Menengok Ekosistem Industri Halal di Singapura

Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Suryo Pratomo mengatakan Pemerintah Singapura sangat menghargai penduduk muslim yang ada di negaranya.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Jun 2021, 16:20 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2021, 16:20 WIB
Tempat Wisata di Singapura Sepi
Seorang wanita duduk di Marina Bay di Singapura pada 6 Maret 2020. Tempat-tempat wisata utama di Singapura sepi dari turis di tengah epidemi virus corona COVID-19. (Xinhua/Then Chih Wey)

Liputan6.com, Jakarta Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Suryo Pratomo mengatakan Pemerintah Singapura sangat menghargai penduduk muslim yang ada di negaranya.

Meski tergolong kelompok minoritas namun, pemerintah setempat sangat memproteksi warga beragama Islam dalam mendapatkan produk dan makanan halal.

"Ini negeri yang jumlah masyarakatnya 5,6 juta, hanya 14 persen yang muslim tetapi mereka di sini terlindungi karena semua sistem dan pelaku ekonomi memproteksi agar muslim dapat produk dan makanan halal," kata Suryo dalam acara Opening Ceremony Road to ISEF 8th 2021: Halal Products, Beyond Halal Compliance, Jakarta, Senin (21/6/2021).

Meski baru tinggal di Singapura selama 7 bulan, namun Suryo memastikan para pedagang di Singapura selalu menjelaskan produk yang dijual halal atau tidak.

Mereka akan lebih dulu menjelaskan kepada pembeli tentang kandungan yang ada dalam makanan yang dijual. Ini menunjukkan, kata Suryo kehadiran negara dalam memproteksi masyarakat luar biasa.

"Pedagang akan sampaikan kalau ini bukan makanan halal," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Industri Halal Terus Meningkat

Makanan dan Minuman Halal
Makanan dan Minuman Halal (Sumber: Pixabay)

Secara global, Suryo mengatakan kesadaran masyarakat dunia terhadap konsumsi produk halal terus meningkat. Ini tidak terlepas dari jumlah penduduk beragama Islam saat ini mencapai 25 persen dari 1,8 mliar orang di dunia.

"Ini sesuatu yang penting. Di semua negara dunia baik mayoritas maupun minorotas pasti punya penduduk muslim," kata dia.

Bahkan, saat ini produk makanan, fesyen dan jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah tengah meningkat. Pada tahun 2019, diperkirakan peranan ekonomi syariah mencapai USD 2 triliun dari berbagai sektor.

Untuk itu dia menginginkan Indonesia sebagai negara mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia bisa mengambil peran. Baik itu dari sektor makanan, fesyen, farmasi, pariwisata dan yang lainnya.

"Indonesia sebagai negara muslim dunia ini bisa menggunakan perannya dalam ekonomi syariah dari berbgai sektor seperti farmaasi, makanan, fesyen hingga rekrasi," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya