Pelaku Industri Kecil Keluhkan Bahan Baku Tekstil Langka, Minta Solusi Pemerintah

Pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di sektor konveksi mengeluhkan sulitnya mendapat bahan baku tekstil.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Jul 2021, 15:05 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2021, 11:40 WIB
Investasi Teksil Meningkat Saat Ekonomi Lesu
Pekerja memotong pola di pabrik Garmen,Tangerang, Banten, Selasa (13/10/2015). Industri tekstil di dalam negeri terus menggeliat. Hal ini ditandai aliran investasi yang mencapai Rp 4 triliun (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di sektor konveksi mengeluhkan sulitnya mendapat bahan baku tekstil. Akibatnya, proses produksinya pun terhambat.

Salah satunya diungkapkan oleh Asep Setia, Pelaku IKM di sektor konveksi di daerah Soreang Kabupaten Bandung Jawa Barat. Dia mengatakan, jenis kain yang banyak digunakan oleh para pelaku IKM di sektor konveksi di daerahnya kini mengalami kelangkaan, seperti jenis jenis bahan baku, seperti jenis kain Spandex, Aty Way, Ity Crepe, Cerutty Babydoll, Lady zara, Sakila Twill saat ini sangat sulit untuk didapatkan.

"Jika stok dari jenis bahan baku tersebut ada, jumlahnya tidak dapat mencukupi permintaan dan kebutuhan yang tinggi," kata dia, Senin (5/7/2021).

Hal tersebut juga di perburuk dengan harga jual bahan baku tersebut yang mengalami kenaikan signifikan dengan rentang 20 persen sampai dengan 30 persenper yard nya.

Sebagai informasi, bahwa jenis kain tersebut merupakan jenis jenis kain yang hanya dilakukan proses pencelupan atau printing di pabrik pencelupan lokal. Sementara bahan baku dasar jenis kain (greige) masih melakukan impor dari negara lain.

Kelangkaan bahan baku dialami Jamal, yang juga merupakan pelaku IKM sektor konveksi di daerah Cigondewah, kota Bandung Jawa Barat. Dia mengatakan, kelangkaan bahan baku greige untuk industri knitting yang mana sebesar 90 persen digunakan untuk industri kreatif, terutama sebagai bahan baku dasar untuk t-shirt dan lain lain sangatlah terasa.

Hal ini berimbas kepada output penjualan yang mengalami penurunan, padahal saat ini kondisi pasar juga dirasakan sedang mengalami peningkatan yang sama.

Jamal dan pelaku IKM lain bahkan berinisiatif untuk mencoba melakukan impor bahan dasar (greige) atau benang untuk dapat diproses sendiri apabila memungkinkan, namun kembali terkendala permasalahan perizinan.

Selain itu mereka juga merasa cukup terdesak permasalahan kelangkaan bahan baku dan ditambah tren penyedia bahan lokal yang terus menaikan harga jualnya. Sehingga terpaksa harus mencari cara lain yang dapat mengakomodir keburuhan bahan baku tersebut.

Hal senada juga disampaikan oleh Hariadi yang merupakan pelaku IKM konveksi di daerah Laweyan Kota Surakarta Jawa tengah. Dia menjelaskan terkait komoditas bahan baku dasar (greige) based cotton dan rayon yang kini menjadi sangat langka.

Sementara, terkait harga bahan baku tersebut juga terjadi kenaikan harga yang signifikan. Hal tersebut secara langsung ikut membuat cost finishing ikut mengalami kenaikan.

"Sangat amat disayangkan melihat fenomena ini, karena pada saat yang bersamaan pada saat ini kondisi pasar sedang mulai beranjak bangkit setelah beberapa waktu terpuruk," ungkapnya.

Pemerintah dan Instansi terkait untuk dapat berperan aktif dalam mencari solusi yang dapat membuat kebijakan nyata, juga tindakan yang tepat guna menyelesaikan permasalahan ini sangatlah dibutuhkan, agar baik pelaku industri tekstil lokal baik di sektor hilir dan juga para pelaku IKM dapat merasakan situasi iklim usaha yang baik di masa yang akan datang.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Permasalahan Lain

Kemenperin Akan Tingkatkan Daya Saing Industri Tekstil
Aktivitas jual beli bahan kain di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Kamis (1/4/2021). Kemenperin ingin meningkatkan daya saing industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) nasional, salah satunya dengan berupaya mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku tekstil impor. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Selain itu, informasi di dapatkan dari pabrikan produksi pencelupan di daerah Wiradesa kota Pekalongan, Jawa Tengah yang mana beberapa pabrik di daerah tersebut bahkan saat ini hanya dapat berproduksi apabila hanya ada pesanan.

Dimana beberapa pabrik tersebut memiliki ketersedian bahan baku yang terbatas, itu pun hanya mereka peruntukan bagi para customer lama mereka, tentu saja kejadian itu menjadi kendala yang dikarenakan kelangkaan bahan baku.

Sehingga bagi para pelaku IKM khususnya di sektor konveksi di daerah tersebut harus mencari daerah lain atau cara lain guna dapat memenuhi kebutuhan bahan baku mereka.

Disamping itu, dengan adanya pandemi Covid-19 yang secara langsung berimbas kepada kemampuan produksi dari pabrikan lokal yang semakin menurun, dirasa masih tidak mampu untuk membendung kelangkaan dan kenaikan harga bahan baku dari jenis jenis tersebut.

Secara umum jenis kain yang mengalami kelangkaan adalah jenis kain yang digunakan sebagai bahan baku untuk pakaian jadi, keperluan batik, pakaian jadi berkualitas, dan konveksi adalah kain finished/jadi. Kain jadi adalah kain greige/blacu yang telah melalui proses pemasakan, pemutihan, pencelupan, pewarnaan, dan pencapan.

Kain greige/blacu merupakan bahan baku utama kain jadi. Saat ini tidak hanya beberapa pabrikan pakaian jadi dan batik kekurangan kain jadi, tetapi juga pabrikan printing (pencapan) kekurangan kain jadi.

Kekurangan bahan baku kain ini sebenarnya adalah sebuah permasalah klasik, karena selain permasalahan yang disebakan oleh diberlakukannya safeguard dan juga pandemi covid-19 yang belum berakhir, masalah ini selalu terjadi sebagai akibat tidak adanya keterbukaan informasi tentang kapasitas dan kemampuan produksi aktual dari produsen hulu nasional.

Dampaknya adalah pola produksi industri hulu tidak terintegrasi dan tidak tersistem dengan kebutuhan kain di pabrikan pakain jadi, konveksi, keperluan batik, dan pabrikan printing.

Oleh sebab itu, para pelaku industri ini pun meminta pemerintah dan Instansi terkait dapat berperan aktif dalam mencari solusi yang dapat membuat kebijakan nyata, juga tindakan yang tepat guna menyelesaikan permasalahan ini sangatlah dibutuhkan, agar baik pelaku industri tekstil lokal baik di sektor hilir dan juga para pelaku IKM dapat merasakan situasi iklim usaha yang baik di masa yang akan datang.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya