Minggu yang Buruk Bagi Miliarder Jack Ma

Jack Ma memiliki saham di Ant Financial kurang lebih 8 persen. Dengan rencana IPO Ant Financial, kemungkinan dirinya akan mendapai tambahan harta USD 17 miliar.

oleh Tira Santia diperbarui 08 Nov 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2020, 21:00 WIB
Jack Ma Bicarakan Digital Ekonomi di Depan Delagasi IMF-Bank Dunia
Pendiri Alibaba Group Jack Ma dalam diskusi panel “Disrupting Development” Pertemuan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali pada Jumat (12/10). Jack Ma mengatakan “pebisnis tak punya rasa takut, kompetitor yang seharusnya takut”.Liputan6.com/Angga Yuniar

Liputan6.com, Jakarta - Minggu ini seharusnya menjadi pekan yang menguntungkan bagi Jack Ma yang merupakan salah satu orang terkaya di China. Namun sayangnya hal tersebut tidak terwujud.

Proses IPO Ant Financial yang merupakan anak usaha Alibaba Group, perusahaan yang dimiliki oleh Jack Ma gagal melantai di bursa saham Shanghai dan Hong Kong.

Mengutip BBC, Minggu (8/11/2020), Ant Financial rencananya pada Kamis kemarin akan mencatatkan saham perdana di dua bursa yaitu Hong Kong dan Shanghai. Nilai IPO tersebut mencapai USD 34,4 miliar atau kurang lebih Rp 488 triliun (estimasi kurs 14.214 per dolar AS).

Sayangnya, rencana IPO tersebut ditangguhkan setelah ada penilaian atau pemeriksaan oleh regulator keuangan China.

Jack Ma pun gagal mendapatkan dana segar. Jack Ma memiliki saham di Ant Financial kurang lebih 8 persen. Dengan rencana IPO tersebut, kemungkinan dirinya akan mendapai tambahan harta USD 17 miliar.

Dengan tambahan dana tersebut, kekayaan bersih Jack Ma akan meningkat menjadi USD 80 miliar. Dengan begitu, dirinya akan kembali menjadi orang terkaya di China.

"Rencana tinggal landas ini tidak disetujui oleh otoritas," jelas Co-managing partner Marcum Bernstein & Pinchuk, Drew Bernstein.

Menurut beberapa analis, langkah tersebut sebagai upaya otoritas China untuk menahan perkembangan perusahaan yang telah menjadi sangat kuat. Hal tersebut juga dilakukan untuk menahan gerak pemimpin yang menjadi terlalu blak-blakan.

Sebelumnya, Jack Ma marah kepada pemerintah China pada konferensi teknologi keuangan bulan lalu di Shanghai. Ma mengkritik, sektor perbankan yang kepemilikannya didominasi oleh pemerintah China ini sebagai pegadaian. Selain itu, sektor tersebut juga kurang inovasi.

“Ini bukan pertama kalinya dia lepas kendali. Dia hanya tidak suka mengikuti naskah atau narasi tertentu. Dan dia suka menjadi provokatif, seperti pendongeng hebat lainnya, ” jelas Duncan Clack, penulis buku Alibaba: The House that Jack Ma Built.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Mengenal Ant Financial, Unicorn Terbesar di Dunia

Ant Financial
Laman situs web Ant Financial (Foto: screenshot situs web Ant Financial)

Ant Financial dikenal sebagai perusahaan finansial teknologi paling berharga di dunia dengan valuasi mencapai USD 150 miliar.

Pencapaian ini membuat Ant Financial sebagai startup unicorn terbesar di dunia, sekaligus memperlihakan besarnya antusias investor terhadap perusahaan asal Tiongkok itu.

Ant Financial sejak kehadirannya pada 2014 terus mengalami pertumbuhan cepat. Baru dua bulan lalu, para bankir dan investor membicarakan nilai perusahaan yang mendekati US$ 100 miliar. Namun, kini valuasinya disebut telah mencapai USD 150 miliar. 

Ant Financial adalah salah satu dari ratusan unicorn yang dimiliki Tiongkok saat ini. Unicorn merupakan sebutan bagi startup yang memiliki valuasi lebih dari USD 1 miliar.

Untuk mengetahui lebih banyak soal Ant Financial, berikut sejumlah informasi pentingnya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (20/4/2018).

Apa Itu Ant Financial?

Bisnis paling terkenal milik Ant Financial adalah Alipay, yang merupakan pemain terbesar di pasar pembayaran online Tiongkok.

Perusahaan juga menjual berbagai produk manajemen dan menawarkan pinjaman kecil dan skor kredit. Pendiri raksasa e-commerce Tiongkok, Alibaba Group Holding, Jack Ma, mengontrol bisnis Ant Financial.

Para analis di Barclays memperkirakan pembayaran online menyumbang 55 persen dari total US$ 8,9 miliar pendapatan Ant Financial pada tahun lalu.

Namun, mereka memprediksi jumlahnya akan menurun sepertiga pada 2021 karena perusahaan fokus mendorong 600 juta penggunanya lebih banyak menggunakan layanannya yang lain dengan margin lebih tinggi.

Bisnis Ant Financial yang terus tumbuh didorong pengungkapan perusahaan tentang data kinerja tambahan, tapi bukan laporan finansial keseluruhan.

Strategi ini dinilai berhasil menarik perhatian para investor dan analis. Selain itu, statusnya sebagai salah satu bagian dari grup teknologi terbesar di Tiongkok juga memengaruhi popularitasnya.

"Kesempatan untuk berinvestasi di super unicorn seperti Ant tidak terlalu sering didapatkan, bahkan di Tiongkok, yang Anda lihat terjadi 'ledakan' teknologi selama bertahun-tahun. Jika Anda melewatkan yang satu ini, Anda tidak tahu kapan yang selanjutnya akan datang," ungkap salah seorang investor Ant Financial.

Tantangan Ant Financial

Ant Financial yang diprediksi akan melantai di bursa dua tahun lagi, telah menargetkan memiliki dua miliar pengguna di dunia dalam 10 tahun mendatang. Perusahaan juga telah berinvestasi di luar negeri, termasuk membeli saham perusahaan pembayaran India bernama Paytm dan perusahaan teknologi finansial Thailand, Ascend Money.

"Ant mengambil pandangan yang sangat strategis mengenai ekspansi internasional, dengan investasi yang memiliki target jelas, usaha gabungan dan kerja sama di berbagai wilayah. Meski Tiongkok tetap menjadi inti bisnis mereka, saya tidak akan meremehkan pontensi keuntungan dari usaha internasional mereka," ungkap pimpinan finansial teknologi Asia Pasifik di EY, James Lloyd.

Kendati demikian, bukan berarti langkah Ant Financial akan selalu mulus. Masalah kemungkinan akan datang dari negaranya sendiri.

Tiongkok dikenal memiliki perubahan peraturan tidak terduga, yang dapat membuat bisnis tergelincir. Pada tahun lalu, misalnya, regulator setempat tiba-tiba mengambil langkah untuk mengendalikan pasar pinjaman online, yang merupakan kunci pertumbuhan untuk Ant Financial.

"Berbagai hal yang dilakukan Ant sebenarnya cukup inovatif dan baru. Semuanya mungkin bisa berhasil pada tahun ini, tapi tidak untuk tahun depan, tergantung pada regulasi Tiongkok. Sulit untuk menganalisis nilainya," jelas seorang analis ekuitas yang berbasis di Hong Kong. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya