakah saya membelinya? Berapa jam saya harus bekerja untuk menutupi pembelian ini? Bagaimana perasaan saya jika saya membawanya pulang? Apakah rumah saya memiliki tempat untuk ini?
Untuk pembelian besar, buat jeda yang lebih lama sebelum Anda berkomitmen — setidaknya untuk beberapa minggu. Kemudian lihat apakah membeli seperti, TV, atau mini-van itu masih merupakan ide yang bagus.
5. Berbelanja dengan Daftar, dan Jangan Membeli Apa Pun Yang Tidak Ada Di Dalamnya
Jika Anda benar-benar membutuhkan sepatu baru, pergilah ke toko dan beli sepasang. Tetapi jangan masuk ke toko atau online tanpa agenda yang tidak sesuai dengan keinginan Anda.
6. Selama Dua Minggu, Belilah Bahan Makanan dan Kebutuhan Pokok
“Ini seperti melakukan pembersihan, seperti melihat bagaimana rasanya menghilangkan donat dari list makanan Anda,” kata Koorosh. “Jelajahi dan lihat apa yang terjadi.”
Latihan ini lebih merupakan komitmen tetapi akan membuktikan kepada Anda bahwa dapat hidup tanpa Frappuccino sore itu atau kosmetik baru. Setelah itu, ini dapat membantu merasa lebih puas dengan pembelian di masa mendatang.
Advertisement
7. Jadikan Syukur sebagai Praktik Harian
Setiap hari, buatlah daftar tiga hal yang sangat hargai, apakah itu latihan yoga harian Anda, atau burung kolibri di luar jendela.
"Ketika Anda mengingat apa yang disyukuri, Anda tidak membutuhkan banyak barang untuk merasa bahagia dan puas," kata Koorosh. "Mempraktikkan rasa syukur membuka jalur neurologis, membawa kita keluar dari mode bertahan hidup melawan-atau-lari ke dalam perasaan cinta dan kepuasan."
8. Lacak Pengeluaran
Meluangkan beberapa menit setiap hari untuk memantau dan memikirkan ke mana perginya uang adalah kebiasaan yang ampuh dan mencerahkan.
Dalam survei terbaru yang dilakukan oleh Tiller Money, 79 persen orang mengatakan bahwa melacak pengeluaran mereka dengan spreadsheet sederhana telah menghasilkan pengeluaran yang tidak terlalu impulsif.
Jika Anda merasa salah satu strategi ini terlalu sulit untuk diterapkan dan merasa mungkin mengalami kecanduan belanja yang serius, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari terapis berpengalaman.
Reporter: Erna Sulistyowati