Liputan6.com, Jakarta Sekalipun berbagai raksasa teknologi seperti Facebook juga Google memiliki valuasi fantastis, namun bukan keduanya yang berhasil menelurkan banyak miliarder dunia. Melainkan produsen baterai mobil listrik asal China, yang bisnisnya kian moncer beberapa tahun terakhir.
Dikutip dari Forbes, Jumat (7/5/2021), Contemporary Amperex Technology yang lebih dikenal CATL, memiliki sembilan orang miliarder yang lahir dari dalam bisnisnya. Salah satunya bahkan masuk daftar 50 orang paling kaya sejagat.
Saham perusahaan, yang memasok baterai ke pembuat mobil listrik termasuk BMW, Volkswagen, dan Mercedes-Benz, telah melonjak lebih dari 150 persen pada tahun lalu karena permintaan untuk kendaraan listrik yang kian digandrungi.
Pendiri sekaligus CEO CATL, Robin Zeng yang berusia 52 tahun jadi pemilik kekayaan terbanyak di antara delapan miliarder jebolan CATL lainnya.
Zeng sekarang menjadi orang terkaya ke-47 di dunia, dengan nilai kekayaan USD 32,5 miliar atau sekitar Rp 469 triliun.
Nilai tersebut bertambah lebih dari tiga kali lipat, dibanding kekayaan USD 9,7 miliar yang ia miliki pada Maret 2020 ketika pandemi Covid-19 menghantam pasar. Zeng diketahui mengendalikan sekitar 25 persen saham perusahaan.
Selain Zeng, dua wakil kepala eksekutif CATL, Huang Shilin dan Li Ping juga turut melipat gandakan kekayaannya, yang masing-masing nilai kekayaannya secara berurutan USD 14,7 miliar atau sekitar Rp 212 triliun, dan USD 6,6 miliar atau sekitar Rp 95 triliun.
Masih ada pimpinan lainnya yang juga mendulang kekayaan. Diantaranya kepala bidang teknik dan produksi, Zhao Fenggang dengan nilai kekayaan USD 2,4 miliar atau sekitar Rp 34,6 triliun.
Kepala ilmuwan sekaligus wakil manajer umum, Wu Kai, kepala dewan pengawas, Wu Yingming dan Asisten Presiden, Chen Yuantai.
Masing-masing ketiga orang itu memiliki kakayaan secara berurutan, USD 2,3 miliar atau sekitar Rp 33,2 triliun, USD 1,9 miliar atau sekitar Rp 27,4 triliun dan USD 1,3 miliar atau sekitar Rp 18,7 triliun.
Selain orang dalam perusahaan, ada juga dua miliarder lainnya yang menambang kekayaan berkat investasinya saat perusahaan baru memulai bisnis beberapa tahun silam. Ada investor Pei Zhenhua, yang kekayaannya saat ini USD 8,5 miliar atau sekitar Rp 122,7 triliun.
Selain itu, satu lagi investor awal CATL yang meraup untung besar ialah Chen Qiongxiang, yang kekayaannya saat ini sekitar Rp 1,8 miliar atau sekitar Rp 25,9 triliun. Lima dari sembilan miliarder CATL tersebut baru bergabung di jajaran miliarder dunia tahun ini.
Dan jika diakumulasikan, jumlah kekayaan yang dihasilkan kesembilan orang tersebut bernilai USD 72 miliar atau sekitar Rp 1.039 triliun. Ini merupakan prestasi yang mengejutkan bagi perusahaan yang baru berusia satu dekade.
Saksikan Video Ini
Awal Zeng Memulai CATL
Tampilan Sasis dan unit baterai mobil listrik Porsche Taycan saat proses perakitan di pabrik perusahaan Porsche AG di Stuttgart, Jerman, Rabu (4/3/2020). Porsche Taycan merupakan mobil bertenaga listrik pertama dari pembuat mobil mewah Jerman, Porsche AG. (AFP Photo/Thomas Kienzie)
Robin Zeng merupakan seorang mantan insinyur di sebuah pabrik komponen elektronik. Ia pertama kali terjun ke bisnis ini dengan memulai sebagai produsen baterai lithium-ion bernama Amperex Technology Limited (ATL) pada tahun 1999.
Perusahaan ini mengkhususkan diri dalam membuat baterai isi ulang untuk barang-barang elektronik konsumsi, seperti ponsel dan laptop. ATL kabarnya juga memasok baterai untuk sejumlah produk Apple, seperti iPod, iPad, dan Macbook.
Setelahnya, barulah Zeng mendirikan CATL pada tahun 2011 sebagai spin-off ATL untuk fokus pada baterai otomotif. CATL kemudian mendapatkan kemitraan untuk memasok baterai ke BMW setahun kemudian.
Karena China semakin mengalihkan perhatiannya untuk mengembangkan industri energi bersih, CATL jadi salah satu perusahaan yang paling diuntungkan atas berbagai insentif dari pemerintah.
Mulai tahun 2015, pemerintah China membuat daftar 50 perusahaan produsen barerai otomotif yang direkomendasikan, termasuk di dalamnya CATL.
Produsen mobil yang memasok baterai mereka dari daftar 50 perusahaan tadi, dinyatakan memenuhi syarat untuk mendapat subsidi pemerintah.
Ini membuat perusahaan lokal seperti CATL lebih diuntungkan, ketimbang produsen luar China seperti Samsung dan LG yang tidak masuk daftar ini.
Meski daftar ini kemudian dihapuskan mulai 2019 kemarin, CATL telah dengan cepat mendulang untung, bahkan setahun sebelum aturan itu dirilis, CATL telah berhasil melantai ke bursa efek Shenzen.
Kini, CATL secara agresif memperluas kemampuan manufaktur serta penelitian dan pengembangannya di tengah pasar mobil listrik China yang bergeliat.
Pada tahun 2018, dari semua kendaraan listrik baru khusus penumpang yang dijual di seluruh dunia, 13 persen dari total kapasitas baterainya dipasok oleh CATL, menurut firma penelitian dan penasihat Adamas Intelligence.
Pada tahun 2020, CATL menguasai 22 persen pasar global, setelah melipatgandakan total kapasitas baterai yang dipasang di mobil listrik baru. Hanya berada satu peringkat di bawah LG Energy Solutions, yang menguasai 28 persen pasar.
Advertisement
Bagaimana dengan Facebook dan Google?
Berkat kesuksesan tersebut, CATL muncul sebagai perusahaan global yang berhasil melahirkan banyak miliarder hanya dalam hitungan satu tahun. Kini perusahaan bersaing dengan raksasa teknologi sekelas Google juga raksasa media sosial Facebook.
Facebook memiliki salah satu orang paling kaya di dunia. Pendiri sekaligus CEO Facebook, Mark Zuckeberg memiliki kekayaan sekitar USD 111,4 miliar atau sekitar Rp 1.608 triliun sepanjang April 2021.
Secara keseluruhan, Facebook mengoleksi delapan miliarder dunia. Yang jika diakumulasikan nilai kekayaan miliarder jebolan Facebook tersebut mencapai USD 165 miliar atau sekitar Rp 2.832 triliun.
Dengan jumlah yang sama, Google juga punya delapan miliarder. Dua di antaranya bahkan sudah pernah menyentuh rekor centimiliarder atau nilai kekayaan lebih dari USD 100 miliar.
Kedua orang tersebut adalah duo pendiri Google, Larry Page dan Sergey Brin. Sementara itu, jika diakumulasikan, total kekayaan delapan miliarder Google tersebut mencapai USD 262,5 miliar atau sekitar Rp 3.790 triliun.
Reporter: Abdul Azis Said
Lanjutkan Membaca ↓