Respons Invasi Rusia ke Ukraina, AS Ancam Tambah Sanksi Ekonomi

AS mengumumkan akan menambahkan sanksi ekonomi terhadap Rusia, setelah negara itu mengumumkan aksi militernya ke Ukraina.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 24 Feb 2022, 14:10 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2022, 14:10 WIB
Rusia Tarik Pasukan dari Perbatasan Ukraina
Sebuah tank Rusia berangkat ke Rusia setelah latihan gabungan angkatan bersenjata Rusia dan Belarusia sebagai bagian dari inspeksi Pasukan Tanggapan Negara Serikat, di lapangan tembak dekat Brest (15/2/2022). (Handout/Russian Defence Ministry/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Vladimir Putin mengumumkan akan melancarkan aksi militer ke Ukraina,  pada Kamis (24/2/2022) di Moskow.

Tak lama setelah pengumuman Rusia itu, dilaporkan adanya ledakan yang terdengar di Kiev, Ibu Kota Ukraina, seperti dikutip dari CNBC International, Kamis (24/2/2022).

Aksi Rusia serang Ukraina tersebut menuai kecaman keras dari Presiden Amerika Serikat Joe Biden.  Biden dikabarkan langsung melakukan panggilan telepon dengan Presiden Ukraina Volodimyr Zelenskyy, terkait ketegangan dengan Rusia.

"Dunia akan meminta pertanggungjawaban Rusia" kata Biden.

Dalam responnya terhadap aksi militer Rusia, AS mengungkapkan sedang bersiap mengeluarkan sanksi tambahan terhadap negara itu, menurut laporan The Wall Street Journal.

Sanksi tersebut, yang mungkin termasuk pada bank dan utang Rusia lainnya, yang jauh lebih besar dan melarang investasi dalam proyek-proyek gas Rusia, ditujukan untuk mengejutkan sistem keuangan Kremlin dan melumpuhkan ekonominya, kata pejabat AS kepada Journal.

Para pejabat AS menyebut mereka yakin bahwa dampak ekonomi akan menekan Rusia untuk mengakhiri aksi militer di Ukraina.

Sebelumnya, AS telah menjatuhkan sanksi pertama pada dua bank Rusia, yaitu VEB dan bank militer Rusia, Promsvyazbank. 

Selain itu, sanksi ekonomi oleh AS juga akan berlaku bagi elit Rusia dan anggota keluarga mereka.

Kekayaan Miliarder Rusia Anjlok

Ilustrasi Miliarder
Ilustrasi kekayaan (pixabay.com)

Kekayaan miliarder di Rusia telah anjlok hingga USD 32 miliar atau setara Rp 459,4 triliun tahun ini, seiring dengan meningkatnya ketegangan di Ukraina.

Dilansir dari Aljazeera, Kamis (24/2/2022)  Bloomberg Billionaires Index mengungkapkan bahwa Gennady Timchenko, berada di posisi teratas sebagai miliarder Rusia yang melihat penurunan kekayaan, dengan hampir sepertiga kekayaannya anjlok tahun ini.

Kekayaan putra seorang perwira militer Soviet sekaligus teman Presiden Rusia Vladimir Putin, yakni Timchenko, kini menurun dan tercatat hanya sekitar USD 16 miliar.

Timchenko mengumpulkan sebagian besar kekayaannya berasal dari saham di produsen gas Rusia Novatek.

Adapun pemegang saham Novatek lainnya, yakni Leonid Mikhelson, yang juga melihat penurunan kekayaan.

Kekayaan Leonid Mikhelson telah anjlok USD 6,2 miliar tahun ini. 

Adapun pimpinan Lukoil, Vagit Alekperov, yang kekayaannya juga menurun sekitar USD 3,5 miliar pada periode yang sama karena saham perusahaan energi itu telah turun hampir 17 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya