Nilai Impor November 2020 Tercatat USD 12,66 Miliar, Mayoritas Barang Konsumsi

impor migas naik 0,59 persen menjadi USD 1,08 miliar, sedangkan impor nonmigas naik 19,27 persen menjadi USD 11,58 miliar.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 15 Des 2020, 12:25 WIB
Diterbitkan 15 Des 2020, 12:24 WIB
Perdagangan Ekspor Impor di Masa Pandemi
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (4/12/2020). Deputi Bidang Perekonomian Setkab Satya Bhakti Parikesit menyampaikan upaya pemulihan ekonomi di tengah pandemi pemerintah telah mengeluarkan stimulus di sektor perdagangan. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor November 2020 mencapai USD 12,66 miliar. Angka ini naik 17,40 persen dibanding Oktober 2020. Rinciannya, impor migas mengalami kenaikan 0,59 persen menjadi USD 1,08 miliar. Sedangkan impor nonmigas naik 19,27 persen menjadi USD 11,58 miliar.

“Nilai impor pada bulan November yang sebesar USD 12,66 miliar ini naik 17,4 persen dibandingkan posisi bulan lalu,” ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam video konferensi rilis Data Ekspor-Impor, Selasa (15/12/2020).

Sedangkan jika dilihat secara tahunan atau year on year (yoy), impor mengalami penurunan sebesar 17,46 persen. Untuk Migas mengalami penurunan 49,16 persen dan nonmigas penurunannya 12,33 persen.

Adapun impor Indonesia menurut penggunaan barang, Suhariyanto memaparkan bahwa seluruhnya mengalami pertumbuhan positif secara bulanan. Untuk konsumsi, kenaikannya 25,52 persen atau USD 1,30 miliar.

“Komoditas utama yang kita impor untuk barang konsumsi ini yang pertama adalah garlic dari Tiongkok, kemudian ada boneless of bovine animals dalam bentuk frozen yang kita impor dari India, kemudian juga ada obat-obatan dari India, kemudian ada impor buah apel segar dari Tiongkok, dan satu lagi adalah laser system dari Singapura,” jelas dia.

Kemudian untuk bahan baku atau penolong, kenaikannya 13,02 persen atau USD 8,93 miliar, barang modal naik 2,43 persen atau USD 2,43 miliar. "Barang modal yang diimpor adalah mesin-mesin dari China. Kenaikan impor modal diharapkan bisa berpengaruh positif bagi pertumbuhan PMTB di kuartal IV ini," ujarnya.

Secara total, impor Indonesia menurut penggunaan barang mengalami kenaikan 17,40 persen atau USD 12,66 miliar.

Berdasarkan kode HS, kenaikan impor berasal dari komoditas mesin dan perlengkapan elektrik, logam mulia, perhiasan, dan permata, mesin dan peralatan mekanis, dan lainnya. Sedangkan yang turun adalah gula dan kembang gula, bahan bakar mineral, binatang hidup, dan lainnya.

Berdasarkan negara asal impor, penurunan impor nonmigas terjadi dari China mencapai USD 1,09 miliar, Jepang USD 226 juta, Hong Kong USD 124,6 juta, Kanada USD 92,7 juta, dan Taiwan USD 84,9 juta.

Sebaliknya, peningkatan impor terjadi dari Ukraina sebesar USD 76,9 juta, Singapura USD 65,7 juta, Malaysia USD 49,4 juta, Hungaria USD 49 juta, dan Uni Emirat Arab USD 27,4 juta

Secara kumulatif, kinerja impor Januari-November 2020 sebesar USD 127,13 miliar atau terkoreksi 18,91 persen dari USD 156,77 miliar pada Januari-November 2019.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Neraca Perdagangan November 2020 Surplus USD 2,61 Miliar

Perdagangan Ekspor Impor di Masa Pandemi
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (4/12/2020). Perbaikan kinerja ekspor dari Kuartal II sebesar minus 11,7 persen menjadi minus 10,8 persen di Kuartal III dan kuartal IV menjdi pijakan untuk perbaikan ditahun 2021. (merdeka.com/Imam Buhori)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada November 2020 surplus sebesar USD 2,61 miliar.

Surplus tersebut terjadi akibat nilai ekspor tercatat lebih tinggi sebesar USD 15,28 miliar sedangkan posisi nilai impor sebesar USD 12,66 miliar.

“Surplus ini menggembirakan karena surplus ini terjadi karena ada kenaikan ekspor yang meningkat baik month to month (mtm). sementara impornya juga meningkat 17,4 persen secara mtm meskipun secara yoy (year on year) masih mengalami penurunan, ujar Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto dalam video konferensi,Selasa (15/12/2020).

Perbaikan ekspor ini ditunjang oleh naiknya permintaan dan juga kenaikan harga komoditas andalan, terutama batubara dan kelapa sawit.

Adapun komoditas penyumbang surplus terbesar pada bulan November ini adalah lemak dan minyak hewan nabati, kemudian bahan bakar serta besi dan baja.

Sementara menurut negaranya, Amerika Serikat (AS) menjadi terbesar yang terbesar yakni surplus mencapai USD 948,7 juta. Di mana ekspor Indonesia ke AS mencapai USD 1,6 miliar dan impor USD 657 juta.

Kemudian surplus lainnya juga terjadi dengan India sebesar USD 603,8 juta dan Filipina sebesar USD 523,4 juta. Sebaliknya ada beberapa negara yang masih mengalami defisit pada Oktober 2020.

Di mana dengan Tiongkok defisit sebesar USD 572,6 juta. Kemudian Hongkong defisit USD 198,0 juta. Selanjutnya defisit neraca perdagangan juga terjadi kepada Australia, yakni tercatat sebesar USD 142,6 juta.

Secara keseluruhan, BPS mencatat untuk neraca perdagangan dari Januari sampai November 2020 mengalami surplus USD 19,66 miliar.

“Posisi ini jauh lebih menggembirakan kalau kita bandingkan surplus kita pada Januari-November 2019 lalu yang defisit USD 3,59 miliar,” pungkas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya