Ketua KNKT Ungkap Alasan Tak Boleh di Mobil Saat Naik Kapal

Ketika kapal berada dalam kondisi darurat maka para penumpang harus berkumpul di muster station.

oleh Andina Librianty diperbarui 17 Mar 2021, 12:50 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2021, 12:50 WIB
Melihat Megahnya Terminal Penyeberangan Eksekutif Sosoro Merak
Kapal penyeberangan sandar di Pelabuhan Eksekutif Sosoro, Merak, Banten, Minggu (2/6/2019). ASDP membuka terminal penyeberangan eksekutif yang menyatu dengan tempat perbelanjaan dengan tarif naik kapal sebesar Rp 50.000 untuk dewasa dan Rp 34.000 untuk anak-anak. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono, mengungkapkan alasan seluruh penumpang kapal tidak boleh berada di dalam kendaraan termasuk mobil dan bus. Ini terkait dengan alasan keamanan.

Soerjanto menjelaskan, ketika kapal berada dalam kondisi darurat maka para penumpang harus berkumpul di muster station. Di sana, mereka akan diberikan berbagai pengarahan untuk menghadapi kondisi tersebut.

"Kalau berada di dalam mobil bagaimana caranya mengarahkan. Itu kenapa salah satu alasannya penumpang harus turun," jelas Soerjanto dalam acara virtual Launching Kampanye Kolaboratif "Yuk Selamat Bersama" pada Rabu (17/3/2021).

Sayangnya, masih banyak masyarakat yang tidak mengikuti aturan di kapal ini. Padahal, ini untuk keselamatan penumpang.

"Dan memang ini sangat sulit, angel tenan," tuturnya.

Sekjen Kementerian Perhubungan, Djoko Sasono, juga menekankan hal serupa. Penumpang kapal diimbau untuk memperhatikan keselamatan mereka dan keluar dari kendaraan ketika di kapal.

"Dalam ketentuan penyeberangan, semua penumpang kapal harus keluar dari tempat untuk mengangkut penumpang. Yang boleh di sana hanya petugas-petugas yang menjaga kendaraan tetap pada posisinya," jelas Djoko.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

KNKT: Mbah Google Itu Baik, tapi Kadang Juga Tidak Baik

Google Map
(ilustrasi)

Sebelumnya, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono, menyoroti aplikasi peta Google Maps yang banyak digunakan oleh masyarakat saat berkendara. Ia menyarankan agar masyarakat tetap bijak ketika mengikuti penunjuk jalan di Google Maps untuk menghindari kecelakaan.

Soerjanto mengatakan ada beberapa kecelakaan karena mengikuti Google Maps. Hal ini disebabkan pengguna jalan tidak mengetahui dengan pasti kondisi jalan yang akan dilaluinya.

 

"Ada beberapa kejadian karena mengikuti mbah Google (Google Maps) tadi, lalu masuk ke jalan kecil, kemudian banyak jalanannya turunan tajam sehingga terjadi beberapa kecelakaan," kata Soerjanto dalam acara virtual Launching Kampanye Kolaboratif "Yuk Selamat Bersama" pada Rabu (17/3/2021)

Ia pun mengimbau masyarakat untuk terus berhati-hati ketika berkendara menggunakan layanan peta digital, seperti halnya produk teknologi lain.

"Ini juga menjadi tugas kita semua untuk bijak kalau kita menggunakan Google Maps. Benar tidak jalanan ini aman kita lewati. Mbah Google itu baik, tapi kadang-kadang juga tidak baik," sambungnya.

Soerjanto menyadari bahwa penggunaan teknologi tidak bisa dihindari. Melihat banyaknya masyarakat menggunakan Google Maps, pihak KNKT pun telah berkomunikasi dengan Google agar bisa memberikan jalan alternatif yang aman di layanannya.

"Kami juga sudah bekerja sama dengan Google untuk jalan-jalan seperti itu diblokir saja, tidak menjadi alternatif," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya