Tak Kuat Merugi, Merek Pakaian GAP Pertimbangkan Tutup Semua Toko

Penurunan penjualan Gap disebabkan oleh adanya pandemi virus corona.

oleh Helena Yupita diperbarui 27 Okt 2020, 17:40 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2020, 17:30 WIB
Merek Gap. Gap.com
Merek Gap. Gap.com

Liputan6.com, Jakarta Merek pakaian terkenal, Gap, berencana menutup semua tokonya di Inggris. Bila langkah Gap terlaksana, akan berdampak ke pekerja. Merek ini mempertimbangkan untuk mengalihkan operasi dalam bentuk waralaba di Eropa.

Toko-toko Gap di Inggris, Prancis, Irlandia dan Italia akan tutup pada musim panas mendatang, bersamaan dengan pusat distribusi Eropa yang berbasis di Inggris.

Namun, melansir BBC, Selasa (27/10/2020), Gap tidak mengungkapkan jumlah toko miliknya di Inggris, maupun jumlah tenaga kerja.

Penurunan penjualan dalam beberapa tahun terakhir disebabkan oleh adanya pandemi virus corona. Perusahaan tersebut melaporkan kerugian 740 juta poundsterling dalam tiga bulan hingga Mei lalu.

Alih-alih mengoperasikan tokonya sendiri, Gap mengatakan sedang mempertimbangkan apakah akan pindah ke model waralaba. Sampai akhir Juli, pengecer tersebut memiliki 129 toko bermerek Gap di Eropa, dan sekitar 400 toko waralaba.

"Saat kami melakukan peninjauan, kami akan melihat pengalihan elemen bisnis kepada pihak ketiga yang berkepentingan sebagai bagian dari perluasan model kemitraan yang diusulkan," ujar Mark Breitbard, Kepala Gap Global.

Seorang juru bicara Gap menambahkan, pihaknya sedang mencari cara alternatif untuk mengoperasikan bisnis e-commerce di Eropa. Namun dia menolak untuk memberikan rincian jumlah toko dan karyawan yang dimiliki Gap.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Ritel Terdampak Corona

Corona Merebak, Ritel Modern Non-Pangan Sepi
Pengunjung berjalan diantara produk display pada salah satu mall ritel modern di kawasan Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (19/3/2020). Sejumlah ritel modern non-pangan telah mengalami tekanan yang cukup dalam akibat merebaknya virus corona di Indonesia. (merdeka.com/Arie Basuki)

Pengecer pakaian saat ini terkena dampak krisis virus corona. Selain penutupan toko sementara selama lockdown di beberapa negara, mereka harus tetap bersaing dan peralihan yang dipercepat ke belanja online yang telah dimanfaatkan oleh spesialis seperti Asos dan Boohoo.

Menurut Pusat Penelitian Ritel, banyak pengecer telah berjuang untuk bertahan hidup di tengah krisis.

Perusahaan pakaian yang berbasis di Skotlandia, M & Co, yang telah masuk ke administrasi dan mengatakan akan memangkas hampir 400 pekerja pada bulan Agustus.

Bahkan sebelum pandemi, Gap berjuang untuk merevitalisasi dirinya setelah kehilangan pembeli yang lebih muda karena merek fashion yang lebih murah seperti Zara, H&M dan Forever 21 selama beberapa tahun.

Dilansir dari Awal tahun ini, Gap mengatakan pihaknya berencana untuk menutup lebih dari 225 toko Gap dan Banana Republic yang tidak menguntungkan secara global sebagai bagian dari rencana restrukturisasi.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya