Investasi Anjlok, Kepala BKPM Sebut karena Semua Negara Tak Siap Hadapi Corona

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia buka suara terkait turunnya realisasi investasi di Kuartal II 2020.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Sep 2020, 12:07 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2020, 11:35 WIB
Sambut Kemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin, Relawan Pengusaha Muda Gelar Syukuran
Ketua Dewan Pembina Repnas, Bahlil Lahadalia memberi sambutan pada acara syukuran menyambut kemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin di Jakarta, Sabtu (20/4). Syukuran kemenangan digelar berdasarkan pantauan hitung cepat tim internal yang memenangkan pasangan nomor urut 01. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia buka suara terkait turunnya realisasi investasi di Kuartal II 2020. Tercatat realisasi investasi dalam negeri hanya mencapai Rp191,9 triliun atau turun 8,9 persen jika dibandingkan dengan kuartal I tahun ini.

Menurut dia, persoalan soal anjloknya realisasi investasi tidak hanya dialami Indonesia. Mengingat kinerja investasi loyo juga dialami oleh banyak negara. Sebab sampai saat ini, belum ada satupun negara yang dianggap mempunyai kebijakan tepat dalam menangani pandemi Covid-19.

"Nah ini tantangan kita semua, bagaimana untuk mendorong investasi di era pandemi Covid-19. Karena belum ada rumusnya. Bahkan saya ingin mengatakan tidak ada satu negara manapun yang bisa melakukan sebuah strategi yang pas untuk menghadapi kondisi seperti sekarang ini," jelas dia dalam webinar yang digagas oleh HSBC, Rabu (16/9).

Selain itu, kompaknya negara untuk menerapkan kebijakan proteksionisme justru dianggap semakin menekan perekonomian global. Sehingga menimbulkan situasi serba tidak pasti, termasuk dalam aktivitas investasi. Alhasil sejumlah lembaga survei dunia mengumumkan bahwa FDA global terpangkas antara 30 sampai 40 persen.

"Kita tahu semua bahwa semua negara melakukan kebijakan proteksionisme terhadap negaranya, dan hampir semuanya," paparnya.

Sebelumnya, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi sepanjang kuartal II-2020 mencapai Rp191,9 triliun, turun 4,3 persen dibandingkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 200,5 triliun. Jika dibandingkan dengan kuartal I-2020 yang mencapai Rp 210,7 triliun, maka mengalami penurunan 8,9 persen.

"Capaian ini sudah tentu bukan hasil yang jadi rencana BKPM karena rencana kami (capaian) lebih dari Rp200 triliun untuk kuartal kedua. Tapi kita tahu sendiri kondisi COVID ini sangat berat, periode triwulan II ini periode yang sangat berat," kata Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, dalam paparan realisasi investasi secara daring di Jakarta, dikutip Antara, Rabu (22/7).

Bahlil menambahkan, pihaknya sampai mendatangi masing-masing investor untuk menanyakan masalah yang investor hadapi selama pandemi.

"Sekarang di BKPM baik deputi, direktur, sudah kayak staf saja turun ke lapangan untuk memastikan teman-teman merealisasikan investasi, baik yang mau datang atau yang sudah jalan investasi dan mau ekspansi," katanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Realisasi Investasi

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia meluncurkan Pusat Komando Operasi dan Pengawalan Investasi, Senin (23/3/2020). (Athika/Liputan6.com)
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia meluncurkan Pusat Komando Operasi dan Pengawalan Investasi, Senin (23/3/2020). (Athika/Liputan6.com)

Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) sepanjang triwulan II 2020 sebesar Rp97,6 triliun (50,9 persen), sementara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp94,3 triliun (49,1 persen).

BKPM juga mencatat lima sektor utama realisasi investasi pada triwulan II 2020 yakni sektor listrik, gas dan air; transportasi, gudang dan telekomunikasi; industri logam dasar, barang logam dan bukan mesin dan peralatannya; industri makanan; serta perumahan, kawasan industri dan perkantoran.

Ada pun berdasarkan sebarannya, realisasi investasi tersebar di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten dan Riau. Sementara lima negara asal investor utama sepanjang triwulan kedua yakni Singapura, Hong Kong, China, Jepang dan Korea Selatan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya