PSBB Jakarta Turut Andil Penyebab Indonesia Resesi

Penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta menjadi salah satu faktor pertumbuhan ekonomi nasional.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Nov 2020, 14:30 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2020, 14:30 WIB
FOTO: Kasus COVID-19 Meningkat, Razia Masker di DKI Jakarta Kian Gencar
Warga pelanggar PSBB dihukum menyapu saat terjaring razia masker di Jalan Tanjung Duren Raya, Jakarta, Jumat (11/9/2020). Petugas Satpol PP gencar melakukan razia masker menyusul kasus COVID-19 di DKI Jakarta yang terus meningkat. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Universitas Indonesia, Fitrah Faisal Hastiadi mengatakan penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta menjadi salah satu faktor pertumbuhan ekonomi nasional.

Dia membandingkan penerapan PSBB pertama di awal virus menyebar dengan dikembalikannya PSBB transisi menjadi PSBB (PSBB kedua).

Dari indikator PMI penerapan PSBB sangat berpengaruh. Sebelum pandemi Covid-19 indeks PMI berada di level 51. Indeks PMI turun di bulan Februari-Maret menjadi 47.

Saat penerapan PSBB pertama, indeks PMI turun menjadi 27. Lalu saat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan PSBB transisi, di bulan Agustus indeks PMI meningkat ke level 58. Namun ketika diberlakukan kembali PSBB, indeks PMI kembali turun di level 47.

"Ketika PSBB (kedua) anjlok di level 47. Anjloknya lebih sedikit tetapi ini sudah untuk kembali lagi," kata Fitrah dalam diskusi Polemik Trijaya bertajuk Efek Resesi di Tengah Pandemi, Jakarta, Sabtu (7/11/2020).

Namun secara keseluruhan, Fitrah menilai saat ini kondisi mulai solid. Perekonomian nasional juga mulai adaptif sehingga bisa membantu saat percepatan stimulus fiskal.

Dunia internasional malah kata Fitra melihat pertumbuhan ekonomi nasional hanya minus 1,5 persen secara tahunan. Mereka optimis pada tahun 2021 pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh 6 persen.

"Kalau kata IMF (pertumbuhan ekonomi) tahun 2020 (Indonesia) minus 1,5 persen tapi di tahun 2021 tumbuh 6 persen," kata dia.

Menurut Fitrah perlambatan ekonomi yang terjadi di Indonesia akibat dari kepanikan global. Sementara selama ini pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang konsumsi domestik. Sehingga untuk bisa kembali seperti keadaan semua akan lebih memungkinkan.

"Kita tidak terlalu hubung dengan global, pertumbuhan ekonomi kita ini faktor domestik," kata dia.

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pandemi Covid-19 Selesai, Indonesia Bisa Langsung Keluar dari Resesi

FOTO: Libur Panjang di Masa PSBB Transisi, Kawasan Kota Tua Mulai Dipenuhi Wisatawan
Warga menggunakan sepeda wisata di kawasan Kota Tua Jakarta, Kamis (29/10/2020). Libur panjang di masa pemberlakuan PSBB transisi Jakarta dimanfaatkan warga untuk mengunjungi lokasi-lokasi wiisata. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

 Indonesia resmi masuk periode resesi teknikal setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 terkontraksi 3,49 persen. Pada kuartal sebelumnya, ekonomi Indonesia juga minus 5,32 persen.

Meski masih minus, ada harapan ekonomi Indonesia bisa bangkit kembali dengan amunisi yang disiapkan pemerintah. Anggota Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton J. Supit mengatakan, jika Covid-19 selesai, maka resesi bisa dihindari.

"Karena itu protokol kesehatan harus betul-betul dilaksanakan dan diawasi. Ini yang paling mendasar sebab kalau tidak, sebentar-sebentar PSBB (pembatasan sosial)," ujar Anton kepada Liputan6.com, Jumat (6/11/2020).

Jika PSBB digas-rem dalam kurun waktu yang berdekatan, dunia usaha tidak bisa beroperasi dengan maksimal. Menurut Anton, menggenjot ekonomi harus dengan mengatasi pandemi.

Lanjutnya, studi dari beberapa lembaga penelitian menyebutkan kalau naiknya kegiatan ekonomi akan membuat tren pandemi juga turut naik. Namun jika aktivitas tidak berjalan, ekonomi tidak akan tumbuh.

Itulah kenapa, dalam pelaksanaannya, aktivitas ekonomi harus tetap jalan dengan protokol kesehatan yang ekstra hati-hati. Dengan begitu, Indonesia bisa keluar dari resesi.

"Kita tidak bisa dikotomikan pandemi dan ekonomi. Dua-duanya penting," kata Anton.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya