Liputan6.com, Jakarta - Trade Expo Indonesia (TEI) ke-35 tahun 2020 berhasil diselenggarakan. Meskipun dilakukan secara virtual, tetapi capaiannya melampaui target. Kemendag pada awalnya menargetkan transaksi sebesar USD 1 miliar. Realisasinya TEI mencatatkan transaksi USD 1,2 miliar atau 20 persen melebihi target semula.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga mengatakan bahwa sejak semula ia bersama Mendag dan seluruh pelaksana di Kemendag memang sudah optimis.
“Seperti yang sering kita kemukakan, bahwa meski pandemi tapi peluang kan selalu ada. Ada pergeseran pola produksi dan konsumsi, nah itu yang kita pelajari dan kita tangkap. Keterampilan untuk menyesuaikan diri dengan konteks yang berubah ini yang harus terus ditingkatkan baik di level pemerintah maupun dunia usaha," kata Wamendag dalam keterangannya, Jumat (18/12/2020).
Advertisement
Selain optimisme, Wamendag mengatakan faktor kesuksesan TEI 2020 adalah karena kolaborasi antar stakeholder luar biasa. Dalam internal kemendag ia menyebut bahwa kinerja Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional beserta unit yang lain sangat optimal. Sementara upaya para pengusaha juga sangat bagus.
“Dan yang penting sebenarnya ini menandakan dari optimisme terhadap outlook perdagangan internasional ke depan, khususnya bagi produk ekspor barang dan jasa Indonesia,” tambah Jerry.
Wamendag menyatakan, dari catatan yang dirilis dari Kemendag memang menyebutkan bahwa dari USD 1,2 miliar, transaksi barang dan jasa sebesar USD 1,1 miliar dan transaksi investasi sebesar USD 110 juta.
TEI tahun ini sendiri berhasil menghadirkan 690 pelaku usaha dan 7459 pelanggan (buyer) dari berbagai 127 negara dan mitra dagang lokal sebanyak 4.107.
Tiongkok menjadi penyumbang transaksi dagang terbesar dengan jumlah USD 505,01 juta. Selanjutnya disusul Jepang, Mesir dan Australia yang masing-masing mencatat USD 224,2 juta, USD 147,2 juta dan 95,42 juta.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Produk Klapa Sawit Paling Diminati
Dari segi produk yang ditransaksikan didominasi oleh kelapa sawit dan turunannya sebesar 33,32 persen dari keseluruhan transaksi. Lalu disusul oleh produk kertas sebesar 22,34 persen, makanan dan minuman kemasan sebesar 14,42 persen, kopi sebesar 7,15 persen dan kendaraan beserta suku cadang sebesar USD 4,79 persen. Sisanya yang sebesar 13,3 persen diisi oleh berbagai macam produk.
Melihat komposisi itu, Wamendag Jerry Sambuaga merasa berbangga sekaligus bertekad agar ke depan produk manufaktur dan berbasis teknologi makin besar kontribusinya bagi ekspor.
“Sesuai dengan arahan Presiden bahwa kita harus mendorong produk bernilai tambah tinggi. Itu yang menjadi perhatian kita ke depan tentu tidak melupakan kontribusi produk dan komoditas yang sudah punya kinerja baik saat ini,” katanya.
Bagi Wamendag, TEI sendiri merupakan salah satu bagian dari rangkaian pengembangan dan promosi ekspor. Kegiatan ini terus diintegrasikan dan ditindaklanjuti dengan program kerja lain, termasuk perjanjian perdagangan.
Kabar terbaru soal perjanjian dagang adalah ditandatanganinya Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) jumat 18 Desember 2020 ini. Wamendag menyebut bahwa penandatangana IK CEPA akan menjadi penutup tahun yang baik bagi Kementerian Perdagangan pada khususnya dan tim ekonomi Indonesia pada umumnya.
Dengan penandatanganan IK-CEPA, maka mitra dagang strategis Indonesia dengan pasar luas akan makin banyak. Jerry menyatakan bahwa IK CEPA akan memperkuat perjanjian-perjanjian perdagangan yang sudah ada yang berkaitan dengan Korea diantaranya Asean Korean-FTA dan RCEP.
“IK CEPA istimewa karena ini merupakan perjanjian bilateral dimana preferensi yang kita dapatkan lebih mencerminkan kebutuhan dan keunggulan spesifik Indonesia serta membuka peluang investasi Korea ke Indonesia dan juga sebaliknya,” dia menambahkan.
Untuk itu Wamendag berharap IK-CEPA ini bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan kinerja ekspor Indonesia.
Advertisement