Kembangkan Kereta Api Nasional, Kemenhub Ingin Kolaborasi Universitas dan Industri

Kemenhub menekankan pentingnya kerja sama universitas dan industri dalam pengembangan sistem kereta api nasional

oleh Andina Librianty diperbarui 21 Jan 2021, 16:40 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2021, 16:40 WIB
Progres Flyover Cakung
Kereta Commuter Line melintas di bawah proyek pembangunan jalur lintas atas (flyover) Cakung, Jakarta, Kamis (17/12/2020). Proyek Flyover Cakung saat ini telah mencapai 94 persen dan sedang menyelesaikan pemasangan balok girder pada bentang yang melintasi rel kereta api. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Litbang Kementerian Perhubungan (Kemehub), Umiyatun Hayati Triastuti, menekankan pentingnya kerja sama universitas dan industri dalam pengembangan sistem kereta api nasional. Kolaborasi keduanya akan memperkuat penelitian dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDA) yang kompeten.

"Keterlibatan universitas dan industri kereta api dapat memperkuat penelitian dan pengembangan SDA untuk membuat model bisnis dan kelembagaan untuk sistem kereta api nasional," ungkp Umiyatun dalam webinar Railway - Universities Link: Railway Research and Education Outlook pada Kamis (21/1/2021).

Webinar kali ini pun digelar dengan pembicara dari berbagai aspek termasuk universitas dari dalam dan luar negeri, serta perwakilan industri.

"Webinar ini untuk berbagi pengetahuan dan wawasan untuk pengembangan kereta api dan akan mendukung inovasi riset teknologi kereta api, serta memberikan edukasi di antara para akademis dan industri kereta api," tutur Umiyatun.

Balitbang sendiri, katanya, sudah bekerja sama dengan 14 universitas nasional untuk membantu pengembangan kereta api nasional. Keempat belas universitas tersebut termasuk Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gajah Mada, dan Universitas Lampung.

"Kerja sama ini berpotensi memberikan kontribusi untuk pengembangan pusat kereta api nasional di masa depan," ungkap Umiyatun.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Indonesia Operasikan Pusat Pengendali Kereta Api Tercanggih di ASEAN

Operation Control Centre atau pusat pengendali kereta api di Manggarai resmi dioperasikan
Operation Control Centre atau pusat pengendali kereta api di Manggarai resmi dioperasikan (dok: PT LEN)

Pembangunan OCC (Operation Control Centre) atau pusat pengendalian perjalanan kereta api Manggarai merupakan salah satu item scope pekerjaan pada proyek APBN Double-Double Track (DDT) Paket A Fase 1, Manggarai-Jatinegara dari Direktorat Jenderal Kereta Api (DJKA) Kementerian Perhubungan.

Pembangunan tersebut dipercayakan DJKA kepada PT Len Industri (Persero) dan PT Len Railway Systems (anak perusahaan) sebagai kontraktor pelaksana mengerjakan sistem persinyalan dalam proyek tersebut yang selanjutnya akan dioperasikan oleh PT KAI selaku operator.

”Terimakasih atas kepercayaan yang diberikan oleh DJKA Kementerian Perhubungan kepada Len. DJKA bersama Len dan LRS telah berhasil melakukan switch over OCC Manggarai dan resmi mulai beroperasi sejak tanggal 14 Januari 2021 pukul 00.00 WIB,” kata Direktur Utama PT Len Industri (Persero), Bobby Rasyidin, Selasa (19/1/2021).

OCC tersebut menjadi yang terbesar dan tercanggih di Asia Tenggara karena memiliki tingkat kompleksitas tinggi dan memadupadankan berbagai sistem interlocking yang ada saat ini di Jakarta.

OCC Manggarai merupakan sistem centralized operation berupa CTS (Centralized Traffic Supervised) yang berguna untuk menyupervisi seluruh pergerakan kereta dan kesesuaian jadwal kereta antara planning dan actual di seluruh Daop 1 Jakarta.

”Tentu saja ini berkat pengalaman panjang bersama Kementerian Perhubungan RI selama puluhan tahun dalam membangun dan mengembangkan perkeretaapian di Indonesia. Sekaligus sebagai bukti bahwa produk SiLVue milik Len memang tangguh dan setara dengan OCC paling populer di dunia. Dukungan pemerintah Indonesia juga akan sangat membantu PT Len Industri sebagai BUMN agar produk barunya dapat go global secepatnya,” ujarnya.

SiLVue kini sudah memiliki TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) di atas 45 persen dan bahkan dapat mengintegrasikan berbagai jenis tipe interlocking dari luar negeri yang ada di Indonesia seperti SSI, K5B, SILSafe, Westrace dan iVPI.

“Kemampuan desain dan integrasi kita sudah teruji, sehingga tidak akan bergantung kepada vendor luar negeri walaupun ada beberapa perangkat yang masih menggunakan vendor dari luar negeri. Karena secara suku cadang sudah tersedia di Indonesia dan sistem aplikasi yang digunakan di OCC Manggarai adalah 100 persen buatan Indonesia karya anak bangsa yaitu CTC/CTS SiLVue," tambah Bobby.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya