Percepat Revolusi Industri 4.0, Penggunaan Robot Disarankan Diperluas

Indonesia terus mewujudkan revolusi industri 4.0

oleh Tira Santia diperbarui 17 Mei 2021, 17:00 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2021, 17:00 WIB
Penggunaan robot di industri manufaktur
Penggunaan robot di industri manufaktur (dok: Universal Robot)

Liputan6.com, Jakarta Universal Robots (UR), pemimpin pasar teknologi robot kolaboratif (cobot) yang berbasis di Denmark, mendorong perusahaan industri manufaktur Indonesia untuk segera mengadopsi penggunaan collaborative robots (cobot) sebagai solusi yang efektif untuk mengatasi kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil serta mencapai produktivitas yang lebih tinggi.

Saat ini, cobot yang diproduksi oleh UR memungkinkan SDM perusahaan dialihkan ke aktivitas yang memiliki nilai lebih tinggi, yang dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja dari SDM tersebut.

“Sejak istilah 'Robot Kolaboratif' diciptakan, kami telah menjadi yang terdepan dalam industri robotika. Kami juga telah menandai satu dekade penuh sejak cobot pertama dari Universal Robots digunakan di Asia Selatan. Segi keamanan adalah prioritas utama yang sangat penting dan telah menjadi pintu masuk ke pasar cobot saat ini. UR percaya, dalam mengembangkan suatu cobot harus mempunyai elemen yang terjangkau, ringan dan fleksibel yang dapat memberikan ROI cepat bagi industri manufaktur,” jelas James McKew, Regional Director of Asia-Pacific di Universal Robots, Senin (17/5/2021).

Sektor industri manufaktur di Indonesia telah memberikan kontribusi sebesar 19,87 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional selama kuartal kedua tahun 2020. Meski sektor tersebut sempat terpukul akibat pandemi COVID-19 dan menyusut hingga 4,31 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada periode Juli–September 2020 lalu, namun pada kuartal pertama tahun ini, industri non-migas telah mampu membantu negara dalam pemulihan ekonomi.

Menurut IHS Market, Indonesia mampu menandai rekor tertinggi Purchasing Managers' Index (PMI) dalam 10 tahun terakhir sejak diluncurkannya survei tersebut pada tahun 2011, dengan kenaikan yang cukup tajam 2,3 poin dari 50,9 poin pada Februari 2021 menjadi 53,2 di bulan Maret 2021. Di kawasan ASEAN, Indonesia telah mencatatkan kinerja terbaik dalam lima bulan terakhir. Selain itu, berbagai stimulus juga telah diberikan oleh pemerintah untuk memastikan sektor manufaktur berkembang pesat dan terus mencerminkan pertumbuhan yang positif .

Menurut laporan "Collaborative Robot Market by Payload, Component, Application, Industry, and Geography-Global Forecast to 2026" yang dikeluarkan oleh Lembaga Riset “Markets and Markets”, cobot semakin banyak diadopsi oleh berbagai industri khususnya di bidang manufaktur karena adanya keuntungan-keuntungan yang diperoleh, seperti peningkatan produktivitas dan SDM yang efektif.

Secara global, pasar cobot diharapkan akan mencapai USD 7.972 juta pada tahun 2026 dengan CAGR 41,8 persen. Untuk wilayah APAC, pasar cobot diperkirakan akan melampaui pasar Eropa pada tahun 2021, dikarenakan semakin banyaknya industri manufaktur berskala besar seperti sektor otomotif, elektronik, dan logam yang menggunakan cobot.

Penggunaan teknologi robotika telah menunjukkan manfaat yang besar bagi industri di Indonesia dan semakin membantu pemerintah dalam mewujudkan visinya untuk membangun industri 4.0. Industri manufaktur Indonesia akan sangat diuntungkan dengan adanya teknologi robotika yang memiliki kemampuan dalam menyelesaikan tugas berulang dalam ruang yang terbatas dan terstruktur.

Cobot dapat bekerja sepanjang waktu untuk menghasilkan pekerjaan yang konsisten dengan kondisi kerja yang membutuhkan intensitas tinggi tanpa istirahat. Indonesia memiliki potensi besar dalam mengimplementasikan otomatisasi pada industri dalam negeri, namun saat ini tingkat otomatisasi tersebut masih sangat rendah. Untuk per 10.000 karyawan, industri manufaktur Indonesia hanya memiliki 440 robot, lebih rendah dari Cina dan Korea Selatan yang masing-masing memiliki 732 dan 2.589 robot per 10.000 karyawan pada tahun 2019.

 

Dengan waktu pengembalian modal rata-rata paling singkat 12 (dua belas) bulan karena peningkatan produktivitas, kualitas dan konsistensi, industri manufaktur Indonesia akan dapat memperkirakan pengembalian investasi mereka (ROI) sebelum akhir tahun ini atau awal tahun 2022.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Keamanan dan Fleksibilitas

Implementasi TKDN akan memperkuat struktur manufaktur sehingga bisa mendongkrak daya saing industri sekaligus perekonomian nasional. (Dok Kemenperin)
Implementasi TKDN akan memperkuat struktur manufaktur sehingga bisa mendongkrak daya saing industri sekaligus perekonomian nasional. (Dok Kemenperin)

 

Yokota Corporation, sebuah perusahaan berbasis di Jepang yang mendesain dan memproduksi bearing untuk balapan, peralatan Factory Automation (FA), mesin untuk perakitan, pengepakan dan inspeksi, telah memilih cobot UR5 untuk mengatasi kekurangan SDM nya.

Awalnya, perusahaan mencoba melibatkan karyawan paruh waktu dan mempekerjakan kembali pekerja dari departemen lain. Namun, tindakan tersebut terbukti tidak produktif. Robot industri tradisional juga dianggap sebagai solusi tetapi kemudian ditemukan tidak layak karena kebutuhan ruang tambahan dan kebutuhan untuk penjagaan keselamatan.

Dengan keamanan dan fleksibilitas sebagai faktor manfaat utama, penerapan cobot UR5 mengarah pada pembentukan sistem produksi yang stabil, menghasilkan peningkatan produksi sebesar 20% tanpa perlu tambahan SDM. Karena Asia masih menjadi pasar terkuat bagi industri robot, Universal Robots sangat menganjurkan para manufaktur lokal untuk segera cobot di pabriknya.

“UR telah memperkecil hambatan yang memampukan otomatisasi pada area-area yang sebelumnya dianggap terlalu kompleks dan mahal. Kami berharap teknologi yang kami miliki ini, dapat membantu industri manufaktur di Indonesia untuk mewujudkan produktivitas yang lebih tinggi dan mempertahankan pemanfaatan SDM yang lebih efektif di perusahaan," pungkas McKew.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya