Liputan6.com, Jakarta - Pemegang saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) sekaligus orang terkaya Indonesia Prajogo Pangestu menambah kepemilikan saham BREN pada Selasa, 18 Maret 2025.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (19/3/2025), Prajogo Pangestu beli 1.770.000 saham BREN dengan harga Rp 4.987 per saham. Jumlah saham yang ditransaksikan itu setara 0,00132 persen. Dengan demikian, nilai pembelian saham BREN mencapai Rp 8,82 miliar.
Advertisement
Baca Juga
“Tujuan transaksi untuk investasi pribadi, status kepemilikan langsung,” tulis Sekretaris Perusahaan PT Barito Renewables Energy Tbk, Merly dalam keterbukaan informasi BEI.
Advertisement
Setelah transaksi pembelian, Prajogo Pangestu genggam 135.459.700 saham BREN atau setara 0,10125 persen. Sebelumnya ia memiliki 133.689.700 saham BREN atau setara 0,09993 persen.
Sebelumnya, Prajogo Pangestu membeli 1.500.000 saham BREN atau 0,0012 persen dari jumlah seluruh saham yang telah dikeluarkan Perseroan pada 25 Februari 2025. Harga rata-rata pembelian saham BREN di Rp 6.272 per saham, sehingga nilai pembelian saham BREN sebesar Rp 9,40 miliar.
Adapun Prajogo Pangestu termasuk salah satu orang terkaya di Indonesia. Berdasarkan data Forbes, kekayaan Prajogo Pangestu mencapai USD 32,5 miliar pada 2024. Kekayaan Prajogo Pangestu turun 7,02 persen menjadi USD 16,5 miliar pada 19 Maret 2025. Ia berada di posisi 126 dari daftar orang terkaya di dunia, sedangkan di Indonesia, Prajogo Pangestu berada di peringkat dua.
Pemegang saham BREN antara lain Greenn Era Energy Pte Ltd sebesar 23,60 persen, PT Barito Pacific Tbk sebesar 64,66 persen, Prajogo Pangestu sebesar 0,098 persen dan masyarakat sebesar 11,63 persen.
Saham Prajogo Pangestu BREN hingga PTRO Kompak Nyungsep
Sebelumnya, saham-saham taipan Prajogo Pangestu kompak berada di zona merah pada perdagangan hari ini, Selasa 18 Maret 2025. Beberapa saham yang dimiliki Prajogo antara lain, Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), Barito Renewables Energy Tbk (BREN), dan PT Petrosea Tbk (PTRO).
Saham BRPT turun 16,13 persen ke posisi 650 saat berita ditulis. Dalam sepekan, BRPT turun 18,75 persen dan turun 30,85 persen sejak awal tahun atau secara year to date (YTD). Saham TPIA turun 19,55 persen ke posisi 5.350 pada saat yang sama. Dalam sepekan, TPIA turun 22,46 persen dan turun 28,67 persen YTD.
Saham CUAN turun 10,91 persen ke posisi 6.125. Dalam sepekan, CUAN turun 17m85 persen dan turun 48,31 persen YTD. Saham PTRO turun 13,19 persen ke posisi 2.370. Dalam sepekan, PTRO turun 25,86 persen dan turun 13,30 persen ytd.
Penurunan saham-saham Prajogo Pangestu terjadi bersamaan dengan koreksi tajam pada indeks harga saham gabungan (IHSG). Pada sesi pertama perdagangan hari ini, IHSG mengalami penurunan sebesar 395 poin atau 6,12% ke level 6.076. IHSG tidak berdaya dan terkena trading halt yang kemungkinan dipengaruhi sikap pelaku pasar yang merespon kekhawatiran kondisi ekonomi dalam negeri.
Advertisement
Hasil Survei
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh LPEM UI mengungkapkan bahwa mayoritas 55% ekonom sepakat bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini memburuk dibandingkan tiga bulan lalu. "Sehingga hasil survei mengindikasikan bahwa kondisi saat ini memicu pandangan pesimis terhadap prospek pertumbuhan ekonomi di masa depan, sekaligus menyoroti kemungkinan terjadinya penurunan," mengutip ulasan Pilarmas Investindo Sekuritas.
Selanjutnya rumor yang beredar mengenai kemungkinan Sri Mulyani akan mundur dari jabatannya sebagai Menteri keuangan pada kabinet Merah Putih, tentunya ini akan berdampak potensi menurunnya kredibilitas keuangan pemerintah dan memicu terjadi capital outflow. Meskipun kabar tersebut dibantahkan oleh pihak istana, Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan bahwa informasi yang beredar mengenai pengunduran diri Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan adalah tidak benar alias hoax dan juga Wakil Ketua DPR RI membantah isu mundurnya Menteri Keuangan.
"Namun pasar tampaknya menantikan klarifikasi langsung dari Sri Mulyani. Sebelumnya pasar juga diselimuti kekhawatiran akan perlambatan pertumbuhan ekonomi dalam negeri dampak dari kondisi melebarnya defisit APBN, dan juga respon pasar yang menyikapi keraguan pasar dalam sovereign wealth fund , juga downgrade saham dalam Indonesia oleh Lembaga Morgan Stanley dan Goldman Sachs," lanjut ulasan tersebut.
